Tatkala Milyarder Membeli Pemilu

Oleh: Syulianita (Editor) - 21 October 2016

Naskah: Andi Nursaiful, Foto: Istimewa

 


Para milyarder dunia tak hanya menghabiskan uang untuk resort mewah, superyacht, atau arena lelang kelas dunia saja. Ajang pemilihan umum justru menjadi lahan bermain favorit mereka.

 

Pemilu di Amerika Serikat (AS) di segala level, sejak lama dikenal sebagai arena bermain para milyarder dunia. Tak terkecuali, bahkan terutama, pada Pemilu Presiden 2016, di mana salah satu calonnya adalah seorang milyarder. Bahkan sejak pemilihan calon di kedua partai, Demokrat dan Republik, pada 2015, para milyarder sudah terjun menggelontorkan dana untuk masing-masing jagoan mereka. Mulai dari Senator Florida Marco Rubio, Senator Texas Ted Cruz, Senator Pennsylvania Rick Santorum, hingga Gubernur Wisconsin Scott Walker yang bahkan punya beberapa milyarder penyokong dana.

 

Marco Rubio, misalnya, menikmati kucuran dana melimpah dari Paul Singer, milyarder Yahudi pendukung utama perluasan permukiman warga Israel di Palestina. Rubio juga didanai penuh oleh raja real estate Florida, Norman Braman, serta raja software Larry Ellison. Ketiganya menyumbang hingga USD 60 juta pada 2015, meskipun Rubio akhirnya tersingkir. Pecundang lainnya, Ted Cruz, diketahui mendapat dana besar dari Robert Mercer, Toby Neugebauer, serta Farris dan Staci Wilks senilai USD 100 juta.

 

Gagal dengan jagoan masing-masing, mereka mengalihkan dukungan ke kandidat lain, termasuk Hillary Clinton dan Donald Trump yang akhirnya melaju hingga terpilih sebagai calon Demokrat dan Republik. Hillary diketahui mendapat sokongan dana dari George Soros yang tahun lalu saja menyumbang USD 8.5 juta. Selain itu, milyarder media Haim dan Cheryl Saban menyumbang antara USD 10-25 juta. Milyarder Yahudi lain yang dikenal berada di belakang Hillary, antara lain, Fred Aychanar dan David Geffen yang sebelumnya pendukung Obama. Sementara itu, milyarder Yahudi selain Norman Braman yang berada di belakang Trump, antara lain, raja casino Sheldon Aderson.

 

 

Sebuah survey di AS menyimpulkan Pemilu 2016 menjadi pemilu dengan pengeluaran terbesar dalam sejarah ini, yaitu sebesar USD 2 milyar. Jumlahnya memang besar, tapi dibandingkan kekayaan para milyarder AS, nilai itu belum seberapa. Jumlahnya hanya sepertigapuluh kekayaan pribadi Warren Buffett. Ajang pemilu tak ubahnya arena bermain saja bagi para milyarder.

 

Di AS dikenal istilah “Club 106” yaitu 106 milyarder terkaya di AS dengan kekayaaan pribadi lebih dari USD 5 milyar. Artinya, masing-masing mereka bisa “membeli pemilu” AS dan membiaya kedua kandidat, Hillary Clinton dan Donald Trump. Sampai saat ini belasan anggota Club 106 diketahui menggelontorkan dana besar untuk Pemilu 2016. Empat di antaranya menyatakan dukungan secara terbuka kepada salah satu kandidat, yaitu Warren Buffett, Charles dan David Koch, serta Michael Bloomberg.

 

Sisanya berperan melalui saluran lain, misalnya, George Soros, James Simons, Steven Cohen, dan Lawrence Ellison yang menyumbang puluhan juta dollar AS melalui outside group. Atau tujuh pemilik raksasa media dan internet yang mengerahkan medianya untuk mempengaruhi opini publik. Mereka, antara lain, Jeff Bezos (CEO Amazon, The Washington Post), Mark Zuckerberg (Facebook), Larry Page (Alphabet Inc.), Sergey Brin (Google), Rupert Murdoch (Fox).

 

Jumlah dana kampanye Pemilu 2016 sesungguhnya lima kali lipat dari jumlah hasil survey. Penulis dan ekonom Dr. Jack Rasmus punya hitungan lain. Ia menyebut nilai uang milyarder yang digelontorkan di ajang Pemilu AS 2016 bisa mencapai USD 10 milyar. Hingga September 2016, Hillary masih unggul jauh di atas Trump dalam hal mengumpulkan dana dari para milyarder. Para milyarder justru lebih banyak menopang dana Hillary ketimbang Trump, yang notabene adalah seorang milyarder juga.

