Bugatti Chiron: The (New) Fastest Car

Oleh: Syulianita (Editor) - 04 April 2016

Naskah           : Andi Nursaiful Foto                : Istimewa

 

Selama satu dekade lebih, Bugatti Veyron tak tertandingi sebagai mobil tercepat di dunia. Kini Veyron tutup usia, dan digantikan sang penerus Bugatti Chiron. Tak hanya tercepat, tapi juga terkuat, termewah, dan paling eksklusif.

Membangun jet darat tercepat sesungguhnya bukan sesuatu yang sulit bagi produsen otomotif dunia. Tapi membuat prototipe itu bisa diproduksi secara massal dan memenuhi syarat legal untuk dikendarai di jalan umum adalah hal lain.

Sejak 2010, Bugatti Veyron Super Sport memegang rekor sebagai mobil produksi massal tercepat di dunia, dengan kecepatan mencapai 430,98 km/jam. Akselerasi dari 0-100 km/jam ditempuh hanya dalam waktu 2,5 detik. Guinness World Record pun menetapkan Veyron Super Sport sebagai mobil tercepat di dunia.

Perlombaan untuk memproduksi mobil street-legal tercepat dunia terus berlangsung sejak itu. Sejumlah penantang silih berganti datang. Antara lain, Mclaren MP4-12C, Jaguar XKR-S, Porsche 911 GT3 RS 4.0, Nissan GT-R, 9ff Porsche Gturbo R, Lotus Exige, Koenigsegg One:1, hingga Hennessey Venom GT.

Yang terakhir ini sempat mengklaim berhasil mengalahkan rekor Veyron, dengan alasan Veyron Super Sport melakukan pembatasan kecepatan pada unit produksi massalnya. Artinya, yang diuji beda dengan yang diproduksi.

Setelah terjadi kontroversi, Guinness World Records akhirnya menetapkan Veyron Super Sport tetap tercepat di dunia. Perubahan limiter kecepatan dinilai tidak mengubah desain dasar mobil atau mesinnya.

Veyron Super Sport bermesin 16 silinder berkonfigurasi W dengan kapasitas 8.000cc, 4 turbocharger, mampu memproduksi tenaga 1.200 HP dengan torsinya 1.500 Nm. Catatan resminya, akselerasi 0-100 km/jam dicapai dalam waktu 2,5 detik. Akselerasi 0-200 km/jam, hanya butuh 7,3 detik, dan 0-300 km/jam dicapai dalam 15 detik.

Tahun lalu, setelah menyelesaikan produksi 450 unit Veyron SS, Bugatti mengumumkan Veyron SS tidak akan diteruskan produksinya. Sebagai gantinya, mereka tengah mempersiapkan penerus yang akan lebih hebat.

 

Lahirnya Sang Penerus

Janji itu terwujud beberapa waktu lalu ketika Bugatti akhirnya memamerkan Bugatti Chiron, sang penerus, di ajang Geneva Motor Show. Dalam press release resminya, Bugatti mengklaim Chiron akan menjadi hypercar produksi massal street-legal tercepat, termewah, terkuat, dan paling eksklusif yang pernah dibuat.

Chiron juga diklaim sebagai mobil produksi pertama yang dibekali dengan mesin quad-turbo bertenaga 1.500 HP, atau 10 kali lipat dari tenaga Toyota Fortuner. Torsinya 1.600 Nm yang dicapai pada putaran mesin 2.000 hingga 6.000 rpm.

Kecepatan maksimum dibatasi pada 420 km/jam untuk pengendaraan di jalan raya, padahal sesungguhnya bisa mencapai 464 km/jam (speedometer bahkan mencantumkan angka 500 km/jam) lewat transmisi dual-clutch tujuh percepatan. Akselerasi 0-100 km/jam dicapai di bawah 2,5 detik. Satu kata untuk menggambarkannya: mengerikan!

Pabrikan Perancis-Jerman yang didirikan oleh Ettore Bugatti membekali Chiron dengan mesin W16 8.000cc. W16 bisa diartikan seperti dua mesin V8 digabung menjadi satu. Ada empat turbo baru yang mendukung mesin, dua diantaranya bekerja secara elektrik, bersistem two stages untuk meminimalkan turbo lag.

Pada RPM diatas 3.800, asupan udara yang masuk dikompres sebanyak dua kali dan dikirim melalui dua turbo, memungkinkan lebih banyak asupan udara pada silinder mesin demi efisiensi volumetrik yang lebih baik. Ada pula sistem pendingin terbaru, Charge Air Cooling dan Duplex fuel injector, yang bertugas mengoptimalkan pembakaran mesin. Tenaga Chiron diklaim 25 persen lebih besar ketimbang Veyron.

