Search:
Email:     Password:        
 





9 Jalan Kematian Tragis para Pemimpin

By content (Administrator) - 01 January 2013 | telah dibaca 13487 kali


Naskah: Andi Nursaiful   Foto: Dok. MO

Sejarah adalah cermin paling jernih. Para calon pemimpin seharusnya bercermin pada sejarah, bahwa kekuasaan adalah salah satu hal yang paling sulit dikelola. Sejarah mencatat, tak sedikit penguasa yang bernasib naas di akhir kekuasaannya.

Di sejumlah peradaban, terdapat penguasa-penguasa yang menemui akhir hidup yang tragis. Mulai dari Julius Caesar yang tewas di ujung belati anggota senat Marcus Junius Brutus, hingga Ratu Mary dari Skotlandia yang dieksekusi penggal kepala. Bahkan pemimpin agama, seperti, Joseph Smith pun meninggal dieksekusi.Type the text here

1. Revolusi Sosial


Ada revolusi yang berjalan damai namun ada yang berlangsung berdarah-darah. Ada yang terjadi secara alami, tetapi tak sedikit revolusi di sebuah negara, didukung, diintervensi, bahkan ditunggangi oleh kekuatan negara-negara adidaya untuk kepentingan tertentu.

Terlepas dari itu, revolusi sosial politik selalu meminta korban jiwa, dan tak sedikit di antaranya adalah para pemimpin setingkat presiden dan perdana menteri yang sebelumnya berkuasa mutlak. Benito Amilcare Andrea Mussolini, atau lebih populer dengan nama Benito Mussolini adalah contoh gamblang seorang pemimpin yang menapak puncak kekuasaan mutlak melalui revolusi, namun kemudian hidupnya berakhir tragis juga di ujung revolusi.

Mussolini dikenal sebagai seorang sosialis pemuja Karl Marx, namun kemudian membentuk dan menyebarkan gerakan fasisme. Paham ini lahir di saat perekonomian Italia memburuk akibat perang dan pengangguran. Pada Maret 1919, fasisme menjadi suatu gerakan politik ketika ia membentuk Kelompok untuk Bertempur yang dikenal sebagai baju hitam, yakni kumpulan penjahat, kriminal, dan preman yang bertindak sebagai tukang pukul para cukong. Kaum fasis menolak parlemen dan mengedepankan kekerasan fisik. Anarki pecah di mana-mana tanpa mampu dikendalikan oleh pemerintah liberal, hingga akhirnya Raja Italia, Vittorio Emanuele III, memberikan kekuasaan untuk membentuk pemerintahan baru, Republik Sosialis Italia, pada 1943.

Di bawah kendalinya, Italia menjelma menjadi negara yang sangat ditakuti. Terlebih karena Mussolini juga bersahabat dengan Adolf Hitler. Mereka beraliansi dan terjun ke Perang Dunia II pada 1940. Setelah Jerman dan Italia kalah di Perang Dunia II, Mussolini diturunkan dari jabatannya oleh raja Victor Emmanuel III dan ditahan di Campo Imperatore, sebuah resor pegunungan terpencil di Abruzzo. Pasukan khusus Jerman berhasil membebaskan dan mengembalikannya berkuasa di Italia Utara.

Tetapi, pada praktiknya ia memerintah sebagai pemimpin boneka, karena yang sebenarnya berkuasa adalah orang-orang Nazi Jerman. kontroversi di Italia saat itu. Setelah berhasil ditemukan, kerangka itu disimpan selama 10 tahun sebelum dikuburkan di Predappio, Emilia-Romagna, tempat kelahirannya.

Tewas mengenaskan dan mayatnya dipertontonkan di depan umum, juga dialami oleh Mohammad Najibullah Ahmadzai. Mantan presiden Afghanistan dari 1987-1992, ini, tewas ditangan kaum Taliban yang berhasil menguasai negeri itu lewat jalan revolusi. Najibullah dijemput paksa oleh tentara Taliban saat berlindung di markas PBB di Afghanistan, pada 27 September 1996. Ia lantas dikebiri sebelum diseret dengan truk di jalan raya hingga tewas. Mayatnya lalu digantung di tiang lampu pengatur lalu lintas sebagai pertanda bahwa era baru Afghanistan sudah dimulai.

