Search:
Email:     Password:        
 





13 CEO Pilihan

By Benny Kumbang (Editor) - 21 February 2017 | telah dibaca 8977 kali

13 CEO Pilihan


Prestasi tertinggi dari seorang Chief Executive Officer (CEO) antara lain tak hanya ketika dia berhasil membawa perusahaannya establish, tapi juga menguntungkan. Dengan kata lain, dalam dunia korporasi, pengaruh CEO juga ikut menentukan perjalanan suatu perusahaan. Parameter ini bukan hanya berlaku bagi perusahaan swasta, perusahaan pelat merah alias Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pun demikian. Jika dua indikator itu saja sudah terpenuhi, maka layaklah ia ditahbiskan sebagai CEO berprestasi. Keberadaan para CEO berprestasi di Indonesia yang terbilang tidak sedikit, tentu saja sesuatu yang patut dibanggakan. Bangga bukan hanya karena kita punya banyak CEO hebat, tapi juga karena keberadaan mereka sejatinya ikut memberikan andil bagi perjalanan pembangunan perekonomian nasional. Kenapa? Karena Pemerintah, bersama swasta, dan BUMN merupakan tiga pilar utama penggerak perekonomian kita. Untuk menggerakkan tiga pilar ini, tentu dibutuhkan sosok CEO yang mumpuni, tidak hanya berkemampuan manajerial, melainkan juga kuat dalam visi pembangunan. 

Dengan begitu, jelaslah bahwa CEO memiliki peran penting bagi perekonomian. Karenanya, sangat wajar bila kiprah mereka mendapat apresiasi. Tentu kita berharap, ke depan muncul CEO-CEO baru yang berkualitas. Tidak hanya di level nasional, melainkan juga di tingkat internasional.

Berangkat dari pemahaman itulah, Men’s Obsession dalam edisi kali ini mencoba mengangkat sosok CEO berprestasi sebagai cover story. Melalui rapat redaksi dan tim ahli kami, maka disepakati ada 13 orang CEO yang kami anggap sukses dan berhasil menjalankan perannya. Kenapa harus ada 13 orang CEO? Tak ada maksud lain, karena angka 13 diambil terkait juga dengan usia majalah ini yang ke-13 tahun. Mereka, adalah para CEO yang mampu membawa bahtera bisnis perusahaannya melaju dengan pesat di tengah gelombang perekonomian global yang melemah di tahun dan melewati tahun 2016 dengan sukses. n

 

 

Achmad Baiquni Sosok di Balik Kesuksesan BNI

Naskah: Giattri F.P., Foto: Dok. Humas BNI

Di dunia perbankan tanah air siapa yang tak mengenal sosok Achmad Baiquni? Pria kelahiran 1957 silam ini sudah lama berkelana menjadi bankir. Rekam jejaknya yang baik membuat dirinya dipercaya pemerintah menduduki posisi sebagai Direktur Utama Bank BNI pada tahun 2015. Tak salah, karena kemudian ia berhasil membawa bank berkode emiten BBNI tersebut meraih kinerja mengkilap.

 

Jabatan yang diraihnya selama ini menjadikan ia terpacu untuk menunjukkan kepiawaiannya sebagai bankir kawakan. Terlebih lagi, alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, Bandung dan peraih Master of Business Management dari Asian Institute of Management, Makati, Filipina ini juga dikenal sebagai  seorang pekerja keras.


Dengan segala pengalaman yang dimiliki Baiquni, maka tak ayal kinerja BNI pun cemerlang. Tengok saja performa kinerja BNI pada akhir tahun 2016 dimana bank ini mampu  mencatat laba bersih sebesar Rp 11,34 triliun atau tumbuh 25,1% dibandingkan laba pada akhir tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 9,07 triliun. Kenaikan laba bersih yang signifikan ini ditopang oleh pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih (NII) dan Pendapatan Non Bunga yang masing-masing melonjak 17,4% dan 23,1%.


 Pendapatan Bunga Bersih (NII) yang diperoleh BNI tahun 2016 mencatat kenaikan dari Rp 25,56 triliun di tahun 2015 menjadi Rp 29,99 triliun di tahun 2016 atau naik 17,4% sehingga menyebabkan BNI mampu menjaga margin bunga bersih atau NIM di level 6,2%. Pendapatan Non-Bunga juga naik sebesar 23,1% dari Rp 6,98 triliun pada tahun 2015 menjadi Rp 8,59 triliun pada akhir tahun 2016, terutama didukung oleh kenaikan fee yang diperoleh dari transaksi trade finance, pengelolaan rekening dan debit card, serta fee yang diperoleh dari bisnis bancassurance. 


 Di tengah lemahnya pertumbuhan laba perbankan yang per November 2016 lalu mencapai 9,1% year on year (yoy), BNI mampu mencatat pertumbuhan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 11,34 triliun atau tumbuh 25,1%.


Sementara itu, pada akhir 2016, Total Aset BNI menembus angka Rp 603,03 triliun atau tumbuh Rp 94,44 triliun (18,6%) diatas total aset pada akhir tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 508,59 triliun. Pertumbuhan Aset BNI terutama ditopang antara lain oleh pertumbuhan DPK dan  Simpanan dari Bank lain. DPK yang berhasil dihimpun mencapai Rp 435,55 triliun pada akhir tahun 2016 atau naik 17,6%. Pertumbuhan DPK tersebut hampir setara dengan dua kali lipat dari pertumbuhan DPK industri perbankan pada November 2016 yang tercatat meningkat 8,4% (yoy).


Komposisi DPK juga membaik dimana porsi dana murah (CASA) mencapai 64,6% dari total DPK pada akhir tahun 2016 dibandingkan posisi akhir tahun 2015 yang mencapai 61,1% dari total DPK. Dengan demikian biaya dana dijaga tetap stabil pada level 3,1%.


Penghimpunan dana murah tidak terlepas dari peningkatan jumlah rekening yang dibuka oleh nasabah individu sebanyak 5 juta rekening atau tumbuh sebesar 29,4%, sehingga total rekening individu menjadi 22 juta rekening pada akhir tahun 2016. Pembukaan rekening melalui Agen46 BNI atau Branchless Financial Inclusion Services (Laku Pandai) menjadi salah satu perangkat bagi BNI dalam meningkatkan jumlah rekening individu.


Jumlah rekening yang dibuka melalui Agen46 mengalami pertumbuhan dari 85.871 rekening per akhir Triwulan III - 2016 menjadi 1,2 juta rekening pada akhir tahun  2016. Kondisi tersebut terpacu oleh pertumbuhan jumlah Agen46 yang dioperasikan dari sebanyak 19.600 Agen46 per akhir Triwulan III - 2016 menjadi 30.800 Agen46 pada akhir tahun 2016.


Pembukaan  rekening juga terjadi pada nasabah-nasabah baru dari kalangan perusahaan. Jumlah rekening perusahaan yang dibuka di BNI meningkat sebanyak 59.447 yaitu dari 392.029 rekening pada akhir tahun 2015 menjadi 451.476 rekening pada akhir tahun 2016 atau tumbuh 15,2%, berkat meningkatnya kebutuhan transaksi yang menggunakan layanan Cash Management BNI. Salah satu fitur layanan Cash Management BNI yang mendapatkan pengakuan dari pihak ketiga sebagai layanan terbaik pada Cash Management BNI yaitu BNI e-Collection, mendapatkan penghargaan dari Alpha South East Asia di Putrajaya, Malaysia pada 25 Januari 2017 yang lalu.


Pertumbuhan Kredit
Di bidang pertumbuhan kredit, BNI pada Tahun 2016 yang sebesar 20,6% mampu melampaui pertumbuhan kredit industri perbankan Indonesia secara umum yang per November 2016 mencapai 8,5%. Kredit yang disalurkan BNI hingga 31 Desember 2016 mencapaiRp 393,28 triliun atau meningkat 20,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp 326,11 triliun.   Sebesar Rp 286,1 triliun atau 72,7% dari total kredit, disalurkan ke segmen Bisnis Banking, sedangkan sebesar Rp 65,1 triliun atau 16,5% ke segmen Konsumer Banking. Sisanya sebesar 11,8% disalurkan melalui kantor-kantor cabang luar negeri dan perusahaan-perusahaan anak.


Untuk kredit melalui Segmen Bisnis Banking, sebesar Rp 95,8 triliun disalurkan melalui segmen korporasi yang mampu tumbuh 21,0%, dan kredit kepada BUMN sebesar Rp 78,3 triliun atau tumbuh 33,3%. Sedangkan kredit kepada segmen menengah dan kecil masing-masing tumbuh 19,9% dan 20,5%.


Sementara itu, kredit ke segmen Konsumer Banking, terutama melalui pinjaman payroll yang tumbuh 128,1% dengan outstanding per 31 Desember 2016 mencapai Rp 8,9 triliun. Kredit Perumahan atau KPR per 31 Desember 2016 mencapai Rp 36,4 triliun atau tumbuh 5,0% dan kartu kredit mencapai Rp 10,5 triliun atau tumbuh 7,5%.