 

Tak Sekadar Tercepat

Harga selangit itu tentu bukan semata-mata karena Chiron bisa menjadi kendaraan darat tercepat dan terkuat di dunia. Seperti sesumbar sang produsen, Chiron juga menjadi mobil termeash sekaligus paling eksklusif saat ini.

Sekadar contoh, logo Bugatti yang terpasang di grille (lubang radiator) di depan, terbuat dari bahan perak buatan tangan. Emblem logo ini saja sudah seharga Rp7,5 juta. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki Veyron, juga juga sudah disempurnakan pada Chiron.

Misalnya, karakter pengendalian (handling) yang buruk pada Veyron, diperbaiki dengan sistem power steering elektrik, sistem suspensi canggih, dan penggunaan ban Michelin Pilot Super Sport yang membuat Chiron jauh lebih mudah dikendalikan, bahkan bisa untuk aksi drifting.

Dilihat dari belakang, Bugatti Chiron tampak hanya memiliki empat lubang knalpot. Tapi sebetulnya mobil ini memiliki enam lubang pembuangan. Dua knalpot dipasang tersembunyi mengarah ke samping kiri dan kanan mobil. Knalpot tambahan ini membuat daya tekan (downforce) menjadi lebih baik, karena knalpot itu juga berfungsi seperti komponen diffuser yang dipakai mobil Formula 1.

Singkatnya, Chiron didesain untuk kesempurnaan di segala aspek. “Chiron adalah hasil kerja keras kami untuk membuat yang terbaik menjadi lebih baik lagi. Semua sudah kami uji, dan tak ada aspek yang tidak mengalami perbaikan signifikan,” begitu sesumbar Wolfgang Dürheimer, President of Bugatti Automobiles S.A.S.

Dengan tenaga sedahsyat itu, tentu dibutuhkan sistem pengereman yang prima, Oleh sebab itu, pelek 20 inci di depan dan 21 inci di belakang dibekali rem cakram 8 piston di depan dan 6 piston di belakang. Bugatti mengklaim, kopling Chiron adalah kopling paling besar, paling andal, dan paling kuat yang pernah dipasang pada sebuah mobil performa tinggi.

Lebih kuat dan lebih cepat, tak berarti lebih boros. Bugatti juga mengklaim sang adik ini lebih irit konsumsi bahan bakarnya ketimbang sang abang. Yaitu sekitar 20 liter untuk jarak 100 kilometer.

Meski belum secara resmi melakukan uji kecepatan, Bugatti menyatakan Chiron kini siap untuk memecahkan rekor dunia saudara tuanya. Chiron direncanakan hanya akan diproduksi sebanyak 500 unit, dan mulai dipasarkan sekitar musim gugur tahun ini dengan harga dasar €2,4 juta atau setara USD 2.699.760. Jika dirupiahkan, sekira Rp35,5 milyar.

Itu adalah harga untuk versi standar. Banderol untuk versi custom tentu lebih tinggi. Konon Volkswagen (VW) sebagai perusahaan induk Bugatti, sudah mengundang sejumlah calon konsumen eksklusif di markas Bugatti yang berbasis di Molsheim, Perancis, dalam sebuah acara tertutup.

Tak heran, ketika dipamerkan secara umum di Geneva Motor Show 2016, Bugatti menyampaikan bahwa sepertiga dari rencana 500 unit Chiron sudah terjual. Siapa pemesannya? Bugatti hanya mengatakan, pembeli Chiron adalah orang-orang yang mampu memiliki 42 unit mobil, sebuah jet pribadi, kapal pesiar, tiga helikopter, dan empat rumah mewah.

 

Monster Indah Luar Dalam

Desain Chiron diklaim oleh Bugatti memadukan “monster” yang garang namun dengan “keindahan” di level teratas. Secara keseluruhan, Bugatti tak meninggalkan DNA Veyron dalam desain eksteriornya. Sepertinya, Bugatti lebih ingin mempertahankan selera pelanggan lama ketimbang mencoba menarik minat konsumen baru.

Chiron tetap mengadopsi grille ala tapal kuda yang legendaris, namun dengan desain lampu depan futuristik dengan bentuk lebih menyipit terdiri dari empat LED, sekaligus berfungsi sebagai intake yang mengirim udara ke sistem rem depan.

Hood bagian depan tak lagi menyambung dengan bumper dan kini lebih berbentuk “V” yang membuat moncong Chiron tampak lebih agresif. Begitu juga lower intake yang dibuat lebih tipis, sementara apron diptimalkan agar lebih aerodinamis. Desain bagian depan seperti dimaksudkan untuk membuat Chiron terlihat lebih lebar.