Saddam Hussein di Irak dan Moammar dengan tuduhan Saddam mengembangkan senjata biologi. Setelah berhasil ditangkap, Saddam dinyatakan bersalah atas kejahatan kemanusiaan, dan dijatuhi hukuman gantung pada 30 Desember 2006. Nasib lebih tragis dialami Khaddafi di Libya, Afrika. Muammar Muhammad Abu Minyar al-Gaddafi, nama lengkapnya, naik ke puncak kekuasaan lewat jalan revolusi, tepatnya kudeta militer menyingkirkan Raja Idris pada 1969. Sahabat karib diktator Uganda, Idi Amin, ini, pada 2008 dinobatkan sebagai “Raja Segala Raja Afrika” oleh 200 raja dan pemimpin tradisional di Afrika.

Berbeda dengan Idi Amin yang melarikan diri setelah terdesak, Khaddafi tetap bertahan dalam suasana perang saudara yang memakan korban ribuan rakyat Libya hanya dalam tempo kurang dari setahun. Khaddafi berkuasa dengan tangan besi Ketika fasisme akhirnya runtuh pada 1945, Mussolini bersama istri dan tiga orang pendukung setianya ditangkap dan ditembak mati oleh kelompok perlawanan Italia dari kelompok komunis di sebuah desa bernama Giulino di Mezzegra. Mayat mereka digantung terbalik dan dipertontonkan kepada publik di pompa bensin di Piazza Loreto, Milan. Sebelum digantung, mayat mereka ditembaki berkalikali, diludahi, dilempari batu, dan ditendangi oleh rakyat yang marah terhadap sepak terjang Mussolini dan partai fasisnya.

Mayat Mussolini dikuburkan di makam tak bertanda di Mussoco. Setahun kemudian, sisa-sisa pendukungnya menggali kuburnya dan menyembunyikan kerangkanya di suatu tempat bernama Certosa de Pavia, dekat Milan. Kerangka Mussolini sempat menjadi Khaddafi di Libya adalah contoh pemimpin bernasib tragis lainnya menyusul sebuah revolusi. Hanya saja, keduanya berbeda dari Mussolini dan Najibullah. Saddam dan Khaddafi tewas mengenaskan dalam sebuah revolusi yang dimotori dan ditunggangi oleh kekuataan adidaya, terutama AS.

Saddam yang sangat berkuasa akhirnya kalah dalam perang melawan kekuatan multinasional yang dipimpin AS. Setelah berminggu minggu dikejar-kejar oleh rakyatnya sendiri, ia tertangkap dalam sebuah lubang persembunyian. Saddam Abd al-Majid al-Tikriti, yang memimpin Irak sejak tahun 1979 dengan tangan besi, akhirnya harus berhadapan dengan AS dan sekutunya dalam dua kali perang.

Pada Perang Teluk kedua tahun 2003, AS dan sekutunya menyerang Irak selama hampir 42 tahun, dan sangat represif terhadap lawan-lawan politiknya. Ia juga sekaligus menjadi salah satu ikon perlawanan terhadap negara-negara Barat yang dipimpin AS. Namun tentara revolusioner yang didukung NATO, akhirnya berhasil menggulingkan pemerintahan Khaddafi. Pada 20 Oktober 2011, hidupnya berakhir sangat tragis di tangan tentara revolusioner.

Stasiun televisi Al Jazeera menayangkan rekaman Khadafi yang terkulai di tanah, terluka, dan diinjak-injak. Setelah disiksa sedemikian rupa, ia ditembak tepat di kepala. Mayatnya kemudian diseret ke sebuah masjid di Misrata dalam keadaan bertelanjang dada dengan bagian muka yang berlumuran darah, serta dipertontonkan dan dicemooh oleh rakyatnya sendiri.

2. Kudeta

Pemimpin negara yang tewas mengenaskan dengan jalan kudeta memiliki daftar panjang. Salah satu yang paling diingat dalam sejarah adalah Zulfikar Ali Bhutto, Presiden Pakistan periode 1971 - 1973, dan Perdana Menteri Pakistan 1973-1977, yang digulingkan dalam sebuah kudeta militer oleh Jenderal Muhammad Zia-ul-Haq, kemudian dihukum gantung pada 4 April 1979.

Hukuman itu dikeluarkan oleh Mahkamah Agung di bawah undang-undang darurat atas tuduhan memberikan wewenang atas pembunuhan terhadap seorang lawan politik tahun 1974. Tuduhan ini memang tak terungkap jelas hingga kini. Selain itu, Zulfikar juga dijatuhi hukuman atas lima tuduhan kriminal lainnya. Penangkapan Zulfikar terbilang tragis. Di pagi buta tanggal 17 September 1977, kediamannya diserbu oleh sejumlah tentara.

