Search:
Email:     Password:        
 





Inspirational CEO

By Benny Kumbang (Editor) - 01 February 2013 | telah dibaca 4938 kali

Andy Kasih (Presiden Direktur PT Bank Artha Graha International, Tbk)

Menjadikan Bank Artha Graha Semakin Dekat dengan Lingkungan dan Masyarakat

Naskah: A. Rapiudin, Foto: Dok. Pribadi

Berbekal kepercayaan stakeholders dengan mempersembahkan value added, cultural capital, dan goodwill untuk peningkatan sosial ekonomi masyarakat, Bank Artha Graha kini telah menjadi salah satu bank nasional yang cukup diperhitungkan di Indonesia. Di bawah kepemimpinan Andy Kasih sebagai Direktur Utama, bank ini terus melakukan perbaikan di berbagai sektor dan bertekad untuk memacu pertumbuhan di tahun 2013 dan menjadikan bank ini sebagai bank papan atas ke depannya.

Untuk menuju bank papan atas dan mampu bersaing dengan bank-bank lainnya, tentu memerlukan perjuangan yang tidak ringan. Dengan pengalamannya sebagai bankir senior, Andy ternyata cukup piawai dalam melakukan berbagai terobosan untuk memajukan bank ini. Salah satu langkahnya adalah dengan membangun sistem teknologi perbankan yang canggih, dan Bank Artha Graha saat ini sedang dalam proses pergantian core banking system.

Terobosan lainnya adalah dengan mengembangkan sumber daya manusia (SDM). Andy yakin SDM merupakan pondasi bagi kemajuan suatu perusahaan. Karena itulah bank ini melakukan penggemblengan dan pelatihan-pelatihan untuk terus meningkatkan kualitas SDM yang ada.

Di sisi lain, bank ini juga semakin memperkuat kedekatannya dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kedekatan ini tak sekadar dalam pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) tapi juga dukungannya dalam kegiatan-kegiatan sosial bersama Artha Graha Peduli, antara lain, pemberian bantuan sembako dan pasar murah, bantuan pembangunan sekolah di daerah-daerah, serta pertolongan dan pemberian bantuan pada korban bencana banjir / bencana alam dan lain-lain. Bank Artha Graha juga mendukung sepenuhnya program Bank Indonesia dengan programnya “Ayo ke Bank” dengan memberikan edukasi pengenalan dunia perbankan di beberapa sekolahan di daerah-daerah.

Terbukti dengan terus meningkatnya jumlah nasabah dan nomimal dari produk “Tabunganku” yang beberapa waktu lalu dicanangkan oleh Bank Indonesia. Andy menjelaskan “salah satu produk unggulan kami adalah Tabungan Prega”. Ini tabungan khusus untuk anak-anak sekolah di mana edukasi perbankan pada para generasi muda akan terus dibina untuk menabung dan dalam waktu dekat ini akan diadakan “Saga Movie Fest” yaitu Festival Film Pendek tingkat Nasional untuk para penabung tingkat SLTP.

Semua langkah progresif untuk memajukan bank ini memang merupakan bukti ‘tangan dingin’ Andy Kasih yang berhasil membangun tim yang baik dan solid dalam memajukan korporasi. Andy memulai karier di dunia perbankan sejak 1983 di Citibank dengan jabatan terakhir sebagai Vice President. Setelah 14 tahun berkarier di Citibank, Andy kemudian masuk ke Bank Internasional Indonesia (BII) pada 1994 dan kemudian Andy ditarik masuk ke Bank Subentra dengan jabatan sebagai Direktur Operasi.

Dari bank inilah Andy kemudian hijrah ke Bank Artha Graha pada 1996 hingga kini. Saat pertama masuk ke Bank Artha Graha, Andy diamanahi tugas sebagai Direktur Operasi. Berlanjut kemudian menjadi Direktur IT dan Kepatuhan (2001-2005), dan Direktur IT, Kepatuhan dan Risk Management Bank Artha Graha (2005-2008). “Lima tahun lalu (2008) saya diangkat sebagai Direktur Utama Bank Artha Graha,” ujarnya.