Ekspansi kredit yang terus dilakukan menunjukkan fungsi intermediasi BNI berjalan dengan baik, ditunjukkan oleh Loan to deposit ratio (LDR) yang naik dari 87,8% menjadi 90,4%. Pertumbuhan kredit tersebut tetap didukung oleh fundamental yang kuat dimana tingkat kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) tetap terjaga baik pada level 19,4%. Sementara NPL Net juga membaik dari 0,9% pada akhir tahun 2015 menjadi 0,4% pada akhir tahun 2016. Secara fundamental, Cadangan Kerugian Penyusutan Nilai  (CKPN) juga tetap terjaga dengan baik dengan tingkat coverage ratio naik dari 140,4% (2015) menjadi 146,0% (2016).

Alex Janangkih Sinaga Mencetak Market Capitalization, Menuai Apresiasi

Naskah: Sahrudi, Foto: Istimewa

Tak salah kalau Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) di Jakarta, Jumat 19 Desember 2014 mengangkat Alex Janangkih Sinaga sebagai direktur utama perusahaan telekomunikasi milik negara tersebut. Pasalnya, pengganti Arief Yahya ini tak hanya mampu mengakselerasikan roda  bisnis Telkom semata tapi juga meningkatkan performa bisnis BUMN ini, di tengah terjadinya pelambatan ekonomi global sekalipun.

 

Kurang lebih 3 tahun kepemimpinan Alex J. Sinaga, arah bisnis Telkom Group telah menunjukkan progres yang signifikan. Sejumah keberhasilan yang diraih mampu mendongkrak nilai pasar (market capitalization). Ambil contoh, jika pada tahun 2014 market capitalization Telkom Group mencapai Rp.288.8 triliun, maka tahun 2015 terus mengalami pertumbuhan hingga menembus angka Rp. 312.9 triliun. Melebihi target Rp. 300 triliun yang telah dicanangkan.

 

Terakhir, hingga akhir tahun 2016, market capitalization Telkom Group terus tumbuh dan menembus Rp. 401.8 triliun. Begitu juga dengan pendapatan, untuk pertama kalinya Telkom Group berhasil menembus angka Rp. 102.5 triliun pada tahun 2015 dan menjadikan Telkom Group sebagai kelompok korporasi dengan pendapatan di atas Rp. 100 triliun.


Kepemimpinan Alex juga yang kemudian membuat perusahaan ini tumbuh triple double digit di Triwulan III tahun 2016 ini dengan membukukan pendapatan sebesar Rp. 86.19 triliun (naik sebesar 13.8% Year of Year - YoY), EBITDA sebesar Rp. 44.38 triliun (naik sebesar 20% YoY), dan laba bersih Rp. 14.73 triliun (naik sebesar 27.6% YoY).


“Pencapaian triple double digit growth ini merupakan prestasi luar biasa yang belum pernah diraih Telkom Group dalam 9 tahun terakhir,” ucap Alex.


Pencapaian tersebut tentu tak lepas dari sikap profesionalisme dan leadership seorang Alex. Dimana ia selalu mengingatkan kepada seluruh jajarannya agar dalam menjalankan roda bisnis korporasi, seluruh jajaran Telkom Group wajib mengimplementasikan budaya perusahaan yaitu The Telkom Way yakni Philosophy to be the best, Principle to be the Stars dan Practices to be the Winner.


Selain itu, ia juga selalu berusaha agar korporasi senantiasa berada di jalur yang benar sesuai dengan Visi, Misi, Strategic Objective serta Corporate Values yang telah ditetapkan dalam Corporate Strategic Scenario (CSS).
“Gaya kepemimpinan atau Leadership style saya yakini harus melekat dengan Corporate Values yang mencerminkan nilai-nilai budaya perusahaan atau Corporate Culture yang didesain tepat dengan tujuan korporasi. Karena Corporate Culture akan memacu karyawan selaras dengan visi dan misi perusahaan, maka Corporate Culture ini dibangun untuk memastikan semua karyawan untuk memiliki basic belief (Always the Best) dengan menjalankan core values (Solid-Speed-Smart) untuk mempertahankan dan meraih keberhasilan yang lebih tinggi,” tegasnya.


Alex ingin agar Corporate Culture yang diterapkan saat ini dapat menjadi legacy yang harus tetap dipertahankan dan semakin diperkuat untuk menghadapi tantangan industri dan market di masa depan. “Sebagai satu-satunya perusahaan Telekomunikasi yang merupakan BUMN, Telkom dapat terus memberikan layanan yang terbaik bagi negara, bangsa dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia serta turut andil dalam memajukan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan Membangun Ekonomi Digital Indonesia” tekadnya.


Dengan pengimplementasian budaya perusahaan itu pulalah Telkom Group juga mampu melakukan pengembangan bisnis. Salah satu diantaranya adalah melakukan ekspansi ke pasar internasional (International Expansion). Saat ini TelkomGroup telah memiliki 10 (sepuluh) footprint yaitu Singapura, Hongkong, Timor Leste, Australia, Malaysia, Amerika Serikat, Myanmar, Taiwan, Macau dan Saudi Arabia.


Kini, arah strategi korporasi saat ini adalah menjadikan TelkomGroup sebagai Digital Telco Company. TelkomGroup tengah mempersiapkan bisnis digital untuk menjadi engine of growth di masa-masa mendatang. Terkait dengan upaya untuk mencapai triple double digit growth, salah satunya adalah terus fokus kepada bisnis data, internet dan IT Service dan perluasan infrastruktur fiber optic dan BTS 3G/4G.


Untuk tahun 2017, TelkomGroup akan meluncurkan Satelit Telkom-3S. Satelit ini akan melengkapi satelit TelkomGroup lainnya yang sekarang berada di orbit. Dengan beroperasinya Satelit Telkom-3S ini, pengguna layanan telekomunikasi suara dan data di seluruh Indonesia yang sebelumnya hanya dilayani dengan serat optik, akan diperkuat oleh teknologi berbasis satelit. Apalagi Satelit Telkom-3S ini menjangkau seluruh Indonesia bahkan Asia Tenggara hingga ke Asia Selatan.


“Selain peluncuran Satelit Telkom-3S, kami juga tengah menyiapkan Satelit Telkom-4. Rencananya Satelit Telkom 4 akan diluncurkan 2018. Kami berharap peluncuran Satelit Telkom-3S maupun Telkom 4 berjalan lancar. Kami mohon doa dari seluruh rakyat Indonesia untuk kelancaran hajatan besar kami tersebut. Seluruh inisiatif pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh TelkomGroup ini dilakukan untuk mewujudkan visi Telkom menjadi The King of Digital in the Region. Pada akhirnya, semua infrastruktur tersebut, dipersembahkan untuk mendorong terwujudnya masyarakat digital Indonesia demi kemajuan bangsa dan Negara,” pungkas Alex.

 

Beberapa penghargaan yang diterima TelkomGroup
pada tahun 2016 yaitu:

 

1.    Meraih kategori Industry Leader pada ajang assessment implementasi Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) BUMN 2015.
2.    Alex J Sinaga Telecom CEO of The Year dalam APAC ICT Awards oleh Frost & Sullivan.
3.    Asia’s Best CEO, Asia’s Best CFO, dan Asia’s Best Investor Relations Company pada Asian Excellence Award 2016 oleh Corporate Governance Asia Magazine.
4.    Peringkat 1 Regional Top 80 Asia Pasifik, Platinum Award untuk Industri Technology IT Services, dan Peringkat 6 Dunia Top Worldwide Rank Annual Report 2015 pada Vision Awards Annual Report Competition yang diselenggarakan oleh League of American Communications Professionals (LACP).
5.    Best of the Best 2016 pada Indonesia Human Capital Study 2016
6.    IDX Top Ten Blue pada The IDX Best Blue 2016 oleh Bursa Efek Indonesia.
7.    Peringkat pertama  dalam ajang penghargaan Indonesia’s Top 100 Most Valuable Brands 2016 dengan brand value 2.620 million US Dollar dan brand rating AAA-
8.    Best Annual Report in Indonesia; Rangking 1 masing-masing sebagai Most Organised Investor Relations, Most Consistent dan Dividend Policy serta rangking 3: Strongest Adherence to Corporate Governance dari Alpha Southeast Asia Magazine
9.    Best Employer 2016 dan Best of The Best 2016 dalam AON’s Best Employer Award 2016
10.    Grand Stevie Award berkat pencapaian 19 penghargaan dalam ajang The 2016 International Business Award (IBA)
11.    Alex J Sinaga sebagai Top Executive of Listed Company 2016 dan Telkom sebagai BUMN Terbaik 2016 Kategori Bidang Non Keuangan Sektor Telekomunikasi dan Penyiaran Dalam Tokoh Finansial Indonesia 2016
12.    MOST TRUSTED COMPANY based on Corporate Governance Perception Index dengan Score : 91.18 dan MOST TRUSTED COMPANY based on Investors and Analysts Assesment Survey
13.    Direktur Utama Telkom Indonesia Alex J Sinaga terpilih sebagai TOP 20 Indonesia Most Admired CEO 2016.

dan masih banyak penghargaan bergengsi lainnya...