Dia diseret keluar rumah dan dijebloskan ke dalam penjara yang sempit. Sang pemimpin itu meringkuk tak berdaya di sel, padahal dua bulan sebelumnya ia masih memimpin Pakistan sebelum didongkel oleh kelompok militer pimpinan Jendral Zia-ul-Haq pada 5 Juli 1977. Zia-ul-Haq menggulingkan Zulfikar karena menganggapnya gagal menyelamatkan negara dari krisis.

Menurut Zia-ul-Haq dalam pidatonya setelah peristiwa kudeta tersebut, “Adalah suatu dosa besar apabila angkatan bersenjata diam saja seperti penonton ketika melihat para pemimpin politik gagal menyelamatkan negara dari krisis.” Bagi mereka yang percaya akan karma, nasib tragis Samuel Kanyon Doe dari Liberia bisa menjadi pembenar. Berhasil berkuasa melalui jalan kudeta, dengan membunuh Presiden William Richard Tolbert, Jr. pada 12 April 1980, Doe mengalami nasib sama setelah memerintah selama 10 tahun.

Pada 9 September 1990, Doe ditangkap di Monrovia oleh pemimpin fraksi pemberontak, Prince Johnson, dan tak lama kemudian dieksekusi. Eksekusinya yang brutal difilmkan dan rekaman videonya beredar secara luas. Presiden William Tolbert, Jr. sendiri tewas dieksekusi di istananya dalam sebuah serbuan militer yang dipimpin langsung oleh Samuel Kanyon Doe. Mayat Tolbert ditumpuk bersama 27 pengikutnya di sebuah liang kubur. Sebelum kuburan massal itu ditutup tanah, kerumunan massa mencaci maki sembari melempari mayat-mayat itu dengan batu.

3. Pembunuhan Politik
Daftar pemimpin yang tewas melalui pembunuhan politik tak kalah panjangnya. Mulai dari Boutros Ghali di Mesir, Laurent Kabila di Republik Kongo, Zia Ulhaq dan Benazir Bhutto di Pakistan, keluarga Gandhi (Indira dan Rajiv Gandhi) di India, hingga John F. Kennedy dan saudaranya Robert F. Kennedy di AS. Boutros Ghali adalah kakek dari mantan Sekjen PBB Boutros Boutros-Ghali. Boutros- Ghali sendiri adalah Perdana Menteri Mesir dalam periode singkat, yakni antara 1908 hingga 1910.

Ia membuat marah kaum nasionalis karena terlalu dekat dengan pemerintah Inggris. Ia tewas dibunuh oleh seorang nasionalis bernama Ibrahim Nassif al-Wardani, sarjana farmasi yang baru saja menamatkan kuliahnya di Inggris. Masih di Afrika, Laurent-Désiré Kabila menjabat Presiden Republik Demokratik Kongo sejak Mei 1997 dan mengganti nama negara itu dari sebelumnya bernama Zaire. Kabila tewas di tangan seorang tentara remaja yang pernah menjadi pengawal pribadinya.

Pemerintahannya mulai hancur ketika ia mengambil langkah aneh dengan meninggalkan mitra-mitra ADFL-nya dan menyokong musuh Hutu mereka. Hal ini  memancing perang saudara yang melibatkan pasukan Zimbabwe, Angola, dan Namibia, hingga akhirnya menyebabkan kematiannya sendiri pada Januari 2001. Salah satu anggota tim pembunuhan berencana itu, Abdoul, dulunya adalah anggota kepercayaan Kabila dalam kudeta yang dilancarkan Kabila pada 1997. Abdoul tak pernah menyatakan penyesalannya. Ia berujar, “Dulu Saya mendukung Kabila, tapi dia adalah seorang pengkhianat yang pantas mati!”

Di Pakistan, Jenderal Muhammad Ziaul- Haq yang berkuasa melalui kudeta dan mengeksekusi Presiden Zulfikar Ali Bhutto, juga disebut-sebut tewas melalui aksi pembunuhan politik. Resminya, sang jenderal tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat Hercules pada 17 Agustus 1988, berikut sejumlah pejabat, politisi, dan petinggi militer pendukungnya. Turut tewas dalam kecelakaan dekat Bhawalpur itu adalah Duta Besar Amerika Serikat untuk Pakistan. Penyelidikan menyebutkan, penyebab jatuhnya pesawat merupakan akibat tindakan sabotase. Yakni gas beracun yang menyebar di dalam pesawat sehingga menyebabkan para awak kapal dan penumpangnya tewas tercekik, termasuk sang presiden.