Selama kariernya di dunia perbankan, Andy bersama jajaran Bank Artha Graha pernah mengalami masa-masa sulit saat Indonesia dilanda kriris moneter pada 1998. Namun, semua itu berhasil dilaluinya. Tatkala kriris moneter terjadi, seluruh tim, mulai dari level Kepala Divisi, Direksi, sampai Dewan Komisaris, semuanya bahu-membahu mempertahankan bank agar tidak terpuruk. Kerja keras seluruh komponen Bank Artha Graha membuahkan hasil. Bank tersebut akhirnya mampu lolos dari badai krisis moneter sebagai salah satu Bank yang tidak ikut dalam program Rekap.

Andy mengakui persaingan di dunia perbankan cukup ketat. Apalagi, banyak bank besar yang mayoritas dikuasai asing. Dari segi modal tentu saja bank-bank tersebut lebih kuat. “Itu tantangan buat kami. Untuk mengalahkan mereka maka kami harus lebih baik dari segi pelayanan kepada nasabah. Jadi kita jangan terjebak pada faktor permodalan yang sudah pasti kita kalah, tapi kita cari sisi lain yang bisa mengungguli mereka, salah satunya dari segi pelayanan dan kualitas SDM yang andal. Hasilnya sudah kelihatan. Kami beberapa kali terpilih sebagai bank yang memberikan pelayanan terbaik di antara 10 bank besar di Indonesia,” terang Andy.

Soal pelayanan terbaik kepada masyarakat, Andy mengaku banyak diberikan motivasi dan arahan oleh Pimpinan Artha Graha Group. Menurutnya, pimpinan Artha Graha Group terus memberikan motivasi untuk konsentrasi memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. “Itu yang selalu diingatkan oleh Pimpinan bahwa di mana kita berkarya di situ kita harus memperhatikan lingkungan sekitar. Misalnya saat banjir beberapa waktu lalu, pada waktu hari pertama tim Bank Artha Graha dan Artha Graha Peduli sudah masuk ke pemukiman warga untuk memberikan pertolongan dan bantuan sandang pangan,” katanya.

Andy mengaku sebagai CEO, ia punya sosok yang dikagumi karena kerja keras dan keberhasilannya. Di tingkat internasional, Andy mengaku mengagumi sosok pendiri Microsoft, Bill Gates. Ia memulai karier dari bawah hingga sukses seperti sekarang ini. Bill Gates juga dikenal sebagai sosok yang banyak memberikan sumbangan atau donasi cukup besar bagi kepentingan kemanusiaan. “Untuk tingkat lokal, saya tentu mengacu pada cara kepemimpinan Pimpinan Artha Graha Grup dalam hal ini Tommy Winata. Beliau mengawali karier juga dari bawah sehingga beliau bisa mencapai puncak tertingginya dalam karier. Saya banyak belajar dari beliau” tuturnya.

Sebagai orang yang bergelut di perbankan, dunia yang satu ini tak luput dari perhatiannya. Menurut Andy, perkembangan dunia perbankan nasional sangat positif dan jauh lebih baik dibandingkan masa-masa lalu. Peraturan-peraturan perbankan yang semakin ketat harus disadari sebagai upaya dari otoritas Bank Indonesia untuk membuat Perbankan Nasional menjadi lebih kuat dan kokoh. “Peraturan-peraturan itu bukan menghambat pertumbuhan perekonomian nasional, tetapi agar Perbankan Nasional menjadi lebih prudent (berhati-hati),” imbuhnya.

Andygrafi
Nama:
Andy kasih, Lahir: 1955, Pendidikan: Sarjana Ekonomi Universitas Katholik Widya Mandala, Surabaya, Jabatan: Direktur Utama Bank Artha Graha Internasional, Karir: Citibank (1983), Bank Internasional Indonesia (1994), Bank Subentra, Bank Artha Graha Internasional(1996- sekarang), Keluarga: Istri: Hellena Kwentino, Anak: Hansley S. Kasih, Melvany A. Kasih, Stevina A. Kasih, Hobi: Golf & Tenis Meja



sukrisno

Melakukan Pembenahan dengan Turun ke Lapangan

Naskah: Sahrudi Foto: Sutanto / Dok. PT Timah (Persero), Tbk.