Anthony Salim Pebisnis Sejati di Tengah Krisis

Naskah: Indah K., Foto: Istimewa

Mampu melewati krisis berkali-kali, tak membuat Anthony Salim berhenti. Ia justru tetap maju membawa PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk (Indofood) dalam jajaran perusahaan makanan paling berpengaruh di Indonesia. Beragam produk berlogo Indofood bertengger hampir di seluruh tempat. Baik supermarket, minimarket, hingga warung eceran.

 

Boleh dibilang Anthony, Sang CEO, adalah pebisnis sejati di tengah krisis. Berkat kegigihannya, produk yang dihasilkan oleh Indofood telah dipasarkan tidak hanya di Asia, tapi juga merambah Australia dan Eropa.
Sempat mengalami kesulitan di masa krisis moneter tahun 1998, tak lantas membuat Anthony menyerah. Dampak yang timbul dari krisis tersebut tidaklah main-main. Salim Grup harus menanggung hutang sebesar Rp52 triliun yang membuatnya harus melepaskan beberapa perusahaan.


Meski harus melepas perusahaan miliknya, Anthony yang dipercaya menggantikan ayahnya, Sudono Salim, tetap berusaha memberikan hasil terbaik bagi perusahaan yang masih ia kelola.
Krisis yang dilewati Anthony tak hanya saat krisis moneter. Tapi juga krisis ekonomi global tahun 2008 yang membuat harga berbagai komoditas menurun. Pengaruh yang paling dirasakan adalah menurunnya harga tepung yang memengaruhi penjualan produknya.


Kerja kerasnya membangun Indofood membuahkan hasil yang tidak mengecewakan. Pria kelahiran 25 Oktober 1949, ini berhasil membawa Indonesia menjadi salah satu produsen mie instan terbesar di dunia. Ia juga dinobatkan sebagai salah seorang terkaya di Indonesia.


Perusahaan yang dinahkodai oleh Anthony ini telah menjadi salah satu produsen produk makanan di Indonesia selama 27 tahun. Banyak produk yang dihasilkan mulai dari makanan ringan, susu, minuman, bumbu racik, hingga tepung dan pasta.


Tidak cukup sampai di situ, ia menggerakkan Indofood terus menghasilkan produk terbaru. Inovasi yang unggul dan berbeda dengan perusahaan lain juga terus dirancang. Hal ini bisa dilihat dari merajalelanya mie instan berlogo Indofood yang menguasai pasar di Indonesia.


Produk mie instan yang dihasilkan pun menjadi mie unggulan yang disukai oleh masyarakat. Terbukti dari tingginya jumlah pembelian mie instan tersebut yang memiliki presentase 65 persen dari hasil penjualan.
Varian rasa yang dimiliki mie instan produksi Indofood jelas terlihat berbeda dengan yang lain. Hal ini menjadi bukti nyata tingginya kreativitas yang ditunjukkan oleh Indofood sebagai penghasil mie instan. Bentuk kemasan yang dimiliki pun cukup beragam, mulai dari kemasan plastik, box, hingga cup noodles.


Selain merambah dunia makanan untuk orang dewasa, Indofood juga menciptakan makanan khusus untuk bayi di bawah lima tahun seperti Sun dan Promina. Biskuit yang mengandung vitamin seperti Govit juga diproduksi oleh perusahaan yang satu ini.


Sukses kinerja Indofood kembali ditorehkan pada sembilan pertama tahun 2016. Perusahaan yang didirikan Sudono Salim pada 14 Agustus 1990 ini membukukan pertumbuhan laba yang positif bagi perkembangan bisnis Perusahaan. Tercatat, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik 92,5 persen menjadi Rp3,24 triliun dari Rp1,68 triliun pada periode yang sama di tahun sebelumnya.


Faktor utama yang membuat kenaikan tersebut adalah laba selisih kurs pada tahun ini dibandingkan dengan rugi selisih kurs pada tahun sebelumnya. Anthony, mengungkapkan rasa gembira dengan pencapaian di periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 september ini. Menurutnya, kinerja perusahaan secara umum terus meningkat sebagaimana tercermin pada core profit perusahaan.


Begitupun dengan laba usaha yang tumbuh 9,4 persen menjadi Rp5,93 triliun dari Rp5,42 triliun tahun sebelumnya. Di mana marjin laba usaha naik menjadi 11,9 persen dari 11,4 persen (yoy).


Bahkan, perseroan juga mencatat kenaikan di marjin laba bersih menjadi 6,5 persen dari 3,5 persen. Dengan tidak memperhitungkan akun nonrecurring dan selisih kurs, core profit yang mencerminkan kinerja operasional tumbuh 15,3 persen menjadi Rp3,12 triliun dari Rp2,71 triliun.


Salah satu penopang pertumbuhan laba ini karena penjualan neto konsolidasi naik menjadi Rp49,87 triliun, dari periode sebelumnya yang sebesar Rp47,56 triliun.


“Kelompok Usaha Strategis Konsumen Bermerek (CBP), Bogasari, Agribisnis dan Distribusi masing-masing memberikan kontribusi sekitar 52 persen, 23 persen, 17 persen, dan 8 persen terhadap total penjualan neto konsolidasi,” imbuh pria berkacamata itu.


Kesuksesan Indofood bukan hanya terlihat dari angka penjualan yang fantastis dan varian produk. Tapi juga penghargaan yang diraih atas kinerja positif yang terus dilakukan. Di tahun 2015, perusahaan ini berhasil meraih penghargaan Badan POM Awards 2015 oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) RI, Indonesia WOW Brand oleh MarkPlus, Inc., dan Indonesia Original Brand 2015 oleh SWA Magazine.


Perusahaan yang berkonsentrasi pada produk pangan ini juga mendapat penghargaan Halal Awards 2015. Penghargaan tersebut diberikan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), berkat konsistensi Indofood menjaga kehalalan produk buatan mereka.


Untuk sertifikasi, Indofood telah mengantongi beberapa sertifikat seperti sertifikat Halal, Standar Nasional Indonesia (SNI), dan Good Manufacturing Practices (GMP).


Kinerja perusahaan ini tidak hanya bergelut di proses produksi, tapi juga pembuatan bahan baku, pengemasan hingga distribusi ke seluruh wilayah Indonesia.


Dengan catatan bisnis yang apik dan mampu bertahan dengan krisis yang ada, Indofood kini terus mengembangkan diri untuk lebih maju.


Memiliki visi “Perusahaan Total Food Solution” membuat perusahaan yang berpusat di Jakarta ini senantiasa meningkatkan kualitas produk. Selain itu, peningkatan proses produksi dan kompetensi karyawan juga menjadi bentuk perwujudan dari visi mereka.

Asmawi Syam Sukses Salurkan 91,1 Persen KUR Nasional

Naskah: Aprilia Rahapit, Foto: Dok. Humas BRI

Asmawi Syam dipercaya memimpin salah satu bank terbesar di Tanah Air, dengan aset yang menembus lebih Rp 1.000 triliun atau lebih tepat Rp.1.003,6 triliun pada Tahun 2016. Pencapaian ini terbilang luar biasa dibawah kepemimpinannya.

 

Pria kelahiran Makassar ini, bukanlah orang baru di BRI. Ia lama berkarier dan besar di BRI sejak tahun 1980. Sebelum memimpin BRI, ia pernah menjabat posisi lainnya seperti Kepala Divisi Bisnis Umum, Kepala Divisi Consumer Banking, Pemimpin Wilayah Bandung dan Denpasar (Bali, NTT, NTB, Timor Timur).


Kemampuannya di industri perbankan tidak perlu diragukan lagi. Ia habiskan waktu dengan mengasah ilmu perbankan dimulai dari meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Hasanudin – Makassar pada tahun 1979, Sekolah Pimpinan Bank (Sespibank) dari Institut Bankir Indonesia tahun 2000, dan Magister Manajemen di Universitas Padjajaran Bandung pada tahun 2003.


Ia juga meneruskan pendidikan demi bidang yang dicintainya dengan mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan. Beberapa diantaranya yakni “From State Owned Enterprise to World Class Competitors Creative Innovative and State Owned Firms” di Filipina; “Card and Payment” dalam European Financial Management Marketing (EFMA) di Paris, Perancis; Restrukturisasi dan Peningkatan Kinerja BUMN di Jakarta; “Enhancing the Power of Enterprise Risk Management in Creating A Sound Bank and Financial Risk Integration” di Stockholm, dan pendidikan perbankan lainnya.  


Passionnya terhadap dunia perbankan dan tidak neko-neko dengan apa yang dihadapinya membuat ia terus fokus dalam menjalankan kariernya. Hingga akhirnya ia terpilih menjadi Direktur Utama BRI.


“Melalui kepengurusan baru, perseroan siap untuk terus memberikan value added yang terbaik bagi seluruh pemangku kepentingan serta lebih siap lagi menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN yang akan dilaksanakan pada akhir 2015,” ungkap Asmawi usai dilantik menjadi Dirut BRI.