Rumor merebak bahwa meskipun sang jenderal sudah meninggal, para pendukungnya tetap bergerak di bawah tanah dan terus melakukan pembunuhan politik. Setelah sukses mengeksekusi Zulfikar Ali Bhutto, anggota keluarga Bhutto lainnya tewas dalam pembunuhan politik. Meskipun tidak ada bukti, tak sedikti orang yang meyakini bahwa pembunuhan keluarga Bhutto didalangi oleh pendukung Zia-Ul-Haq. Sejak Zulfikar tewas di tiang gantungan pada 3 April 1979, kematian demi kematian memilukan dan mengejutkan memang menimpa keturunan Bhutto. Benazir Bhutto, putri sulung Ali Bhutto yang sempat menjabat PM, dan berpeluang kembali berkuasa, akhirnya tewas ditembak pada 27 Desember 2007.

Dua adik lelakinya, Shahnawaz dan Murtaza Bhutto, juga tewas secara tragis. Shahnawaz ditemukan tewas diracun di apartemennya di Riviera, Perancis pada 1985, sementara Murtaza tewas ditembak pada tahun 1996. Para pemimpin dalam daftar berikutnya juga mengisahkan nasib anggota keluarga yang berakhir tragis, yakni keluarga Gandhi di India, dan keluarga Kennedy di AS. Perdana Menteri Indira Gandhi, tewas ditembak pada 31 Oktober 1984 oleh dua pengawalnya yang menganut agama Sikh.

Aksi pembunuhan itu dipicu oleh perintah Indira kepada tentara India untuk menyerang Kuil Emas di Punjab. Di kuil tersebut para pengikut Sikh memusatkan aktivitas politik mereka untuk memerdekakan Punjab, lepas dari India. Bernasib sama dengan ibunya, Rajiv Gandhi, putra tertua Indira, tewas pada 21 Mei 1991 di tangan Thenmuli Rajaratnam, perempuan anggota Macan Tamil yang mengalungkan bunga berisi bom ke leher Rajiv.

Di negeri Paman Sam, AS, pembunuhan Presiden John F. Kennedy (JFK), dan adiknya, senator Robert F. Kennedy (RFK), juga menjadi kisah paling mencengangkan di abad ke-20. Terlebih karena anggota keluarga Kennedy lainnya juga tewas mencurigakan. Presiden JFK tewas pada 22 November 1963, saat berkonvoi di mobil kepresidenan bersama istrinya Jacqueline Bouvier Kennedy di Dallas. Investigasi 10 bulan oleh Komisi Warren tahun 1963–1964, United States House Select Committee on Assassinations (HSCA) tahun 1976–1979, dan investigasi pemerintahan lainnya, menyimpulkan bahwa Kennedy dibunuh oleh Lee Harvey Oswald. Kesimpulan ini didukung oleh publik tahun 1964–66, namun pemilihan diadakan setelah 1966 dan menunjukan 80% warga Amerika tidak mempercayainya.

Pembunuhan ini masih diperdebatkan dan menimbulkan beberapa teori konspirasi. Pada Agustus 2011 lalu, sebuah rekaman rahasia mengenai pembunuhan JFK terungkap. Isinya mengenai kecurigaan sang istri, Jackie Onasiss, yang meyakini pembunuhan suaminya didalangi oleh wapresnya, Lyndon B Johnson, yang langsung diangkat sebagai presiden. Johnson dikatakan bekerjasama dengan seorang taipan asal Texas. Bukan hanya JFK dan RFK (tewas dibunuh pada 1968) yang jadi korban dari sesuatu yang populer dinamakan ”kutukan Kennedy.” Sebab anggota keluarga lainnya juga mengalami nasib tragis. Dua kecelakaan pesawat, misalnya, menewaskan Kathleen Kennedy dan John F. Kennedy Jr, sementara kecelakaan ski fatal menewaskan Michael LeMoyne Kennedy, putra RFK.

4. Pengadilan Perang
Kematian seorang pemimpin berkuasa bisa juga terjadi melalui jalan hukum, khususnya hukum perang. Mantan PM Jepang Hideki Tojo dan juga mantan Presiden Serbia Slobodan Milosevic adalah dua contoh pemimpin kejam yang tewas atas nama hukum perang.