Setelah sukses memimpin PT Bukit Asam (Persero) Tbk, Sukrisno mendapat tugas baru dari Menteri Negara BUMN untuk mengomandani PT Timah (Persero) Tbk. Tugas awalnya selain membenahi tata niaga timah dan memberantas illegal mining timah yang merugikan negara hingga triliunan rupiah setiap tahun, juga melakukan efisiensi. Meski bukan pekerjaan yang ringan, tapi ia harus maju pantang mundur.


Memimpin perusahaan tambang timah tentu berbeda dengan memimpin perusahaan tambang batubara. Karena, meski sama-sama bahan tambang, antara timah dan batubara memiliki perbedaan dalam banyak hal terutama lokasinya. Kalau Batubara penambangannya hanya dilakukan di darat. Sedangkan penambangan timah tak hanya di darat tapi juga di laut.

Untuk tambang batubara, tidak banyak yang namanya illegal mining. Berbeda sekali dengan timah yang marak dengan penambangan illegal. Parahnya, illegal mining timah ini sudah sejak lama dilakukan warga dan tak jarang ada pihak-pihak tertentu yang bersifat permisif terhadap perilaku salah tersebut. Saat ini ada 520.000 hektar lahan tambang PT Timah (Persero), Tbk. di daerah Bangka Belitung dan Kepulauan Karimun, Riau.

Dari jumlah tersebut, 380.000 hektar lokasi penambangan ada di darat dan sisanya berada di laut. Nyaris dari separuh lokasi penambangan itu ditambang oleh para penambang tidak sah, baik di darat maupun di laut. Melihat kenyataan itu, Sukrisno merasa mendapatkan tantangan luar biasa.

Bagaimana tidak, dia harus menertibkan kegiatan mayoritas warga di daerah penambang timah yang telah dilakukan sejak puluhan tahun silam. Tapi, show must go on, ia pun turun langsung mendekati dan menyadarkan masyarakat yang selama ini salah kaprah dalam melakukan penambangan timah.

Alih-alih menyadarkan warga untuk tidak melakukan penambangan liar, Sukrisno malah mendapat tantangan. Repotnya lagi, ia mengaku, upaya penyadaran tersebut sepertinya kurang mendapatkan dukungan dari pihak-pihak tertentu dengan berdalih bahwa penambangan itu dilakukan oleh warga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. “Wah, repot ini, seolah-olah kalau tidak nambang, berarti mereka tidak makan dong?” katanya. Sukrisno pun mendatangi seluruh pejabat di daerah tersebut mulai dari gubernur, walikota, bupati, Kapolda untuk bersama sama menertibkan.

Pria kelahiran Madura ini sudah bertekad bulat untuk tidak tunduk terhadap sesuatu yang tidak bisa dibenarkan oleh hukum agama dan perundangan negara. “Kalau ada pelanggaran di depan kita dan kita membiarkan pelanggaran itu, maka kita ikut berdosa,” tegasnya. Kebijakan yang selalu disampaikan kepada para mitra dan masyarakat yaitu menambang dengan berwawasan lingkungan dan menambang sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

Ajakannya, tidak semata-mata karena tak ingin lokasi PT Timah (Persero), Tbk. dijarah mineralnya oleh warga secara ilegal, tapi juga karena faktor bahaya lain yang mengancam para penambang itu yakni adanya radioaktif yang muncul dari penambangan tersebut dan sangat berbahaya bagi manusia. Seperti di Bangka Belitung, misalnya. “Ini bukan mengada-ada, karena media lokal setempat menyebutkan bahwa Bangka Belitung sudah tercemar radiasi radioaktif berdasarkan survey dari tenaga ahli dari Jepang,” ujar Sukrisno.