Ia merupakan sosok pria yang siap dengan segala hal, bahkan sebelum menjadi seorang pemimpin ia sudah bertekad untuk memajukan BRI sebagai bank terbaik di Tanah air. Dan kini target demi target harus ia capai di tengah persaingan ketat dan menantang.


Di Tahun 2017 Asmawi menargetkan perseroannya masih menjadi bank yang paling dominan dalam penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pemerintah sendiri sudah menganggarkan penyaluran KUR tahun ini sebesar Rp 110 triliun. “Untuk 2017, BRI menargetkan penyaluran KUR sebesar Rp 71 triliun,” tegasnya.


Perhatiannya dalam menumbuhkan ekonomi kerakyatan membuatnya bertekad untuk menyalurkan KUR ke sektor produktif guna meningkatkan produksi dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berbasis peningkatan lapangan kerja, ditengah banyaknya barang-barang yang dikonsumsi masyarakat saat ini masih bersumber dari impor. Untuk itu ia fokus melaksanakan penyaluran KUR demi menstabilkan kebutuhan usaha rakyat sehingga terwujud ekonomi kerakyatan yang stabil dan tangguh.


“Kalau tahun 2017, kita targetkan 40 persen, maka tahun depan naikkan 50 persen, tahun berikutnya 60 persen, supaya kita bisa ciptakan lapangan kerja dan bisa memenuhi kebutuhan domestic demand sendiri,” terangnya.
Di bawah kepemimpinannya, sepanjang tahun 2016 BRI telah menyalurkan KUR sebesar Rp 69,4 triliun. Nominal tersebut telah disalurkan kepada 3,9 juta debitur di seluruh Indonesia. Angka tersebut menandai BRI telah berkontribusi sebanyak 91,1 persen dari total penyaluran KUR nasional.


Selain itu di Tahun 2016, Bank BRI telah mengantongi laba bersih Rp 25,8 triliun atau tumbuh sebesar 2,18 persen (yoy) di tengah perlambatan ekonomi nasional. Asmawi mengungkapkan pendapatan perseroannya tersebut ditopang pendapatan komisi (fee based income) yang mengalami pertumbuhan hingga 25,2 persen atau menjadi Rp 9,2 triliun. Sementara pendapatan bunga bersih tumbuh 16,2 persen menjadi Rp 65,7 triliun.
“Pendapatan bunga itu disumbang pertumbuhan kredit yang mencapai 13,8 persen atau Rp 635,3 triliun,” papar Asmawi.


Memiliki rasa nasionalisme dan komitmen yang kuat membuat ia memiliki jalan kehidupan serta karier cemerlang. Baru-baru ini sebuah kebanggaan terhormat menyasar padanya, Asmawi mendapatkan penghargaan dari Kementerian BUMN sebagai ‘Tokoh BUMN Kategori Sinergi’. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Menteri BUMN Rini M. Soemarno pada acara pembukaan Executive Leadership Program (ELP) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (25/1/2017).


“Kami ingin menciptakan human capital BUMN yang berkarakter kuat, bersih dan mengedepankan nurani, visioner dan professional, berwawasan kebangsaan, memiliki intuisi bisnis tajam tapi pro kerakyatan, serta berwawasan global,” ungkap Rini.


Penghargaan tersebut membuat Asmawi dinilai berhasil memimpin BRI untuk berperan lebih aktif dalam berbagai kegiatan kementerian BUMN guna membangun sinergi. Ketua Himpunan Bank Negara (HIMBARA) ini juga memiliki proyek sinergi BUMN yang saat ini tengah berjalan, seperti pengoperasian ATM Merah Putih yang merupakan hasil kerjasama empat BUMN perbankan, penggunaan e-toll Jasa Marga-Persero dengan uang elektronik semua BUMN Perbankan, Pembangunan Balai Ekonomi Desa (Balkondes) di Magelang buah kerjasama dengan BUMN sektor Pariwisata, serta peresmian rumah kreatif BUMN yang termasuk inisiasi BRI di 17 Kota di Indonesia.


Asmawi juga telah membawa Bank BRI menjadi salah satu pioneer branchless banking di Indonesia, diantaranya melalui agen Laku Pandai (Layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka inklusif) atau yang akrab dengan Agen BRILink. Per Desember 2016, Agen BRILink berjumlah 84.550 yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia.


Tak hanya itu, Asmawi Syam juga tidak meninggalkan soal perkembangan digital dan teknologi. Pada pertengahan 2016 lalu, Bank BRI meluncurkan satelit yang bernama BRIsat yang menjadikan bank ini sebagai bank pertama bahkan menjadi satu-satunya di dunia yang mengoperasi dan memiliki satelit sendiri.


Asmawi merupakan pria yang mencintai ilmu beladiri karate. Menurutnya karate mengajarkan keteguhan, tanggung jawab, dan sikap percaya diri yang didasarkan pada nilai-nilai kebaikan universal.


Mengendalikan bank yang memiliki lebih dari 10.600 outlet dan melayani lebih dari 50 juta nasabah tentu bukanlah hal yang mudah. Pria yang lulus S2 selama dua tahun dengan predikat cum laude ini terus bertekad membawa Bank BRI menuju the most valuable bank in South East Asia, sesuai dengan cita-citanya. Ia juga memiliki impian mendirikan International Microfinance Institute (IMI) yang bisa memberikan ilmu terkait microfinance yang berbasis global atau untuk seluruh dunia.


“Cita-cita masa depan, saya ingin menjadikan bankir – bankir BRI tidak hanya hebat di Indonesia, namun juga mampu berkiprah di tingkat global. Saat ini kami sudah mempersiapkan SDM untuk menghadapi era keterbukaan global dengan menyekolahkan mereka ke Amerika dan Eropa,” papar Asmawi.

Dian Siswarini CEO XL Dibalik Revolusi Jaringan 4.5G

Naskah: Aprilia R., Foto: Fikar Azmy/Istimewa

Dipercaya memimpin salah satu provider terbesar di Tanah Air, Dian Siswarini berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas jaringan data. Berbagai usaha dan kerjakerasnya, membawa perusahaan yang dinahkodainya ini melejit hingga dinobatkan berbagai penghargaan.

 

CEO PT XL Axiata Tbk (XL) Dian Siswarini menjadi sosok utama di balik keberhasilan perusahaan penyedia layanan selular terbesar di Asia Pasifik ini. Ia mulai menjabat secara resmi sejak 1 April 2015 dan mulai mengelola perusahaan dengan jutaan pelanggan. Tentu saja dari pencapaian dalam kariernya tersebut, Dian bukan perempuan biasa.


Sejak awal memimpin, Dian fokus mengimplementasikan program Revamp, Rise & Reinvent (3R) yang ia mulai sejak awal 2015 saat menjadi Deputy CEO melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di perseroannya tersebut.


3R ini memiliki arti Revamp yang merupakan pengubahan model bisnis pencapaian jumlah pelanggan dari volume ke value dan strategi bisnis untuk meningkatkan profitabilitas produk. Sementara Rise berartikan meningkatkan nilai brand XL melalui pendekatan dual-brand dengan AXIS, guna menyasar segmen pasar yang berbeda. Dan Reinvent, yakni menstimulasi dan menumbuhkan berbagai inovasi-inovasi bisnis.


“Jelas strategi 3R adalah strategi yang tepat untuk membangun bisnis XL menjadi lebih berkelanjutan dan menguntungkan,” ungkap Dian.


Menggalakkan program tersebut membuat perusahaan yang dinahkodainya ini terus berupaya menjalankan berbagai strategi demi melayani kelancaran berkomunikasi seluruh masyarakat. Bercermin pada kuartal III 2016 jumlah pelanggan XL telah bertambah 1 juta, jika ditotalkan mencapai 45 juta, atau 8 persen lebih tinggi dari basis pelanggan di tahun 2015.


Dian mengungkapkan, pencapaian yang diraih tersebut merupakan bagian implementasi fokus meraih pelanggan secara tepat dan sesuai target yang dirancang.


“Kami sangat senang dengan pencapaian pertumbuhan pelanggan data. Kami akan terus bekerja keras untuk meningkatkan kinerja 2017 yang lebih baik dan lebih kuat dari sebelumnya,” kata Dian optimis.


Sepanjang tahun 2016, Dian telah membuat XL berhasil mencatat keuntungan sebesar Rp 376 miliar, pencapaian ini bisa terbilang fantastis sebab berbanding terbalik dengan kondisi tahun sebelumnya yang mengalami kerugian senilai Rp 25 miliar.


Dian mengungkapkan pencapaian tersebut didukung dampak positif atas penguatan rupiah terhadap dolar AS, dan hasil dari penjualan menara. Selain itu juga karena terselesaikannya agenda penawaran umum terbatas atau “right issue”. Dan keberhasilan atas penjualan atau penyewaan menara tahap kedua di semester pertama 2016. Hal ini membuat XL berhasil meningkatkan fundamental keuangan pada level yang sama, pada saat menyelesaikan akuisisi Axis pada awal 2014.