Hideki Tojo adalah seorang jenderal Jepang dan PM ke-40 Jepang yang berkuasa antara 18 Oktober 1941 hingga 22 Juli 1944. Ia adalah anggota klik militer yang mendorong Jepang dalam perang di akhir 1930-an. Sebagai Menteri Perang pada 1940, Tojo tokoh Poros Jepang dengan Nazi Jerman dan Italia.

Di antara keputusannya adalah izin percobaan biologis terhadap para tawanan perang. Menyusul serentetan kekalahan tentara Jepang dalam perang, Tojo berusaha bunuh diri dan menembak dadanya namun gagal. Ia kemudian diadili oleh Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh sebagai penjahat perang. Ia dinyatakan bersalah atas berbagai tuduhan. Antara lain, peperangan agresi, dan perang dalam pelanggaran terhadap hukum internasional, perang tak beralasan terhadap China, perang agresif melawan AS, Inggris, Belanda, Perancis, dan memerintahkan perlakuan tak berperikemanusiaan terhadap tawanan perang. Tojo divonis mati pada 12 November 1948, dan menerima hukuman gantung pada 23 Desember 1948.

Karena perbuatan kriminal di bawah otoritasnya, Tojo dianggap bertanggung jawab atas tewasnya hampir 4 juta rakyat China. Namun kejahatan Tojo masih kalah dengan apa yang dilakukan Slobodon Milosevic. Nama Milosevic akan selalu diingat dalam sejarah peradaban manusia karena kejahatannya dalam perang Serbia-Bosnia  Dalam perang antara 1992-1995, itu, Milosevic dan pasukan Serbia membantai ribuan penduduk Muslim Bosnia.

Dia kemudian diadili sebagai penjahat perang. Sebelum aksekusi dilaksanakan, Milosevic meninggal dalam selnya pada 2006. Mahkamah militer internasional hingga kini masih memburu sisa-sisa pengikut Milosevic yang terlibat aksi genosida pada perang Bosnia.

5. Bunuh Diri

Jalan kematian berikutnya hanya memiliki daftar pendek. Jika Hideki Tojo tak masuk dalam daftar ini karena gagal bunuh diri, maka pemimpin negara yang paling sukses dalam upaya bunuh diri adalah Presiden Korea Selatan ke-16, Roh Moo-hyun. Ia meninggal di Yangsan, Gyeongsang, pada 23 Mei 2009 di usia 62 tahun setelah terjun bebas dari jurang pegunungan di belakang rumahnya di desa Bongha. Ia menderita cedera kepala berat dan dilarikan ke rumah sakit di Busan sekitar pukul 8:15 pagi, dan dinyatakan meninggal sekitar pukul 9:30.

Menurut pengacaranya, Roh meninggalkan catatan yang menyatakan bahwa hidupnya “sulit” dan meminta maaf telah “membuat banyak orang menderita.” Moo-hyun menjabat sejak 25 Februari 2003. Sebelum terjun di dunia politik, ia adalah seorang pengacara HAM. Beragam kebijakannya tidak populer, seperti, pengiriman tentara ke Irak, upaya gagal memindahkan ibu kota dari Seoul ke Chungcheong, dan keinginannya membentuk koalisi besar dengan Partai Nasional Utama.

Presiden lain yang secara resmi dinyatakan tewas bunuh diri adalah Presiden Chili Salvador Allende. Allende tewas dalam peristiwa kudeta militer yang dilancarkan Jenderal Augusto Pinochet. Diumumkan bahwa ia menembak dirinya sendiri sesaat setelah berpidato di radio kepada rakyat Chili dan menyatakan kecintaannya kepada negerinya, dan tak rela menjadi boneka para pengkhianat.

Meski keluarga Allende menerima laporan resmi itu, para pendukungnya tetap tidak percaya dan meyakini Allende dibunuh. Sebuah penyelidikan oleh pakar internasional pada Mei 2011 menyimpulkan bahwa Allende memang bunuh diri, dan kasusnya pun ditutup. Lain halnya dengan penyebab kematian Adolf Hitler sang “Fuhrer.” Hingga saat ini, penyebab kematiannya masih menjadimisteri. Namun yang paling banyak diyakini, Hitler bunuh diri dengan meminum racun sianida bersama kekasihnya Eva Braun di dalam bunker pada 30 April 1945.

