Search:
Email:     Password:        
 





Ibu Hebat di Balik Orang-orang Hebat

By Syulianita (Editor) - 16 December 2014 | telah dibaca 6573 kali

Naskah : Giattri Foto : Istimewa

Anda tentu tidak asing dengan deretan nama-nama tokoh paling terkemuka sepanjang masa, seperti Thomas Alva Edison, Leonardo Da Vinci, dan tokoh-tokoh besar lainnya. Namun, tahukah Anda di balik kesuksesan mereka ada peran besar sosok ibu di belakang mereka? 



Siti Habibah
Jika ingin ditingkatkan derajat dan kemuliaan berbuat baiklah kepada Ibumu, dan sekali lagi kepada Ibumu, dan sekali lagi kepada Ibumu agar ia rela mendoakan kamu sebagaimana doa Ibunda Siti Habibah kepada Susilo Bambang Yudhoyono.

Saat usia kandungannya menginjak 8 bulan, suaminya yang bernama Soekotjo sering berpindah-pindah tugas, membuat Siti Habibah memilih untuk pulang ke rumah orangtuanya di Desa Tremas. Desa Tremas memiliki sebuah pondok pesantren yang terkenal, berdiri sejak 1830. Siti Habibah menunggu saat-saat kelahiran buah hatinya tak jauh dari lingkungan pesantren tersebut. Perasaannya cukup tenteram, karena ia berada di lungkungan keluarga sendiri. 

Pada 9 September 1949, lahirlah seorang bayi laki-laki yang diharapkan kelak dapat menjadi seorang pemimpin Republik Indonesia. Diberi nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang artinya seseorang yang memiliki kesetiaan lebih dan berhasil memenangkan setiap peperangan.

Pasangan Soekotjo dan Siti Habibah memberi SBY kasih sayang dalam pusat pendidikan keislaman. Jika kasih sayang sang ayah lebih mendorong putranya untuk bekerja dan belajar keras serta disiplin, sang ibu lebih memperhatikan masalah keimanan dan ketaqwaan anaknya. Siti Habibah dikenal dengan kesederhanaan dan kelembutannya, yang kemudian menurun kepada anak semata wayangnya itu, yakni suka mengalah, tidak sombong, dan tidak pendendam.
Salah satu sumber keberhasilan SBY menjadi RI 1 adalah berkat ibundanya yang taat beribadah. Salah satu tirakatnya itu adalah, dengan berpuasa dan berdoa serta berharap Allah SWT mengabulkan doanya, yaitu agar anak tercinta SBY bisa menjadi Presiden. Itu belumlah cukup bagi Siti Habibah, ia juga menutup setiap puasanya itu dengan shalat malam doa.



Fatmawati
Pandai, teguh pada pendirian, mandiri, dan berprinsip adalah sikap yang menggambarkan sosok Fatmawati, The First Lady Republik Indonesia. Usia Fatmawati baru 19 tahun ketika disunting Bung Karno yang waktu itu 41 tahun. Putri Hasan Din yang asli Bengkulu itu, menjadi first lady yang menorehkan sejarah. Fatmawati, dinikahi Bung Karno pada era pendudukan Jepang, mengikuti pasang surut perjuangan mencapai kemerdekaan. 

Dalam masa awal kemerdekaan, tak jarang Fatmawati yang memiliki penguasaan bagus dalam hal nilai-nilai keagamaan, didaulat berbicara di atas podium. Ia juga kerap mendampingi suaminya berkunjung ke berbagai daerah baik Jawa Tengah, Jawa Barat, maupun Jawa Timur untuk mempertahankan kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Ia juga dikenal dalam latar yang jauh dari gemerlapan. “Tak pernah aku mengalami mempunyai tempat makan, kamar tamu, kantor, teras, kamar rekreasi dari masa kanak-kanak hingga remaja…” tulisnya dalam memoar.