Selain itu total trafik jaringan XL pada tahun 2016 juga terjadi peningkatan sebesar 162 persen (yoy), yang didukung oleh pertumbuhan trafik data. ARPU (Average Revenue Per User) blended XL juga mengalami peningkatan menjadi lebih dari Rp 36.000 pada periode sembilan bulan di tahun 2016, atau 13 persen lebih tinggi dari Rp 32.000 di periode yang sama pada tahun lalu.


Pada kuartal empat 2016, XL telah mampu menyumbang 50 persen dari total pendapatan perseroan, hasil tersebut dinilai lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 31 persen.


“Ini merupakan bagian dari strategi transformasi XL, dan kami berharap untuk dapat membawa hal tersebut menjadi momentum pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan pada kinerja keuangan dan operasi kami kedepan,” kata Dian.  


Saat ini XL tengah menerapkan teknologi 4T4R (4 transmitter, 4 receiver) yang merupakan versi advanced dari 4G, teknologi baru tersebut disebut layaknya seperti jalan tol bagi jaringan 4G, dimana teknologi tersebut hanya dimiliki oleh XL.


Di tahun ini XL akan mendorong jaringan 4G dan menyempurnakan jaringan data 4.5G. Sebanyak US$250 juta atau Rp 3,3 triliun disiapkan XL untuk kedua jaringan unggulannya.


Jaringan 4.5G ini merupakan inovasi yang dicanangkan Dian sejak tahun 2016, diklaim teknologi barunya tersebut memiliki keunggulan pada sisi kecepatan dan kestabilan koneksi internet, yakni mencapai 300 Mbps, dimana kecepatan tersebut dua kali lipat dibandingkan jaringan 4G LTE XL yang mencapai 150 Mbps.


 “Fokus kami adalah meningkatkan cakupan dan kualitas jaringan data XL, sebagai bagian dari strategi Transformasi untuk membangun bisnis layanan data yang kuat. Selanjutnya, dengan selesainya berbagai inisiatif pengelolaan neraca keuangan (Balance Sheet Management) dan tercapainya berbagai efisiensi biaya yang dilakukan, kami telah membangun fondasi untuk bisa meraih kinerja yang lebih baik di tahun 2017,” tuturnya.


Dian merupakan sosok perempuan yang tangguh, segala tantangan ia hadapi. Berkat komitmennya, perusahaan yang dinahkodainya ini berada di titik teratas sebagai penyedia layanan jaringan terbaik di Tanah Air.


Kepemimpinannya tersebut, membuat XL meraih banyak penghargaan, seperti dari lembaga konsultan bisnis terkemuka Frost & Sullivan, pada ajang The 9th Annual Indonesia Excellence Awards, dengan memperoleh dua penghargaan sekaligus yakni Indonesia Mobile Data Service Provider of The Year dan Indonesia Digital Service Provider of The Year 2016. “Indonesia Most Trusted Company” diberikan dalam ajang Indonesia Good Corporate Governance Awards 2016, dan Most Admired CEO Award 2016 yang menunjuk Dian sebagai salah satu Top 20 Indonesia Most Admired CEO 2016 untuk kategori lintas industri, dan menjadi salah satu yang terbaik pada industri telekomunikasi.


Untuk bidang infrastruktur, XL meraih penghargaan di ajang Top IT Infrastructure 2016 yang diselenggarakan oleh Majalah BusinessNews Indonesia. XL menerima penghargaan sebagai Top Infrastructure on Telecommunication Sector 2016 dan masih banyak penghargaan lainnya.


Guna mencapai segala target yang direncanakannya, ia tetap berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan jaringan data.


“Kami terus berfokus meningkatkan cakupan wilayah dan kualitas jaringan data untuk menempatkan XL sebagai mobile internet leader di Indonesia,” pungkas wanita yang mengenyam pendidikan executive program di Harvard Advance Management Program, Harvard Businnes School, Amerika Serikat pada 2013 lalu ini.

Edi Sukmoro Terus Berakselerasi, KAI Tak Henti Berinovasi

Naskah: Sahrudi, Foto: Dok. Humas PT KAI

Sejak dulu sampai kini, kereta api menjadi moda favorit rakyat. Meski performa perusahaan yang mengurus kereta api itu dalam perjalanannya pernah mengalami pasang surut, tapi tetap saja dibutuhkan. PT Kereta Api Indonesia (Persero) memahami itu dan terus bergerak, berakselerasi dengan kebutuhan masyarakat serta berinovasi sampai kemudian rakyat memberikan apresiasi.

 

Di bawah kepemimpinan Edi Sukmoro sebagai Direktur Utama PT KAI, perusahaan BUMN bidang transportasi itu tak hanya eksis menjaga kesuksesan pemimpin sebelumnya, tapi juga meningkatkan kinerja dan pelayanan yang mumpuni.


Sejak ditunjuk menjadi pucuk eksekutif di PT KAI, Edi mengaku optimis meskipun tantangan yang akan dihadapi cukup besar karena harus menggantikan Ignasius Jonan, sosok yang diakuinya mempunyai kinerja yang mumpuni dan memiliki reputasi yang bagus dalam membenahi perusahaan pelat merah tersebut. Menurutnya, hal itu bukan perkara yang gampang untuk dilakukan mengingat perubahan yang terjadi di PT KAI tak semudah membalikkan telapak tangan.


“Saat saya diberikan kepercayaan memimpin PT KAI, ada tantangan tersendiri yang saya rasakan. Namun, saya optimis, dengan dukungan seluruh insan PT KAI, kami bisa meningkatkan kinerja dan pelayanan kereta api,” ujar Edi.
Edi mengakui bahwa kereta api Indonesia berubah drastis di bawah kepemimpinan Jonan. Namun, ia harus siap memimpin PT KAI dan meneruskan perjuangan tersebut untuk memberikan gebrakan pelayanan kepada masyarakat. Syukurnya, dengan kemampuan leadership yang juga baik didukung direksi-direksi yang mumpuni dan seluruh pegawai PT KAI, ia kini sukses memimpin perseroan ini dan melahirkan berbagai inovasi dan kemajuan yang kian memudahkan masyarakat.


Sejak menjabat 28 Oktober 2014, ia mampu menjaga eksistensi bisnis dan pelayanan PT KAI secara baik. Performa perseroan berada pada posisi yang bagus. Selama tahun 2016, PT KAI berhasil mengangkut sebanyak 350 juta penumpang (unaudited). Pada beberapa hajatan besar seperti Angkutan Lebaran 2016 misalnya, PT KAI berhasil mengangkut 5,48 juta penumpang, meningkat 7,3% dari jumlah penumpang tahun sebelumnya yakni sebanyak 5,10 juta penumpang. Sedangkan pada Angkutan Natal 2016 & Tahun Baru 2017, PT KAI berhasil mengangkut 4,6 juta penumpang, meningkat 12,3% dari masa angkutan Nataru tahun sebelumnya yakni 4,1 juta penumpang. Kedua masa angkutan penting itu pun dilaksanakan dengan predikat zerro accident yang artinya PT KAI berhasil melaksanakan perjalanan KA dengan selamat dan aman.


PT KAI juga melakukan beberapa inovasi seperti Check-in Mandiri dimana boarding pass yang tercetak digunakan untuk menggantikan tiket konvensional yang selama ini digunakan; Pre-order Meals dimana para pengguna jasa KA dapat memesan makanan dan minuman pre order saat memesan tiket melalui aplikasi KAI Access ataupun melalui website https://tiket.kereta-api.co.id/; Kartu Rail Pay yang merupakan e-money (uang elektronik) bagi membership PT KAI dan loyalty program yang dapat digunakan sebagai alat pembelian tiket KA jarak jauh, pembelian tiket pesawat, tiket kapal laut, dan tiket bus Damri, dan bisa dipakai pada KRL Jabodetabek, KA bandara, bus Transjakarta, bus Transjogja, bus Batik Solo Trans, serta LRT. Rail Pay juga dapat digunakan untuk pembayaran jalan tol, pembayaran parkir, pembelian BBM di SPBU Pertamina, belanja di toko-toko retail, pembayaran tagihan PLN, Telkom, pay TV, dan lain-lain.


Inovasi lain yang dilakukan PT KAI adalah menghadirkan Rail Clinic yakni kereta kesehatan pertama di Indonesia. Rail Clinic merupakan wujud kepedulian PT KAI untuk membantu pelayanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar jalur kereta api dan sulit dijangkau pelayanan kesehatan.


“Rail Clinic menjadi sarana bagi PT KAI untuk membuktikan bahwa perseroan memberikan awareness kepada masyarakat sekitar. Jadi masyarakat yang dilalui oleh rel bisa merasakan bahwa kalau kereta api maju, maka mereka juga bisa merasakan kemajuan tersebut,” jelas Edi.