6. Perburuan Terorisme
Sejak AS dan sekutunya menyatakan perang terhadap terorisme dan didukung luas oleh berbagai negara di dunia, tak sedikit tokoh yang dianggap pemimpin kelompok teroris tewas dalam perburuan. Dari daftar panjang nama-nama itu, di sini hanya dicantumkan satu nama yang paling terkenal dan dianggap paling teratas dalam struktur organisasi teroris. Dialah Usamah bin Laden.

Pemimpin Al-Qaeda yang oleh AS dituding menjadi otak serangan 9/11, ini, secara resmi dinyatakan terbunuh dalam sebuah operasi militer AS satu rumah persembunyian di Islamabad, Pakistan, pada bulan Mei 2011. Peristiwa ini sempat memicu kontroversi seputar kronologis apakah pasukan AS mematuhi standar internasional dalam aksi itu, atau mereka mengabaikan asas HAM.

Penyidik independen PBB tentang pembunuhan di luar hukum, misalnya, mendesak AS di untuk mengungkapkan fakta pendukung guna memungkinkan penilaian dalam standar HAM, dan apakah perencanaan misi itu memang diperbolehkan untuk menangkap Osama. Pemerintah AS sendiri sempat merevisi laporannya.

Pemerintahan Obama, sebelumnya menyatakan bahwa Osama membawa senjata dan menembaki pasukan Amerika sebelum ia ditembak tewas. Namun belakangan pejabat AS menyatakan saat diserbu, Osama tidak memegang sepucuk pun senjata dan tidak menembakkan apapun. Gedung Putih pada awalnya menyatakan ada baku tembak, namun faktanya empat dari lima orang tewas ketika penyerbuan itu dalam keadaan tidak bersenjata.

7. Kejahatan Kemanusiaan
Sejarah mencatat bahwa dalam sejumlah peradaban, ada pemimpin yang mampu berbuat begitu kejam dan menghilangkan jutaan nyawa, termasuk nyawa rakyatnya sendiri. Nama Nicolae Ceausescu dan istrinya, Elena Ceausescu, berada dalam daftar ini.

Ceausescu memerintah Rumania selama 24 tahun, yakni antara 1967 hingga 1989. Di era kepemimpinannya, ia membentuk polisi rahasia blok timur yang begitu kejam. Sang diktator ini membawa negerinya sebagai satu-satunya negara di Eropa yang mengalami kelaparan dan kekurangan gizi.

Awal kekuasaannya sebagai presiden Rumania ditandai dengan kebijakan terbuka terhadap Eropa Barat dan Amerika Serikat. Ini berbeda dengan negara-negara Pakta Warsawa lainnya yang beraliran komunis selama Perang Dingin. Namun dekade kedua kekuasaan Ceauşescu mulai menunjukkan meningkatnya pemujaan kepribadian dan hubungan yang memburuk dengan negara-negara Barat dan Uni Soviet.

Pada periode itu, Ceausescu semakin dikenal sebagai pemimpin kejam, bertangan besi, dan represif terhadap kaum oposisi. Dia dan keluarganya hidup mewah di tengah-tengah rakyatnya yang menderita. Kejatuhan Ceausescu dipicu oleh peristiwa 16 Desember 1989. Saat itu pasukan Ceausescu menembaki para demonstran yang menuntut reformasi di Kota Timosoara. Ratusan bahkan ribuan demonstran dan penduduk sipil tewas dalam peristiwa itu.

Pembunuhan tersebut memicu protes secara nasional. Polisi pun kembali menembaki para demonstran di Bucharest. Namun keadaan berbalik, tentara malah menyerang polisi, dan pemberontakan rakyat sipil bersenjata pun dimulai hingga tak terbendung. Revolusi berdarah tersebut menewaskan puluhan ribu orang. Pers Barat memperkirakan 64.000 orang tewas dibunuh oleh Securitate. Pada puncak revolusi, Ceauşescu dan istrinya melarikan diri dari ibukota ke kediamannya di Snagov. Mereka lantas kabur ke Târgovişte. Dekat Târgovişte, mereka meninggalkan helikopter dan menggunakan jalur darat.

Ceauşescu akhirnya ditangkap polisi, kemudian diserahkan kepada pihak tentara. Pada Hari Natal, 25 Desember 1989, mereka diadili secara kilat di pengadilan militer dan dijatuhi hukuman mati dengan tuduhan berlapis, mulai dari memperkaya diri secara ilegal hingga genosida, dan kemudian dieksekusi di Târgovişte. Bersama istrinya, ia dieksekusi oleh regu tembak yang terdiri dari anggota pasukan terjun payung elite Rumania.

