Lelarian Sana-Sini

Oleh: Giatri (Editor) - 18 July 2016

Naskah: Elly Simanjuntak/ Giattri F.P., Foto: Dok. LSS

Walaupun berlari adalah olahraga yang murah meriah, tetapi banyak orang yang enggan untuk melakukannya dengan alasan malas. Komunitas Lelarian Sana-Sini (LSS) hadir selain untuk menebarkan semangat hidup sehat sambil terus memperkuat rasa nasionalisme, juga mengedukasi masyarakat, ternyata lari adalah kegiatan yang fun!

Kelahiran LLS dibidani oleh Audie Latuheru, Renato J Joesaki, Bintang Hutagalung, dan Oktadiprasetyo pada Maret 2015. Empat pelari dan motivator olahraga itu memiliki hobi yang senada, yakni berlari di area Gelora Bung Karno (GBK) Senayan.

Kata “Lelarian” dalam nama komunitas memiliki arti para anggotanya yang senang dengan olahraga berlari, sedangkan kata “Sana Sini” dalam nama komunitas memiliki arti anggotanya yang berlari tidak hanya di satu tempat.

“Kalau lari sendiri kadang kita suka malas, karena tak ada yang memotivasi. Tapi, jika dalam komunitas bisa saling menyemangati untuk tetap konsisten berlari. Karena berjiwa nasionalis, kami pun sengaja menghindari adanya kata runners dan lebih menggunakan bahasa Indonesia, biar orang umum yang mau bergabung tidak minder. Selain itu juga jadi bisa merangkul orang di mana pun berada tertarik lari dan menjadi sehat, ” papar Audie yang berprofesi sebagai polisi, pilot, dan penerjun payung nasional ini.

Awalnya komunitas ini hanya memiliki 10 orang anggota, dan terus berkembang hingga saat ini menjadi 2000-an anggota yang tersebar di berbagai kota seperti Surabaya, Medan, Semarang, dan lainnya.

“Di daerahnya masing-masing mereka membuat komunitas LSS dengan kegiatannya tersendiri, seperti di Bali, Jawa timur, Semarang, Medan dan lainnya. Kalau di Jakarta, jadwal tetap berlari adalah di Selasa malam dan Jumat pagi,” kata Okta yang sehari-hari aktif menjadi seorang auditor dan pembalap.

“Jadi, tak hanya untuk fun saja, semangat nasionalisme juga dibangun sesuai dengan tagline LSS, Semakin Indonesia, Semakin Bangga. Komunitas ini pun kemudian menjadi wadah berkumpulnya para pecinta dan pengiat olahraga lari,” imbuh Renato yang bekerja sebagai pilot di perusahaan penerbangan pemerintah.

LSS pun mengajak para pelari profesional Indonesia jangan hanya mau menjadi penonton dan meniru-niru para juara lari dunia saja.

Selain mengusung misi ‘meracuni’ orang-orang agar mau berlari, LSS juga mengampanyekan LSS untuk menjadi sehat tidak cukup hanya dengan mengonsumsi makanan sehat, tapi juga   harus berolahraga.

“Di LSS ada segitiga yang harus diikuti yaitu menjaga makan, tidur, dan berolahraga lari. Kalau salah satu tidak dilakukan, pastinya akan menjadi tidak sehat,” terang Audie.

Para anggota LSS yang jumlahnya berimbang antara perempuan dan laki-laki ini juga kerap membawa anaknya masing-masing untuk berlari.

“Agar terbiasa sedari dini sudah diperkenalkan dan ditanamkan suka olahraga lari serta cinta berbahasa Indonesia. Kami yang berprofesi pilot sekarang ini sudah tidak memakai lagi kata safe flight dan lebih menggunakan kata terbang aman,” tambah Renato.

LSS memilih Senayan sebagai basecamp lantaran Senayan adalah pusat semua aktivitas olahraga dan paling mudah untuk dicapai dari segala penjuru Jakarta walaupun terkadang mereka memprogramkan lari di tempat lain.

Kegiatan rutin yang dilakukan oleh komunitas LSS, yakni lari bersama para anggota pada hari Selasa jam 18.30 dan Jumat pada jam 06.00. Kegiatan rutin pada hari Selasa malam biasanya lebih ramai lantaran para anggotanya merasa lebih santai mengikuti kegiatan setelah pulang bekerja.

Memperingati Hari Kebangkitan Nasional beberapa waktu lalu, LSS bersama Sun Life Finansial Indonesia (Sun Life) mengadakan kegiatan lari santai bertema Lari Kebangkitan Indonesia Bangkit.

“Anak-anak pun diikutsertakan dalam acara ini. Sekaligus mempromosikan gaya hidup sehat dan menginspirasi banyak orang untuk membangun Indonesia lebih baik. Kegiatan tersebut dibuka oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi dan Presiden Direktur Sun Life Elin Waty,” ujar Steffie Burase, ketua panitia acara tersebut.

LSS juga melakukan berbagai kegiatan aksi sosial seperti di bulan puasa kerap mengadakan buka puasa bersama dengan kaum duafa di Monas. Selain itu, ketika ada bencana alam LSS juga turut membantu. Berkoordinasi dengan cabang daerah setempat memberikan donasi berupa uang maupun barang-barang yang dibutuhkan saat musibah terjadi.