Dari samping, penampakan Chiron juga masih tak jauh dari tampilan Veyron. Bedanya, dan langsung terlihat, adalah lekukan profil berbentuk “C” yang begitu tegas. Ini mengingatkan pada model Bugatti klasik seperti Type 57. Bukan tanpa maksud, sebab desain C-shape ini juga berfungsi sebagai fitur aerodinamis yang sekaligus mengoptimalkan aliran udara ke mesin raksasa 16 silinder.

Di bagian belakang, fascia terdiri dari tiga intake dengan diffuser besar, dipadukan lampu belakang yang memanjang 1,6 meter terdiri dari 82 lampu LED. Outlet besar Veyron yang diposisikan di tengah, kini digantikan twin-pipe exhaust.

Selain itu, Chiron memuat shark fin rendah yang membelah kaca belakang dan memberikan aura klasik. Sementara emblem Chiron tepat berada di atas muffler titanium dual tip dan diffuser yang bisa membuat mobil dibelakangnya tergetar. Diffuser aktif lain tersembunyi di bawah bodi yang bersinergi dengan spoiler adaptif di bagian belakang.

Berbeda dengan Veyron, bagian belakang Chiron kini dibuat dari bahan serat karbon. Struktur serat karbon terbaru bersifat adaptif dengan lima setting yang bisa dipilih, tergantung sedang berada di kecepatan berapa dan kondisi jalanan yang dilalui.

Di dalam kabin, kemewahan terpancar dari segala sudut. Bugatti mengklaim tak ada material plastik, bahkan seinci pun, di dalam interior Chiron. Semua permukaan dilapisi serat karbon, aluminum, atau kulit terbaik.

Layaknya interior pada semua model Bugatti, kabin Chiron pun adalah sebuah karya masterpiece. Para desainer memadukan keseimbangan sempurna antara aura sportif dan kemewahan. Inilah pembeda utama antara Chiron dengan hypercar lain di kelasnya.

Secara umum, desain interiornya dibuat simpel namun memancarkan kesan modern. Lain dengan eksterior, kabin Chiron banyak berbeda dengan Veyron. Bugatti mencoba mendesain ulang setiap panel dan tombol. Hasilnya, terkesan kabin menjadi lebih lega.

Panel instrumen pun tampak berbeda dengan layar TFT di kiri kanan. Sebelah kanan menampilkan peta navigasi, sementara main gauge terlihat simple dan classy. Jok Chiron kokon lebih nyaman dibanding supercar manapun.

Untuk urusan sound system, Chiron menyematkan yang terbaik sekaligus termewah dengan masing-masing keempat tweeter disemati berlian satu karat. Mayoritas teknologi canggih yang disematkan pada Chiron mengadopsi teknologi pesawat luar angkasa.

Inspirasi dari Luis Chiron

Bugatti tak asal-asalan menyematkan nama untuk flagship terbarunya, Bugatti Chiron. Chiron sendiri harus dilafalkan "shir-on" dengan aksen Perancis, bukan “Kai-ron” ataupun “Sai-ron”. Itu lantaran nama “Chiron” meminjam nama pembalap legendaris Bugatti asal Perancis, Louis Chiron. Sebelumnya, Bugatti Veyron pun meminjam nama pembalap Pierre Veyron.

Louis Chiron adalah seorang legenda di dunia balap Grand Prix. Lahir dan besar di Monaco di awal abad ke-20, Chiron sempat menjadi supir kendaraan militer selama era PD I dan berikut menjadi supir limusin.

Tak lama, Chiron kemudian beralih pekerjaan menjadi seorang dance partner profesional di Hotel de Paris di Monte Carlo, menemani dansa wanita-wanita sosialita kaya. Seorang wanita kaya lantas menghadiahi Chiron sebuah mobil Bugatti pada usia 26 tahun.

Ia menjual mobil itu dan membeli mobil balap Grand Prix Type 35 untuk ikut lomba. Bakatnya langsung terlihat ketika ia menang di sejumlah ajang, membuat Bugatti kepincut untuk menjadikannya pembalap utama.

Chiron tetap menekui dunia balap hingga usianya menginjak 60 tahun. Balapan terakhirnya pada Monaco GP di tahun 1955. Pensiun dari trek, Chiron tetap aktif di dunia balap sebagai Comissaire General hingga 1979, sebulan sebelum ia wafat.

Atas dedikasi dan kecintaan luar biasa pada dunia balap inilah yang membuat Bugatti mengabadikan nama Louis Chiron pada mobil andalan terbarunya.