Maya Miranda Ambarsari (Founder Rumah Belajar Miranda) Mendidik dengan Ketulusan

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 11 May 2016

Naskah: Silvy Riana Putri, Foto: Fikar Azmy

“Mungkin sekarang mereka bebek hitam, one day mereka akan menjadi angsa. Jangan takut bercita-cita."

 

Berawal dari pesan terakhir sang ibunda untuk melanjutkan majelis taklim, Maya Miranda Ambarsari mengembangkan amanah mulia ini ke aspek yang lebih besar, yaitu kegiatan sosial untuk pendidikan anak-anak sekaligus pemberdayaan maupun perawatan kesehatan bagi wanita kurang mampu. Baginya, tugas ini adalah kesempatan emas yang sudah disiapkan oleh keluarga.


“Ketika membangun Rumah Belajar Miranda, saya sudah siap secara spiritual, moril, maupun finansial. Hingga saat ini, kami belum pernah meminta bantuan kepada siapapun. Saat kita melakukan kebaikan, janganlah menjadikan beban untuk orang lain. Bila ada yang ingin memberi, kami menerima dengan senang hati. Bila tidak ada, Rumah Belajar Miranda (RBM) tetap berjalan seperti biasa,” tegasnya. Keteguhan srikandi kelahiran Palembang tahun 1973 ini merupakan hasil kristalisasi arti hidup manusia sesungguhnya di dunia. Dia berusaha menyeimbangkan kehidupan di dunia dan akhirat nantinya. Tidak menutup-nutupi hasil yang diperoleh dari berbagai bisnisnya, namun tak segan pula mengalirkan hasil tersebut untuk menghidupkan asa bagi banyak orang.


Meski usia RBM terhitung muda, baru memasuki tahun kedua, Maya menerima atensi positif dari masyarakat sekitar Kebayoran, lokasi RBM. Alhamdulillah, awalnya 50, bertambah menjadi 100, hingga membludak 600 orang. Di RBM tidak mengejar kuantitas, melainkan kualitas. Kuantitas yang tidak diiringi dengan optimalisasi ilmu kepada anak-anak dan kedekatan dengan para ibu-ibu yang kurang beruntung, it comes gonna be wasted. Oleh karena itu, satu kelas hanya diisi 15 murid yang didampingi oleh dua guru. Kami menerapkan pola belajar dialog, bukan monolog. Tujuannya agar anak-anak bebas berekspresi, mendapatkan perhatian penuh, dan senang menjalani proses pendidikan ini.