Upaya penertiban penambangan ini sejatinya sudah diatur melalui Permen Nomor 28 tahun 2009, yang harus diberlakukan Oktober tahun 2012 kemudian direvisi dengan Permen Nomor 24 tahun 2012, di mana salah satu bunyi peraturan menteri tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat bisa bermitra dengan BUMN dan BUMD melalui sistem sewa.

Sukrisno melakukan pertemuan dengan mitra atau masyarakat penambang untuk menjelaskan sistem kemitraan yang diterapkan kepada para penambang tersebut, yang sudah jelas akan memberikan keuntungan lain kepada rakyat. Keuntungan yang didapat PT Timah (Persero), Tbk. dari sistem itu dapat untuk memperbaiki lingkungan yang kurang baik. “Masyarakat setuju,” imbuhnya.

Ini dilakukan untuk mengoptimalisasikan hasil tambang timah negara. Bagi Sukrisno ada ketimpangan dalam pendapatan hasil timah antara negara dan swasta. “Saya punya data-data, bahwa swasta itu hanya punya 3% luasan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dibandingkan dengan PT Timah (Persero),Tbk.

Tetapi ekspor nya itu perbandingannya 65% swasta dan 35% PT Timah (Persero), Tbk. Saya waktu itu menyampaikan, dari mana yang 65% itu, sedangkan PT Timah (Persero), Tbk saja yang luasannya 520 ribu hektar itu, untuk mengekspor yang 35 ribu saja susah, tapi swasta itu kok gampang sekali?” herannya.

Ia sempat menduga itu terjadi karena illegal mining. Dugaan itulah yang sempat membuat ia dilaporkan ke polisi oleh para penambang swasta dengan tuduhan pencemaran nama baik. “Apa yang saya sampaikan benar, ada datanya.” Data-data ekspor dari 2008 s/d 2012 yang berupa logam batangan (tidak termasuk bentuk lainnya), swasta : 358.919 ton, PT Timah : 194.430 ton.

Bolak balik Jakarta-Bangka Belitung untuk bertemu dengan mitra dalam mengajak mereka agar tidak melakukan penambangan liar, adalah rutinitasnya selama 7 bulan sejak ia memimpin PT Timah (Persero), Tbk. Selain pendekatan dan penanganan secara fisik, upaya membangun sistem ekspor atau penjualan hasil timah tersebut juga dirintisnya. Alhamdulillah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 78 (Permendag 78) yang mulai berlaku pada bulan Juli 2013 dimana dalam Permendag 78 ini disebutkan kadar logam yang boleh diekspor dengan kadar minimal 99,90 % Sn, lebih tinggi dari peraturan sebelumnya yang hanya 99,85 % Sn.

Selain itu, semua yang terbuat dari timah mulai dari logam batangan hingga bentuk lainnya yang berunsur timah harus diverifikasi oleh surveyor. “Sehingga semua timah yang akan diekspor itu harus diverifikasi. Itu yang pertama. Yang kedua kandungan PB nya kalau dulu 0,360 sekarang maksimal 0,100 sehingga ini diperketat supaya logam timah yang diekspor benar benar diolah memenuhi standar LME.

CSR dan Efisiensi
Langkah lain Sukrisno dalam melakukan pembenahan PT Timah (Persero), Tbk adalah dengan mengarahkan CSR perseroan untuk memperbaiki lingkungan yang bekerjasama dengan masyarakat dan Pemda. Seperti misalnya melakukan reklamasi eks tambang timah untuk menjadi lahan pertanian, peternakan, perkebunan, atau dihutankan kembali.

Dengan CSR seperti itu diharapkan dapat mengalihkan perhatian masyarakat yang selama ini menambang bisa mengubah haluan menjadi petani atau peternak. “Di Belitung Timur sudah mulai. Rencananya ada 1000 hektar, tapi kemarin baru ada 117 Ha yang sudah mulai dikerjakan itu."