Besarnya cinta Fatmawati pada suami ternyata terus diuji. Soekarno kembali terpikat perempuan lain, yaitu Hartini. Munculnya Hartini memang tak dikehendaki Fatmawati. Ia memilih berpisah dan keluar dari istana, meski sejatinya masih mencintai suami. Ia rela menanggalkan status Ibu Negara dan hidup sederhana di sebuah rumah di jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru.

Fatmawati menjalani berbagai usaha bersama putra sulungnya, Guntur. Terakhir bahkan ia dikarunia kepandaian menyembuhkan antara lain dengan memijat. Rumahnya di Jl. Sriwijaya pernah dikontrakan kepada perusahaan asing. Tanah malah dijual untuk menyekolahkan Guruh ke Negeri Belanda.

Fatmawati, sosok ibu yang tidak pernah dibenci anak-anaknya. Ia memang bukan termasuk pahlawan nasional. Namun, ialah sosok wanita tegar, wanita yang rela cintanya terbagi, wanita yang telah melahirkan sosok wanita super, yakni, Megawati Soekarno Putri, seorang wanita yang pernah memimpin negeri ini.


Nancy Mattews
Nancy Mattews, sosok ibu hebat yang berhasil membangkitkan rasa percaya diri anaknya hingga akhirnya Edison kecil tumbuh menjadi Thomas Alva Edison, salah satu penemu terbesar di dunia yang genius. Meskipun secara fisik anaknya agak tuli, namun itu semua bukan menjadi tembok penghalang yang berarti bagi Nancy untuk terus berjuang mengantarkannya ke tangga kesuksesan. Selama kariernya, Thomas Alva Edison telah mempatenkan sekitar dari 1.093 hasil temuannya, termasuk bola lampu listrik, gramofon, juga kamera film.

Thomas di masa belia, secara fisik Edison kecil agak tuli dan dicap bodoh di sekolah, bahkan gurunya pernah meminta ibunya, Nancy untuk mengeluarkannya dari bangku sekolah. Meski demikian, ibunya tak patah arang dan membulatkan tekad bahwa anaknya bukan anak bodoh dan ia sendiri yang akan mendidik dan mengajarnya.

Alhasil, Edison hanya mengenyam pendidikan formal di bangku sekolah selama tiga bulan, setelah itu pendidikannya diperoleh dari sang ibu yang mengajar Edison di rumah. Nancy mengajarkannya cara membaca, menulis, dan matematika. Ia juga sering memberi dan membacakan buku-buku bagi Edison, seperti buku-buku karya penulis Edward Gibbon, William Shakespeare dan Charles Dickens.



Sujiatmi Notomiharjo
Sujiatmi Notomiharjo adalah Ibu dari Presiden RI, Joko Widodo. Bagi Jokowi dan adik-adiknya, Sujiatmi terasa lebih tegas dibanding ayah yang tak banyak bicara. Anak-anak tak berani membantah bila ibu sudah berkata-kata. Sujiatmi juga menjadi sosok pertama yang memompa semangat anak-anak saat harus menghadapi ujian hidup. 

Misalnya, ketika Jokowi muda gagal masuk sekolah atas yang diimpi-impikan, tapi kemudian berhasil menembus UGM. Usaha kayu yang dirintisnya juga pernah bangkrut, wanita ini pula menjadi motor kebangkitan sehingga berkembang jauh lebih besar.

Meski berhasil menjadikan anak-anaknya mandiri, bahkan putra sulungnya sekarang seorang presiden, Sujiatmi tak pernah mengajarkan untuk mendewakan harta dan kekuasaan. Ketika awal Jokowi berpolitik, ia sempat berpesan jangan menjadikan jabatan publik sebagai tempat mencari kekayaan. “Mengurusi rakyat itu harus ikhlas. Jika ingin kaya tetaplah jadi pengusaha saja,” ujarnya.

