JGERR, Nyeleneh dan Jenaka

Oleh: Giatri (Editor) - 24 October 2016

Naskah: Giattri Fachbrilian, Foto: Edwin Budiarso

 

45 Tahun Teater Mandiri, sastrawan seba bisa I Gusti Ngurah Putu Wijaya menciptakan lakon ‘JGERR’. Komedi 100 menit ini mengangkat cerita yang sarat akan persatuan dan kebangsaan yang dikemas Putu secara nyeleneh dan penuh humor.

Kebangsaan diejawantahkan Putu dalam konsep Gotong Royong. Negeri yang dulu akrab dengan gotong royong ini telah berubah. Susah mengajak masyarakat berkumpul. Kadang masalahnya bukan hanya kemalasan. Semboyan gotong-royong belakangan dijadikan jualan oleh oknum tertentu untuk mengerahkan massa secara cuma-cuma demi kepentingan pribadi.

Lakon ini juga berisi pertanyaan apakah persatuan itu terjadi disebabkan karena adanya musuh bersama? Sebagaimana misalnya, bila kita bersatu melawan penyanderaan para pelaut kita, perang terhadap korupsi, narkoba, vaksin palsu, wabah penyakit dan bencana alam?

Atau persatuan itu terjadi karena sejarah dan penderitaan bersama selama ratusan tahun, yang membuat segala perbedaan kita : agama, etnis, tradisi, adat-istiadat, kebiasaan, bahasa, dan lainnya. Menjadi tidak lebih penting dari cinta dan hasrat kita menjadi suatu bangsa yang merdeka dan satu.

Di atas panggung Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, kemarin, hal tersebut disampaikan Putu dengan simbol-simbol.

Dikisahkan, Pak RT (Ari Sumitro) dan Bu RT (Laila Uliel) menikmati minggu yang tenang dengan bercengkrama di teras rumah. Tiba-tiba, terdengar pengumuman dari Pak RW (Bambang Ismantoro) agar warga setempat berkumpul untuk kerja bhakti.

Bagi warga yang mangkir, Pak RW mengancam akan menarik denda. Namun Pak RT dan warga lainnya enggan bergotong royong, mereka beranggapan minggu waktunya rakyat libur.