Pembenahan lainnya yang dilakukan Sukrisno adalah sistem pengawasan lingkungan. Kalau dulu sentralize, sekarang pengawasan dilakukan di masing masing satuan kerja di lapangan. “Terus mengenai system penambangannya juga dirubah yang dulu high grade, Sn nya 70, sekarang dirubah 20 – 30 % Sn. Tujuannya apa, supaya mineral mineral ikutannya yang mengandung unsur radio aktif itu bisa ditampung. Mineral ikutan inilah yang sekarang berserakan di lapangan. Karena dulu kita menambang yang 70 persen Sn."

Di bidang efisiensi perseroan, ia melakukannya melalui budaya efisiensi di seluruh satuan kerja tanpa melihat harga pasaran timah yang sangat fluktuatif. “Makanya saya bilang, orang lapangan itu tidak usah memikirkan harga Timah. Berapapun harga timah, yang penting bagaimana bisa menekan biaya yang ada. Tapi alhamdulillah itu bisa berhasil dalam waktu 8 bulan. HPP kita sudah turun, makanya tahun 2013 saya turunkan lagi,” katanya. Ia berharap Permendag Nomor 78 bisa berjalan hingga mampu mendukung kenaikan harga timah nasional.

Sukrisnografi
Nama Lengkap
Ir Sukrisno Lahir Sumenep, 27 April 1953 Pendidikan Sarjana Teknik Mesin Institut Teknologi 10 November Surabaya (1980) Pekerjaan Direktur Utama PT Timah (Persero), Tbk. (19 April 2012 - sekarang), Direktur Utama PT Bukit Asam (Persero), Tbk (Sejak 27 Desember 2006 – 22 Desember 2011), Direktur Operasi/Produksi PTBA (2001-2006), Kepala Departemen Operasi PT Semen Padang (1995-2001), Komisaris PT Yasiga Sarana Utama (1996-2001) Penghargaan APEA- Individu Outstanding Entrepreneurship (2009), The Best CEO (2009), Individu The Fast Learning CEO (2009), CEO for Top executive of Listed Company (2009), The Best CEO (2010), The Fast Learning CEO (2010), APEA- Individu Outstanding Entrepreneurship (2010), CEO Terbaik (2011), Keluarga Ayah dua anak dan kakek lima cucu Hobi Olahraga




i ketut mardjana

Sosok Tranformational Leader di balik Kebangkitan Pos Indonesia

Naskah: Sahrudi, Foto: Fikar Azmy & Dok. Pos Indonesia

Tak bisa disangkal kalau I Ketut Mardjana adalah figur yang telah menorehkan ‘tinta emas’ dalam perjalanan sejarah PT Pos Indonesia . Betapa tidak, karena dalam masa kepemimpinannyalah BUMN itu berhasil bangkit dari keterpurukan.

Ketika pemerintah menunjuknya sebagai Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) pada tahun 2009, I Ketut Mardjana benar-benar dihadapkan pada sebuah pekerjaan yang rumit luar biasa. Banyak orang memprediksi bisnis pos ini akan bangkrut di tengah pesatnya kemajuan teknologi informasi. Terlebih lagi, posisi bisnis Pos Indonesia saat ia masuk sudah merugi hingga mengikis modal. “Harus ada kerja keras luar biasa dan berpikir out of the box untuk membangkitkan Pos Indonesia,” pikir Mardjana ketika itu.

Memang, putra Bali kelahiran 18 Maret 1951 ini tidak memiliki pengalaman di bisnis pos. Tapi sebagai pemimpin yang memiliki vision, value, dan courage, ia yakin mampu menjawab tantangan tersebut. Tanpa menunggu lama, perubahan besar di Pos Indonesia pun segera dilakukan oleh doktor lulusan Monash University, Melbourne, ini.

Dalam pandangannya, Pos Indonesia tak bisa lagi hanya berfokus pada bisnis pengiriman surat dan paket tapi harus berani melakukan langkah transformasi dengan ber-metamorfosis dari postal company menjadi network company. Ia juga tak takut dengan perkembangan teknologi informasi yang dikhawatirkan banyak kalangan bisa mematikan bisnis Pos. “Kenapa sih teknologi ini ditakuti? bukankah teknologi ini memperlancar setiap kegiatan manusia?.