Peran ibu oleh Sujiatmi tak berhenti saat anak-anaknya sudah dewasa atau menikah. Ia tetap dijadikan tempat berkeluh kesah dan rujukan penting keputusan-keputusan yang mereka buat. Restunya tetap sangat dibutuhkan saat Jokowi hendak bertarung dalam pilkada DKI atau diberi mandat sebagai bakal calon presiden. Ia bahkan kerap kali ikut “blusukan” saat Jokowi kampanye.

Tak sedikit orang dengan sinis menyebut “kesederhanaan” Jokowi hanya pencitraan. Namun andai orang melihat keseharian Sujiatmi, mereka akan paham bahwa kesederhanaan tersebut memang sudah dipupuk sejak lama dan kini mengalir dalam darahnya.

Bagi Sujiatmi, melahirkan, mengasuh, dan membesarkan anak-anaknya bersama suami dengan sebaiknya-baiknya merupakan kewajiban. Modal yang diberikan hanya iman, akhlak, dan pengetahuan. Hidup akan penuh cobaan. Mereka kelak harus saling bantu dan menguatkan.



Caterina
Robin Maxwell dalam Signora da Vinci, melukiskan perjuangan Caterina, ibu dari Leonardo da Vinci (1452 – 1519) dalam menapaki kariernya. Sang ibu rela meninggalkan kampung halamannya dan ayahnya, Ernesto untuk pergi ke Florence. Di sana Caterina menyamar sebagai lelaki, untuk mendampingi anaknya yang sedang belajar melukis. Keberuntungan bepihak pada Leonardo muda karena ia dilindungi oleh keluarga kaya yakni: Keluarga Medici. Ia memotong rambutnya yang panjang dan memakai kemben yang ketat serta berganti nama menjadi Cato, "meminjam" nama penyair Romawi yang terkenal itu. Berkat pengorbanan sang ibu, Leonardo da Vinci akhirnya menjadi seniman multi-talent yang belum ada tandingannya hingga detik ini. 



Halimah
Bagi Chairul Tanjung kunci sukses yang paling besar dan paling utama, yang membuatnya menjadi seperti sekarang adalah ibunya, Halimah. Bermula dari cerita sang Ibu diwaktu CT sudah masuk fakultas Kedoktera Gigi UI, untuk membayar uang masuk kuliah saja sang Ibu harus menggadaikan kain halus satu-satunya miliknya.

Sejak mendengar cerita sang Ibulah, CT kemudian bertekad tidak mau mensia-siakan pengorbanan sang ibu dengan menjadi mahasiswa berprestasi dan bekerja keras untuk membiayai kuliahnya sendiri hingga tamat. Dari usaha Fotocopy sampai jual beli mobil bekas serta penggadaan alat-alat mahasiswa kedokteran gigi, ia lakoni. Selepas kuliah, ia memilih terjun ke dunia Bisnis.

Jatuh bangun dan turun naik keadaan bisnis CT memang sudah biasa bagi pengusaha. Pada tahun 1995, sang Ibu berniat menunaikan ibadah Haji ke Mekkah. CT memutuskan ia sendirilah yang mendampingi ibunya naik haji. Mendelegasikan semua pekerjaan yang ditinggalkannya selama di Mekkah kepada orang kepercayaannya.

Ternyata, selama di Mekkah itulah CT mendapat banyak sekali pengalaman rohani, yang membuatnya semakin mencintai ibunya, dan semakin yakin keputusannya untuk mendampingi ibunya adalah sesuatu yang bukan saja tepat, tetapi sudah merupakan suatu amanah.

Sejak pulang dari naik haji mendampingi ibunya itu, CT mengaku, korporasinya di bawah nama Para Grup mengalami kemajuan yang jauh lebih pesat daripada sebelumnya. Sejak 11 Desember 2011, nama Para Grup diganti dengan nama CT Corp. Chairul Tanjung. Di 2014, Majalah Forbes mendaulat CT memiliki kekayaan sebesar $4 Miliar dan termasuk orang terkaya nomor 375.

Add to Flipboard Magazine.

Tulis Komentar:


Anda harus login sebagai member untuk bisa memberikan komentar.

                       
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250