Inovasi memang menjadi salah satu nilai utama yang dijunjung PT KAI. Hal ini karena kebutuhan pasar sangat dinamis dan teknologi informasi sudah melebur dalam dunia bisnis. Di bawah kepemimpinan Edi Sukmoro, inovasi pelayanan apalagi yang bersentuhan dengan TI kian digali. Untuk menumbuhkan iklim yang kompetitif dan membangun, Edi pun memberikan kesempatan bagi setiap pegawai untuk memunculkan ide dan inovasi bagi kemajuan pelayanan PT KAI. Ia juga menganjurkan jika ada ide-ide cemerlang dari pegawai harus diangkat dan diwujudkan supaya terobosan-terobosan baru bisa dicapai oleh PT KAI.


PT KAI juga menunjukkan komitmen pelayanan primanya dengan memberikan jaminan asuransi kepada penumpang. Hal itu ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerjasama dengan PT Jasa Raharja dan PT Jasa Raharja Putera yang menjamin asuransi bagi penumpang kereta. Penandatanganan MOU ini merupakan perpanjangan kontrak yang sebelumnya sudah dilakukan.  


Sejalan dengan program pembangunan pemerintah, PT KAI pun mendapat kepercayaan untuk ikut mengembangkan transportasi berbasis rel di berbagai daerah di Indonesia. “Pada tahun 2017, terdapat penugasan pemerintah yang harus kami selesaikan. Diantaranya penyelesaian jalur KA Bandara Soekarno-Hatta, pengadaan sarana dan operasional KA Bandara Internasional Minangkabau. Selain itu, KAI juga harus memperhatikan penugasan LRT Palembang yang ditargetkan selesai pada tahun 2018,” kata Edi. Ada juga penugasan pengadaan sarana di jalur KA Trans Sumatera, dan KA Bandara Adi Sumarmo Solo. PT KAI juga terlibat dalam pengembangan KA Trans Sulawesi.


Di samping berbagai inovasi dan penugasan besar tersebut, Edi selalu menegaskan agar pelayanan PT KAI memprioritaskan keselamatan. “Everyday is safety day, safety has no holiday. Itu komitmen kami bagi keselamatan perjalanan KA,” pungkas Edi.

Elfien Guntoro Membawa Pelni Keluar dari Keterpurukan

Naskah: Popi Rahim, Foto: Dok. Rizki Priya/Istimewa

Tak salah kalau ada yang menilai Elfien Guntoro adalah CEO ‘spesialis’ memoles kinerja  perusahaan. Betapa tidak? PT. Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) yang semula terus merugi, di bawah nakhodanya perusahaan plat merah ini berhasil mencetak kinerja cemerlang.

 

Elfien yang menjabat Direktur Utama PT Pelni periode 2015-2020 bukanlah wajah baru di jajaran perseroan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ia pernah menjadi Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha PT Pelni semasa kepemimpinan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Tak heran, ia piawai mengatasi permasalahan PT. Pelni hingga keluar dari keterpurukan.


Jika dua tahun lalu PT Pelni mengalami kerugian hingga Rp 634 miliar. Hingga akhir tahun 2016, PT Pelni menargetkan keuntungan sebesar Rp 200 miliar. Target tersebut naik dua kali lipat dibanding capaian pada tahun lalu yang hanya berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp100miliar. Elfien optimistis laba tersebut tercapai karena kondisi hingga November 2016 telah mencapai Rp 185 miliar. Optimistis juga dirasakan Elfien memasuki tahun 2017, ia menargetkan laba PT Pelni tembus Rp 305 miliar.


Elfien mengaku, ia sempat menghindar saat ditawari menjadi orang nomor 1 di PT. Pelni karena melihat kerugian yang cukup tajam di tubuh perseroan itu. Namun, ia optimis, kalau didukung dengan kinerja dan integritas yang baik, pasti perusahaan itu dapat kembali berjaya. “Karena ini amanah yang saya harus lakukan,” tegasnya.


Berbagai terobosan juga dilakukan Elfien dalam mengembangkan PT Pelni sehingga  meraih kemajuan yang signifikan. Tentunya hal tersebut ia lakukan dengan penuh perjuangan.


Ia juga menghadapi berbagai pihak yang tidak setuju maupun mendukungnya. Namun, semua itu tak membuat langkahnya surut. “Selama kita bisa buktikan, gejolak itu terlewati. Karena cukup lama seperti dibiarkan,” tuturnya.
Kini kesempatan membawa PT Pelni ke arah perubahan terbuka sangat lebar. Seperti adanya kepercayaan pemerintah yang begitu tinggi dalam menjalin kerjasama.


Sebut saja, adanya semangat sinergi antara PT Pelni dan PT Garuda Indonesia (Persero). Kedua perusahaan BUMN ini telah  menandatangani nota kesepahaman tentang Kerja Sama Korporasi pada akhir Januari 2017 lalu.


Kerjasama tersebut menawarkan kepada Garuda Indonesia berupa angkutan logistik dan wisata bahari. Untuk angkutan logistik, PT Pelni memiliki PT Sarana Bandar Nasional atau Pelni Logistics, anak usaha yang fokus untuk bongkar muat barang (forwarding) menggunakan kapal Pelni, dengan fasilitas door to door. Jasa lain yang ditawarkan Pelni Logistics antara lain stevedoring, cargodoring, dan receiving-delivery.


Kepercayaan juga terlihat dari sektor Kementerian Pariwisata pada 2016, dimana PT Pelni meluncurkan enam Destinasi Wisata Bahari. Ini merupakan moda transportasi melancong ke berbagai daerah di Indonesia yang mengajak wisatawan menikmati obyek wisata bahari unggulan di Indonesia.  


Saat ini PT Pelni mengoperasikan 26 kapal penumpang yang melayari 90 lebih pelabuhan di Indonesia. PT Pelni juga mengoperasikan 6 kapal Tol Laut, 46 kapal perintis, dan satu kapal ternak, seluruhnya menjalankan penugasan resmi dari Pemerintah. Pada tahun 2017 ini, PT Pelni berhasil menghubungkan (connecting) jadwal pelayaran kapal penumpangnya dengan kapal perintis.


Perbaikan kinerja perusahaan dalam 2 tahun terakhir ini, terang Elfien, disebabkan oleh beberapa hal, terutama karena efisiensi biaya operasional dan perubahan kelas kapal. Kini nyaris semua kapal Pelni adalah kelas ekonomi yang menjalankan penugasan dari pemerintah atau Public Service Obligation (PSO) sehingga mendapat subsidi dari pemerintah.


“Kita optimalisasi pendapatan. Ada efisiensi biaya juga, ada juga perubahan dari semua kapal yang ada kelasnya sekarang jadi single class, semuanya kelas ekonomi. Jadi penugasan semua, semua kapal jadi bagian PSO. Hanya 3 kapal yang tidak PSO. Ini salah satu yang memengaruhi,” sambungnya.


Di samping itu, kontribusi dari anak-anak perusahaan PT Pelni juga bertambah sehingga semakin menopang kinerja Pelni secara keseluruhan.


Meski sudah menyiapkan beberapa program, Elfien mengaku masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, salah satunya dalam pengoperasian kapal ke daerah-daerah terpencil dan terluar. Menurutnya, masih banyak daerah terluar belum memiliki pelabuhan yang cukup bisa menampung kapal-kapal Pelni.


“Contoh yang jelas di Natuna, di sana itu kota yang ramai Rinai 70 km dari pelabuhan yang kita singgahi, itu jalan juga belum besar, kontainer pakai truk belum bisa, jadi kapal kita juga bawa peralatan sendiri,” imbuhnya.
Pencapaian ini tak lepas dari kebijakan yang telah dibuatnya dalam mengubah sistem, terutama pemikiran (mindset) bawahannya. “Jujur saja, sistem sebelumnya masih lemah,” akunya.


Yang pasti, salah satu terlihat jelas saat ia memimpin adalah bagaimana ia memposisikan jajarannya sesuai dengan tufoksinya masing-masing. Selain itu dengan membina bawahannya menjadi penuh integritas.


Satu hal yang tak kalah penting, ia berhasil mengubah pemikiran jajarannya, bahwa penumpang pelayaran tersebut bukan saja hanya sekadar penumpang. Tapi banyak nilai (value) yang bisa dikembangkan. Seperti bisa meeting dan training di kapal,  gathering serta wisata. “Value  ini harus kita terapkan,” imbuhnya.


Ia juga tak lupa menanamkan nilai-nilai zero toleransi bagi siapa yang memanfaatkan PT Pelni dalam keuntungan pribadi. “Tidak ada lagi cari rezeki dalam perusahaan,”tegasnya.


Makanya, ia bertekad Indonesia sebagai sebuah negara maritim yang tidak dimiliki negara lain, ke depan Indonesia pasti menjadi negara yang maju.


Ke depan Elfien memiliki obsesi, PT Pelni dapat mencapai puncak seperti di masa kejayaannya yang dulu. Dimana kala itu, PT Pelni memiliki hampir 100 buah kapal pengangkut barang. Namun, tanpa meninggalkan kapal untuk penumpang. “Selagi butuh, kita pasti sediakan,” pungkasnya.