Nicolae Ceauşescu dan istrinya Elena dimakamkan di Ghencea, Bukares. Mereka merupakan orang terakhir yang dihukum mati di Rumania sebelum penghapusan hukuman mati pada 7 Januari 1990 oleh pemerintahan baru. Masih banyak pemimpin kejam yang akhirnya diseret ke mahkamah militer atas kejahatan kemanusiaan, termasuk Slobodan Milosevic dan tokoh Khmer Merah, Pol Pot. Sebagian tak sampai menjalani eksekusi karena keburu menderita sakit dan tewas dalam sel atau dalam pengasingan selama proses pengadilan.

8. Menderita Sakit di Sel/Pengasingan
Seperti sudah disebutkan, Pol Pot atau nama aslinya, Saloth Sar, adalah tokoh Khmer Merah di Kamboja yang dianggap bertanggung jawab atas tewasnya 2 juta rakyat Kamboja selama masa pemerintahannya. Ia berkuasa pada April 1975, setelah sukses menggulingkan kekuasaan Pangeran Shihanouk dan Jendral Lon Nol. Bersama sejawatnya, Khie Samphan yang menjabat Presiden, Pol Pot memerintah negara dengan sistem baru komunis dengan nama Democratic Kampuchea, sebagai Perdana Menteri.

Dalam kekuasaan Khmer Merah, rakyat dari perkotaan dievakuasi ke pedesaan. Rakyat harus hidup bersama di ladang-ladang yang ada. Pol Pot tak segan membunuh siapapun yang berseberangan dengan ide dan langkah politiknya. Para intelektual dan biksu disiksa dan dibunuh karena dianggap tak sejalan dengan doktrinnya. Cara mengeksekusi ‘lawan’-nya pun dikenal begitu kejam. Pacul dan kantong plastik untuk membekap kepala ‘lawan’ menjadi alat eksekusi Pol Pot. Para korban kemudian dikubur secara massal di wilayah Choen Ek, lokasi yang dikenal sebagai Killing Field.

Selain yang tewas dieksekusi, rakyat Kamboja banyak yang meninggal karena kelaparan dan penyakit. Invasi Vietnam ke Kamboja pada 1978 membuat Pol Pot terdesak dari Phnom Penh. Dia melanjutkan pemerintahannya dari hutan, sebelum persembunyiannya dibocorkan oleh anak buahnya sendiri.

Pol Pot tewas saat menjalani tahanan rumah pada 15 April 1998. Kabarnya, ia meregang nyawa karena serangan jantung. Pada malam tanggal 15 April 1998, dia tengah mendengarkan berita radio yang memberitakan bahwa partai Khmer Merahnya akan menyerahkan Pol Pot pada pemerintahan AS. Mendengar berita itu Pol pot langsung mendapat serangan jantung dan tewas seketika.

Pemerintahan Presiden Idi Amin di Uganda tak kalah kejam dan menyengsarakan. Empat tahun berkuasa, Idi Amin telah mengubah kehidupan negerinya dalam situasi terburuk sepanjang sejarah. Pada bulan April 1979, Idi Amin berhasil digulingkan oleh tentara nasionalis Uganda yang dibantu Tanzania. Idi Amin melarikan diri ke Libya, lalu meminta suaka politik di Arab Saudi dan menetap di Jeddah.

Pada 20 Juli 2003, menjelang kematiannya di Rumah Sakit Raja Faisal di Jeddah, istrinya memohon kepada Presiden Uganda Yoweri Museveni agar Idi Amin dikuburkan di negaranya. Namun permintaan ini ditolak, dan ia pun meninggal dan dimakamkan di negeri orang.

Meninggal di pengasingan juga dialami presiden korup asal Filipina, Ferdinand Marcos. Selama dua dekade masa pemerintahannya sejak 1964, pemerintahan Marcos penuh dengan kronisme dan korupsi. Miliaran uang negara disedot ke rekening pribadinya di Swiss. Pada tahun 1986, Marcos kembali terpilih menjadi Presiden Filipina. Namun pemilu yang diduga dipenuhi kecurangan, intimidasi, dan kekerasan, itu, menjadi titik klimaks baginya.