Begitu saya masuk, yang saya katakan teknologi informasi ini harus jadi backbone dari seluruh kegiatan bisnis itu. Karena dengan itu maka kita akan bisa melakukan efisiensi, pengendalian secara lebih baik, ini saya lakukan,” tekadnya.

Gebrakan pun dilakukan Mardjana. Mulai dari mengubah image dan kultur di Pos Indonesia, mengganti kendaraan operasional yang sudah berumur tua, merenovasi kantor pos di seluruh Indonesia dengan arsitektur mewah dan sentuhan warna orange, menyiasati kemajuan teknologi informasi menjadi pendukung yang membawa untung, hingga melakukan diversifikasi bisnis.

Mardjana paham betul bahwa kecepatan dan kualitas pelayanan adalah tulang punggung bisnis di bidang jasa logistik agar bisa tampil kompetitif. Karena itulah ia membangun jaringan dengan komputerisasi yang andal plus kapasitas bandwidth yang ditingkatkan. Untuk kantor pos yang tidak tersedia jaringan telepon, Pos Indonesia menyewa V-Sat.

Walhasil, 3.814 kantor pos di Indonesia kini telah terhubung dengan jaringan online. Dengan perbaikan sistem teknologi ia yakin bisa memudahkan pelanggan mengecek pengiriman untuk mendukung beberapa produk baru pengiriman surat, dan paket yang dibangun, antara lain, Pos Express, Parcel, Admail, dan Express Mail Service. Mail Processing Center (MPC) Pos Indonesia juga telah mendapatkan Sertifikasi ISO 9001:2008 untuk sistem manajemen mutu.

BUMN yang sudah mendapat pengakuan internasional untuk kategori layanan admail yang menyasar korporasi dan layanan Express Mail Service (EMS), itu, juga sukses meraup pasar korporat dengan mendongkrak pertumbuhan jasa surat dan paketpos sekitar 16 persen pada 2011. Lalu, untuk mengcover bisnis seperti warehousing, freight forwarding, regulated agent, dan distribusi, PT Pos melebarkan sayap dengan melahirkan anak perusahaan, PT Pos Logistik Indonesia.

Sedangkan di bisnis pengiriman uang, PT Pos menyediakan jasa remittance, pospay, bank channeling, dan insurance rencananya melalui PT Pos Jasa Keuangan Indonesia. Untuk melayani pengiriman uang antarnegara, Mardjana terus membangun kinerja dengan Western Union, yang menawarkan layanan online dan transfer dana dengan waktu pengiriman hanya dalam hitungan detik.

Jasa keuangannya juga menyentuh kebutuhan rakyat dengan melayani pembayaran berbagai jenis tagihan melalui produk Pospay. Sebanyak 70 biller sudah bekerja sama, mulai tagihan listrik, telepon, air bersih, pajak, zakat, hingga sedekah. Tak sampai di situ, mulai 2013 PT Pos juga melirik bisnis properti melalui PT Pos Properti Indonesia.

Sepak terjang pria yang gemar bersepeda ini dalam melakukan restrukturisasi dan penyehatan Pos Indonesia telah memberikan hasil. Setelah selama kurun waktu 2004-2008 mengalami kerugian fatal, di bawah kepemimpinannya sejak tahun 2009, kinerja keuangan Pos Indonesia mulai beranjak positif di mana ketika itu perseroan berhasil membukukan laba Rp 98 miliar.

Setahun kemudian, keuntungan naik menjadi Rp 156 miliar. Untuk tahun 2012, pendapatan dan laba yang dibukukan perusahaan itu melampaui target. Hingga akhir tahun 2012 (unaudited), keuntungan (Laba EAT) Pos Indonesia mencapai Rp 200,35 miliar dari target Rp 182,5 miliar.