Elvyn G. Masassya Membawa IPC Menuju World Class Port

Naskah: Suci Yulianita, Foto: Sutanto/Istimewa

Diberi amanah menjabat Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)/IPC sejak April 2016 bukanlah menjadi hal baru bagi Elvyn G. Masassya. Sudah banyak makan asam garam dalam memimpin perusahaan sebelumnya, menjadikannya tahu betul apa yang harus dilakukan pada Pelindo II. Tak butuh waktu lama, hanya dalam hitungan bulan, Elvyn mampu mendongkrak kinerja perusahaan. Ya, bersama timnya, ia berjibaku, bekerja ekstra keras membawa IPC menjadi perusahaan pelabuhan berkelas dunia.    

 

Saat ditemui Men’s Obsession akhir Januari lalu, Elvyn tampak sangat bugar. Ia tampil sederhana dengan kemeja putih polosnya, namun tanpa menghilangkan aura sang pemimpin. Senyuman manis dan sikap ramah yang ditunjukkan selama sesi wawancara sungguh menjadikan waktu sesi wawancara yang berlangsung selama lebih kurang satu jam ini, tak terasa. Terlebih keindahan pemandangan suasana pelabuhan dari kaca jendela ruang kerjanya yang berada di lantai 7 gedung Pelindo II membawa pengalaman baru yang jarang sekali ditemui. “Bagus yah pemandangannya. Ini kalau malam seperti di Hongkong,” ucap Elvyn seraya tersenyum.


Ya, di tangan Elvyn, pelabuhan Tanjung Priok kini tak lagi menyeramkan, melainkan sudah tertata sangat rapih. Elvyn bercerita, sejak awal memimpin pada April 2016 lalu, ia berpikir keras bagaimana membuat jasa pelabuhan ini menjadi satu sektor yang reputable, tak hanya untuk skala nasional namun internasional. Karena menurutnya, fungsi pelabuhan sebagai tempat keluar masuknya arus barang, ekspor impor internasional, merupakan potret wajah Indonesia.  


Untuk itu, Elvyn melakukan berbagai langkah strategis pada IPC yang terangkum pada empat hal utama, yakni, meneruskan yang sudah baik (going concern), meluruskan yang belum lurus (governance), menyelesaikan yang belum selesai (pending matters/outstanding issues), dan mengerjakan yang belum sempat dikerjakan (business development).


Selanjutnya, ia melakukan pembenahan internal yang diawali dari penajaman vision dan membuat roadmap untuk 5 tahun (2016 – 2020). “Vision kita pertajam menjadi pengelola pelabuhan kelas dunia yang unggul dalam operasional dan pelayanan dengan kata kunci visi hanya tiga, world class, excellent at operations, excellent at services. Dan untuk sampai ke world class port itu saya menyiapkan roadmap untuk lima tahun mendatang dimulai dari tahun 2016. Saya kembangkan menjadi 5 tahapan yang dimulai pada 2016 ini dengan tahapan yang kita sebut sebagai fase fit in infrastructure, artinya adalah bussiness prosesnya harus benar, sistemnya harus benar, prosedur harus ada sebagai satu korporasi. Dan di 2016 itu, kita menyelesaikan lebih kurang 246 SOP, dan kita melaksanakan 240 rencana kerja, dalam 8 bulan sampai Desember 2016. Alhamdulillah sudah selesai,” terang Elvyn.


Setelah itu, 2017 ini dilanjutkan dengan tahapan yang disebut fase enhancement, yakni peningkatan kapasitas, peningkatan kualitas, dan peningkatan performance. Lalu 2018 fase establishment atau pemantapan, 2019 fase sustainable superior performance. Dan 2020 menjadi world class port.


Untuk menuju world class port, tentu tak sekadar lips service. Beberapa terobosan yang dilakukan Elvyn antara lain pembenahan dalam bidang teknologi. Elvyn percaya, bahwa di era modern ini sebuah korporasi modern harus berbasis IT. Untuk itu, ia meluncurkan inovasi-inovasi terkini berbasis teknologi. “Jadi port ini pun dalam bentuk world class nanti, adalah menjadi digital port, pelabuhan digital yang bisnis prosesnya itu banyak menggunakan teknologi,” katanya.


Terdapat empat sistem berbasis IT, yakni Integrated Billing System (IBS) termasuk di dalamnya adalah cash management, yaitu segala urusan dokumentasi dan pembayaran hanya bisa di satu tempat. Kemudian terminal operating system, yakni pengelolaan terminal yang lebih rapih. Sistem ini bermanfaat untuk mempercepat dan meningkatkan akurasi kegiatan di terminal, termasuk monitoring aktivitas pelayanan kepada pengguna jasa.     


Sementara dalam konteks speed, ada Inaportnet, untuk proses administrasi kedatangan dan keberangkatan kapal yang dilakukan secara online termasuk transparansi pelayanan kapal di Tanjung Priok. “Jadi kita tahu kapan kapal datang merapat ke pelabuhan, berapa barang yang dibongkar. Dengan cara ini berarti kan speednya lebih cepat.” ucap Elvyn. Kemudian sistem autogate merupakan salah satu cara untuk mempercepat arus ekspor dan impor barang dari dan ke luar negeri melalui pelabuhan Tanjung Priok maupun terminal-terminal petikemas di cabang-cabang lain secara bertahap.   


Tak hanya itu, di bawah kepemimpinan Elvyn, kinerja korporasi juga menorehkan hasil membanggakan. Tengok saja pendapatan perusahaan pada 2016 lalu, Pelindo II meraih revenue kurang lebih Rp.8,7 triliun, meningkat sebesar 15% dari tahun sebelumnya, dan EBITDA mencapai Rp.2,9 triliun. Sementara pencapaian lainnya, bisa dilihat dari volume atau jumlah kontainer yang keluar masuk di IPC. Pada 2016 lalu, terdapat kurang lebih 6juta container dalam setahun. Perusahaan juga berhasil meraih score Kriteria Perusahaan Kinerja Unggul (KPKU) sebesar 530, melebihi score yang ditargetkan pemegang saham sebesar 490. Kemudian dari sisi governance, perusahaan juga berhasil mencapai angka yang ditargetkan, sebesar 85. Belum lagi segudang penghargaan yang diraih IPC atas prestasi-prestasi di 2016.      


Memimpin dengan CINTA
Untuk mencapai perusahaan menjadi World Class Port, Elvyn tentu menyadari dibutuhkan kerja ekstra dengan dukungan teamwork yang kuat. Untuk itu, ia juga membangun culture baru di perusahaan yang ia sebut CINTA (Customer centric, Integrity, Nationalism, Teamwork, dan Action).


“Customer centric, karena ini perusahaan jasa maka yang paling tinggi adalah customer, tanpa customer kita nggak bisa apa apa, jadi harus fokus pada customer. Integrity, nggak mungkin korporasi itu bisa hebat kalau kita nggak punya integrity. Nationalism, apa yang kita kerjakan ini sebagai kepentingan negara. Teamwork, nggak mungkin kerja sendiri sendiri, harus ada teamwork. Action, nggak bisa ngomong doang tapi harus ada action. Nah ini jadi soul, jadi ruh, dan soul inilah kemudian membuat kita bisa mengerjakan rencana kerja, membuat kita bisa mengimplementasikan strategi-strategi dan SOP,” Elvyn menjelaskan. Ya, Elvyn percaya betul bahwa sebuah organisasi atau korporasi itu baru bisa hidup jika dia punya soul, dan soul itu adalah culture. Dan melalui CINTA inilah culture perusahaan ia bangun.

Glen Glenardi Sukses memBawa Bank Bukopin Tingkatkan Kinerja Gemilang

Naskah: Purnomo, Foto: Sutanto & Dok. Bukopin

Dengan visi yang jernih dan pengalaman yang panjang di industri perbankan, Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk Glen Glenardi sukses membawa Bank Bukopin mencetak kinerja gemilang. Betapa tidak? Sebagai nahkoda di Bank berkode emiten BBKP ini, pria humble itu berhasil memompa semangat seluruh jajaran dan stafnya untuk bekerja keras mencapai target.

 

Berkat teamwork dan kerja keras yang ditanamkan Glen dalam mencapai target, Bank Bukopin terus mengalami pertumbuhan. Sukses kinerja terlihat pada kuartal III/2016 Bank Bukopin memperoleh laba sebesar Rp1,1triliun, tumbuh 12,5% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 978 miliar.


Tak hanya itu, Bank Bukopin telah beroperasi di seluruh Tanah Air, tersebar di 23 provinsi yang terhubung secara real time on-line. Memiliki 42 kantor cabang, 143 kantor cabang pembantu, 133 kantor kas, 75 kantor fungsional (layanan mikro), 27 payment point, serta 8 layanan Pickup service. Bank Bukopin juga telah membangun jaringan micro-banking yang diberi nama “Swamitra”, yang kini berjumlah 543 outlet, sebagai wujud program kemitraan dengan koperasi dan lembaga keuangan mikro.