 

Menurut analisis Bloomberg, Hillary sudah berhasil mengumpulkan dana kampanye dari 17 milyarder senilai USD 21.1 juta, sementara Trump baru berhasil menggalang USD 1.02 juta dari 12 orang milyarder. Dana terbesar Hillary datang dari George Soros (USD 11.9 juta) dan James Simons (USD 7 juta). Sementara kucuran dana kampanye terbesar untuk Trump datang dari Bradley W. Hughes Sr. (USD 449 ribu) dan Richard LeFrak (USD 100 ribu). Setidaknya itu yang dilaporkan secara resmi.

 

 Para Milyarder yang Mempengaruhi Politik AS

 

Berikut ini adalah daftar milyarder yang dianggap paling berperan dalam mengarahkan arah kebijakan politik AS, berdasarkan kasjian lembaga think tank tertua di AS, The Brooking Institute.

 

Mereka terdiri mulai dari media mogul hingga filantropis penyokong anggota kabinet, dan menancapkan pengaruhnya mulai dari pembiayaan kampanye, aktivitas organisasi non-profit, hingga pembentukan opini melalui media massa.

 

Koch Bersaudara

Dua bersaudara yang merajai bidang energi, perdagangan, dan pabrik kimia, ini, ditengarai memiliki kekayaan hingga USD 100 milyar. Mereka dikenal paling getol melakukan pembiayaan politik, terutama para kandidat konservatif dan lembaga-lembaga politik negara. Pada tahun 2014 saja, di mana tahun itu tidak ada ajang pemilihan presiden di AS, mereka menggelontorkan dana pembiayaan politik hingga USD 290 juta.

 

Michael Bloomberg

Diperkirakan memiliki kekayaan USD 33 milyar, mantan Walikota New York ini menghabiskan dana pribadi hingga USD 650 juta saat menjabat Walikota. Kala itu ia tampil dengan kendaraan politik Partai Republik. Namun kini ia mengalihkan dukungan ke Hillary Clinton dari Partai Demokrat.

 

Tom Steyer

Meski kekayaannya ditaksir hanya USD1.7 milyar, Steyer menggelontorkan dana sebesar USD 100 juta untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah seputar pemanasan global. Ia juga diketahui sebagai penyumbangd ana untuk kampanye Obama pada 2012.

 

Sheldon Adelson

Raja kasino dengan kekayaan USD 38 milyar ini pada 2012 rela menghabiskan dana hingga USD 93 juta hanya untuk mendongkel Obama dari kekuasaannya. Menurut the Daily Beast, Adelson kini menggelontorkan dana sedikitnya USD 100 juta untuk menduklung calon Republik. Saking pengaruhnya, Gubernur New Jersey Chris Christie pernah meminta maaf secara terbuka kepadanya lantaran mengkritisi kebijakan Israel yang dibela oleh Adelson.

 

George Soros

Milyarder dengan taksiran kekayaaan USD 24 milyar ini menyumbang USD 1 juta untuk kampanye Obama pada 2012, dan USD 25.5 juta untuk George W. Bush pada 2004. Kini, Soros menjadi salah satu donatur terbesar Hillary Clinton.

 

Rupert Murdoch

Raja media ini dikenal getol mendanai politisi sejak awal 1990-an, baik calon dari kubu Demokrat maupun Republik. Selain itu, melalui jejaring medianya, 21st Century Fox dan News Corp, ia membentuk opini publik sesuai kepentingan politisi yang didukungnya.

 

Penny Pritzker

Pritzker adalah pendukung Obama dan orang yang disebut-sebut mempengaruhi kebijakan Obama dalam bidang bisnis, ekonomi, dan perburuhan. Ia yang menbgelola keuangan kampanye Obama pada 2008. Ia diketahui sudah mendanai lebih dari 70 kandidat anggota Senat antara 1990 hingga 2013.

 

Warren Buffett

Dialah donatur utama Obama, dan disebut-sebut orang yang berada di balik proposal kebijakan tax rate 30%. Buffet yang ditaksir memiliki kekayaan hingga USD 67.7 milyar, juga dikenal sebagai filantropis yang getol menyumbang yayasan kemanusiaan, termasuk yayasan Bill Gates Foundation.

 

Paul Singer

Milyarder ini dikenal sebagai salah satu tokoh utama pendukung Israel di AS. Pemilik hedge fund Elliott Management Corporation ini, juga dikenal sebagai tokoh sayap kanan pro Israel, seperti organisasi the Republican Jewish Coalition, the Manhattan Institute, the Jewish Institute for National Security Affairs dan sejumlah organisasi advokasi pro Israel lainnya di AS.

 

Robert Mercer

Mercer dikenal sebagai salah satu milyarder utama di belakang Donald Trump, setelah gagal mendorong Senator Texas Ted Cruz sebagai kandidat Republik. Ia melibatkan putrinya, Rebekah Mercer, juga seorang milyarder, dalam aktivitas pendanaan politik ini.