Succes story Mardjana dalam membangkitkan performa Pos Indonesia tentu tak lepas dari prinsip yang harus dimiliki seorang pemimpin. “Apa yang harus dimiliki seorang leader? Pertama adalah vision, kedua adalah value, yang ketiga adalah courage,” tegas Mardjana kepada Men’s Obsession. Untuk visi, katanya, siapa pun bisa membangun suatu visi.

“Tetapi berapa dalam dan berapa besar visi itu akan dibangun. Nah ini sangat dipengaruhi oleh, apakah pemimpin itu knowledgable, apakah pemimpin itu mempunyai experience, ketiga apakah pemimpin itu punya network ? Nah ini juga satu requirement dari seorang leader,” ia menambahkan. Untuk knowledge, visi, dan network, mantan Direktur Informasi dan Pengembangan Peraturan BUMN pada Departemen Keuangan ini memang tak perlu diragukan lagi, gelar doktor yang diraihnya adalah bidang bisnis manajemen dengan disertasi soal BUMN.

Pola kepemimpinan sebagai penunjang kinerja juga menjadi perhatian I Ketut Mardjana. Dalam pola kepemimpinan, ia menerapkan sistem yang egaliter namun tetap menanamkan nilai-nilai kedisiplinan kepada seluruh karyawan Pos Indonesia. I Ketut Mardjana diakui karyawan PT Pos sangat dekat dengan para staf, baik di pusat dan daerah.

Tak jarang ia melakukan touring menggunakan sepeda motor bersama staf dan karyawan mengunjungi kantor pos di berbagai daerah di seluruh Indonesia untuk melihat lebih dekat persoalan yang dihadapi para petugas kantor pos di daerah.

Kalau sudah begitu, suasana egaliter pun tercipta. Tak ada lagi barrier antara atasan dan bawahan. “Staf saya saja manggil saya bro ketut, hahaha!…” katanya menggambarkan kedekatannya dengan bawahan. Dalam dua minggu hanya sehari ia di rumah. “Saya harus terus jalan, sosialisasi sampai ke tingkat bawah, kalau nggak kan orang nggak paham, tingkat pimpinannya maupun tingkat pelaksananya.

Apa yang saya lakukan, naik motor bersama mereka. Saya kemarin dua kali naik motor sampai 600 hingga 700 kilometer. Naik sepeda motor, keliling dari Surabaya sampai ke Banyuwangi, Malang, Jember. Nah ini. Pemimpin naik sepeda motor, touring sambil melihat kantorpos.

Jangan tanya kuat apa nggak, buktinya sampe. Yang lain sudah sakit pinggang, saya masih kuat,” kembali tawanya pecah. Baginya, bisa berkumpul bersama karyawan adalah vitamin yang bisa menambah energi kerja karena terbangun harmonisasi yang tangguh di luar maupun di dalam kantor.

Mardjanagrafi :
Nama : I Ketut Mardjana Ph.D. Lahir: Bali, 18 Maret 1951. Pendidikan : Doktor dari Monash University, Melbourne, Australia. Pekerjaan : Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero). Riwayat Jabatan: 25 Juli 2008-Agustus 2009 : Wakil Direktur Utama PT Pos Indonesia, 2007-Juni 2008 : Direktur Pengembangan Usaha dan Umum PT CMNP Tbk,  2004-sekarang : Komisaris PT Jasa Sarana Jabar, 2003-2004 : Komisaris PT Kapita Asia,  2003-2006 : Komisaris PT Perkebunan Nusantara XI, 2000-2007 : Direktur Eksekutif Keuangan PT CMNP Tbk, 1998-2002 : Komisaris PT Semen Tonasa (Persero), 1999-2001 : Komisaris PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, 1998 : Komisaris PT Semen Gresik Tbk, 1999-Mei 2000 : Direktur Industri Manufaktur, Kantor Menteri Negara, Pendayagunaan BUMN/Badan Pembina BUMN. Organisasi : 2008- sekarang : Wakil Sekjen Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (ASITA).



Add to Flipboard Magazine.
Komentar:

                         
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250