Marcos akhirnya diturunkan dari jabatannya dalam Revolusi EDSA pada tahun sama. Bersama istrinya, Imelda, ia melarikan diri dan meninggal di pengasingannya di Hawaii pada 1989. Diktator lain yang meninggal di pegasingan adalah Alfredo Stroessner Matiauda, yang menjabat Presiden Paraguay pada periode 1954-1989. Setelah 35 tahun berkuasa, Stroessner digulingkan melalui sebuah kudeta yang dipimpin Jenderal Andrés Rodriguez. Ia lantas melarikan diri ke Brasil, dan tinggal di pengasingan sampai akhir hayatnya akibat radang paru-paru dan strok pada 16 Agustus 2006.

Nasib yang sama dialami tokoh proklamator Indonesia, sekaligus Presiden Pertama RI, Ir Soekarno. Salah satu putra terbaik yang pernah dimiliki negeri ini meninggal dunia masih dalam status tahanan rumah pada 21 Juni 1970. Sebuah buku terbaru 2012 berjudul

Hari-Hari Terakhir Sukarno, yang ditulis Peter Kasenda, mencoba melukiskan akhir tragis sang proklamator. Di buku itu dituliskan bahwa peristiwa G30S/ PKI adalah skema politik elite yang berhasil menjungkirbalikkan kewibawaan takhta dan kuasa serta kharisma Soekarno dari tampuk kepemimpinan. Kongkalikong asing dan elite negeri, kabarnya dijalankan dengan merangkai kisah palsu, rekayasa, manipulasi, dan politisasi fakta, yang diperagakan oleh Soeharto dengan menunggangi kekuatan Angkatan Darat.

Soekarno yang kian lemah akibat derasnya tekanan politik, menjadi semakin kesepian. Buku ini antara lain melukiskan derita Soekarno pasca kejatuhannya. Dalam pengawasan yang ketat sebagai tahanan politik, kondisi kesehatan Soekarno terus menurun dan semakin rentan terhadap penyakit. Soekarno memutuskan untuk pindah ke Batu Tulis karena muncul surat keputusan dari pemerintah untuk segera mengosongkan Istana Bogor.

Selang beberapa bulan, Soekarno diberikan izin oleh pemerintah untuk tinggal di Wisma Yaso, Jakarta. Keadaan Soekarno tetap tidak berbeda, bahkan interogasi makin sering dilakukan oleh Kopkamtib. Akibatnya, kondisi psikis dan fisik Soekarno kian memburuk.

Pertengahan tahun 1970 Soekarno mengalami gangguan kesadaran, metabolisme tubuhnya rusak, sehingga diputuskan untuk dibawa ke RSPAD (Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Subroto). Hanya selang beberapa hari, keadaan penyakit yang teramat parah membuat Soekarno tidak mampu lagi bertahan. Sang proklamator menghembuskan nafas terakhirnya di usia 69 tahun.

9. Kecelakaan
Jalan kematian para pemimpin negara akibat kecelakaan juga tak kalah panjang. Ada nama Presiden Republik Macedonia, Boris Trajkovski, yang tewas dalam kecelakaan pesawat akibat cuaca buruk di pegunungan Bosnia-Herzegovina pada 26 Februari 2004. Kecelakaan sama dialami Presiden Ekuador Jaime Roldós pada 24 Mei 1981 ketika pesawat yang ditumpanginya menabrak Gunung Huarapungo.

Begitu juga dengan Presiden sekaligus bapak bangsa Polandia, Lech Kaczynski, yang tewas bersama 97 orang lainnya dalam kecelakaan pesawat pada 2010. Lalu ada kecelakaan pesawat yang merenggut nyawa Presiden Mozambiq, Samora Machel di wilayah perbatasan Afrika Selatan dengan Mozambiq pada 19 Oktober 1986, serta Presiden Filipina Ramon Magsaysay yang tewas pada 17 Maret 1957 setelah pesawatnya jatuh di Gunung Manunggal.

Dua presiden berikutnya tewas dalam kecelakaan helikopter, yakni Presiden Bolivia Rene Barrientos yang tewas ketikahelikopternya tersangkut kawat listrik di wilayah Cochabamba pada 27 April 1969, serta Presiden Republik Irak Abdul Salam Mohammed Arif Aljumaily yang tewas dalam kecelakaan pada 13 April 1966.

Artikel ini dimuat di Majalah Men's Obsession edisi 108, Januari 2013

Add to Flipboard Magazine.

Tulis Komentar:


Anda harus login sebagai member untuk bisa memberikan komentar.

                         
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250