Untuk mendukung layanan terbaik pada nasabah, Bank Bukopin juga telah mengoperasikan 788 mesin ATM yang terkoneksi dengan seluruh jaringan  ATM  BCA Prima,  ATM Bersama dan Plus di seluruh Tanah Air. Ya, sesuai dengan motto ‘Memahami dan Memberi Solusi’ Bank Bukopin senantiasa melakukan inovasi dan peningkatan layanan kepada para nasabahnya.


Ia mengaku kesuksesan Bank Bukopin  tak dimiliki oleh dirinya sendiri, tetapi merupakan kontribusi dari anggota tim dan seluruh karyawan Bank Bukopin. Karena karyawan selalu disiplin terhadap anggarannya dan komitmen untuk melaksanakan anggarannya dengan baik, maka terjadilah seperti itu.


“Kalau fungsi saya di perusahaan adalah sebagai pengatur strategi, yang mengimplementasikannya di tataran teknis tentu seluruh karyawan,” ujar Glen.


Artinya di Bank Bukopin, sambung Glen, ia mencoba untuk membangun sebuah teamwork yang baik dan memangkas jarak antara atasan dengan bawahan.


“Ruangan saya selalu terbuka, kalaupun ada orang datang ke ruangan saya untuk marah pun saya terima. Artinya saya terima sepanjang itu untuk kebaikan Bank Bukopin,” ungkap Glen.


Pada tahun 2017, di tengah gejolak perekonomian global yang belum bisa diprediksi, Glen menargetkan Bank Bukopin tetap mampu tumbuh. Ia juga menginginkan agar pada 2021 Bank Bukopin dapat terus meningkatkan skala ekonomis.


Pada saat itu, ditargetkan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) harus di bawah 85%, Non Performing Loas (NPL) di bawah 3%, dan Nett Interest Margin (NIM) di angka > 4%, serta tingkat produktivitas kerja karyawan mencapai 60%-70%.


“Bank Bukopin harus membuat skala ekonomi bisnis sehingga dalam waktu lima tahun ke depan dapat tercapai angka-angka tersebut. Termasuk juga produktifitas SDM sudah mencapai 70 %. Artinya kalau mesin, kapasitasnya mendekati 100%,” tegas Glen.


Bank Bukopin telah menjadi bank yang fokus pada segmen ritel yang terdiri dari mikro, UKM, dan konsumer, serta didukung oleh segmen komersial.


Diharapkan, Bank Bukopin akan difokuskan untuk dapat menjadi pemain utama di segmen UKM. “Alhamdulillah,saat ini kita berada di posisi ketujuh dalam kategori bank hingga masuk ke lima atau tiga besar,” targetnya.  


Di bawah kepemimpinan Glen, Bank Bukopin secara konsisten terus memacu pertumbuhan bisnis pada segmen ritel sebagai motor penggerak utama pertumbuhan kinerja Perseroan dan memposisikan segmen komersial sebagai penyeimbang.


Untuk lebih memacu pertumbuhan pada segmen mikro, ke depannya, Perseroan akan meningkatkan fokus pada kredit ke para pensiunan pegawai pemerintah, TNI, dan kepolisian serta memperkuat pengembangan aliansi strategis dengan mitra strategis.


Bank Bukopin juga akan terus mendorong optimalisasi kinerja reseller/partner, branchless banking, dan mendorong Swamitra, kemudian pengembangan Fin Tech.
Dari sisi funding, Glen berharap dana yang masuk ke perusahaan akan semakin didominasi oleh dana jangka panjang. Dengan demikian, sustainability bank akan semakin terjaga. Oleh karena itu, perlu strategi maraton untuk mengelola funding.


Jadi, lanjutnya, dalam mengelola dana pihak ketiga Bank Bukopin, manajemen harus mengelola dengan tepat antara dana-dana yang bersifat spint dan maraton.


Tidak Ambisius
Meskipun hidupnya dipenuhi dengan kerja keras, Glen mengaku tak mau terjebak menjadi sosok yang ambisius.


“Kalau berambisi itu boleh, tetapi kalau ambisius menurut saya tidak baik. Hidup adalah keseimbangan. Artinya kerja tetap jalan, tetapi lingkungan harus tetap dijaga,” papar pria yang gemar bermain musik ini.


Dengan hidup secara seimbang, alokasi pembagian waktu antara kerja, keluarga, dan masyarakat harus diatur secara adil. “Yang penting dapat menjaga amanah dengan tetap bekerja fokus,” tuturnya.


Glen menargetkan untuk menjadikan Bank Bukopin masuk ke dalam jajaran 10 bank di Tanah Air dilihar dari sisi laba. “Ini adalah cita-cita perusahaan yang harus kita realisasikan bersama,” pungkas Glen. n

Hendrisman Rahim Sosok Hebat di Balik Perusahaan yang Kuat

Naskah: Giattri F.P., Foto: Dok. MO/Dok. Humas Jiwasraya

Sebagai asuransi ternama dan berpengalaman di Indonesia, PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tetap menjadi pemain yang diperhitungkan dalam percaturan industri jiwa di tanah air. Ukurannya jelas, di bawah nakhoda Hendrisman Rahim, Sang Direktur Utama, perusahaan plat merah ini terus menunjukan kinerja cemerlang.

 

Di balik perusahaan yang kuat, ada pemimpin yang hebat, begitulah Hendrisman dengan Jiwasraya yang dipimpinnya. Bersama staf dan seluruh awak kerja Jiwasraya, berbagai langkah besar digulirkan untuk meningkatkan bisnis asuransi Jiwasraya.


Tengoklah kinerja perseroan pada 2016, baik revitalisasi produk, inovasi produk, dan penambahan agen asuransi. Semuanya berhasil gemilang. Dari cara ini diharapkan perolehan premi akan lebih banyak dari penjualan melalui branch office system (BOS) atau dari sistem cabang.


Untuk memasarkan produk asuransi, dilakukan Jiwasraya melalui chanelling (saluran) Kantor Pusat Program Manfaat Karyawan, Kantor Pusat Bancassurance, 14 kantor wilayah, 71 kantor cabang, dan hampir 500 unit kerja area untuk daerah terpencil.


Sepanjang 2016, perusahaan yang berdiri sejak 31 Desember 1859 silam ini mencatatkan pertumbuhan premi yang kinclong. Hendrisman menyebut, pihaknya berhasil mengantongi premi sampai Rp 18 triliun. Sedangkan, tahun sebelumnya, perolehan premi Jiwasraya sebesar Rp 10,2 triliun.


Dari sisi laba (unaudited), sambung Hendrisman, Jiwasraya meraih Rp 1,3 triliun. “Tahun 2015 lalu, kami meraih laba Rp 1,01 triliun. Tapi kayanya sesudah audited laba kita akan naik,” ungkapnya.
Perolehan premi yang didapat Jiwasraya masih ditopang oleh manisnya bisnis di segmen asuransi tradisional. Seperti endowment, term life, dan lainnya. Sisanya berasal dari produk unit linked. “Sekitar 90% masih berasal dari segmen tradisional,” ujar Hendrisman.


Produk tradisional, menurut Hendrisman tetap akan menjadi andalan Jiwasraya. Pasalnya, perseroan menguasai pasar di daerah-daerah yang cenderung lebih membutuhkan produk yang bersifat proteksi.
“Perusahaan joint venture yang masuk ke Indonesia langsung mengembangkan produk unit link. Jadi, Kami akan tetap memegang pasar yang kami kuasai dan nyatanya permintaan produk tradisional juga tetap meningkat. Kontribusi dari produk unit link, tidak banyak hanya 11%,” terangnya.


Tingginya perolehan premi Jiwasraya tahun 2016 lalu, kata Hendrisman, juga karena hasil dari sejumlah strategi di jalur distribusi. Misalnya, menambah rekanan bank melalui jalur bancassurance. “Kontribusi Premi dari kanal distribusi bancassurance mencapai 60%,” ucap Hendrisman.


Sedangkan untuk kanal corporate distribution, perseroan akan tetap menjadikan sesama perusahaan plat merah sebagai sasaran. Soalnya baru sekitar 40% dari perusahaan di lingkungan BUMN yang sudah berhasil digarap perseroan.


Jalur distribusi lain yang digunakan perseroan untuk menggenjot premi tahun 2016 adalah melalui jalur digital. Hendrisman menjelaskan, penggunaan teknologi ini sudah dimulai para agen dengan menggunakan tablet untuk menjual produk dan mengirimkan data ke kantor. Setelah itu, perseroan juga berencana untuk melayani pembelian asuransi secara langsung via online.


Kencangnya laju premi Jiwasraya pada tahun lalu juga disebutnya karena langkah lebih agresif yang dilakukan perseroan.


Sejak awal 2016, Hendrisman menuturkan, Jiwasraya sudah rajin membuka pasar-pasar baru yang dinilai potensial.


“Saat ini segmen menengah ke bawah, yakni generasi muda produktif yang berada di kisaran usia 25-40 tahun semakin membesar apalagi tahun 2020 kita akan masuk bonus demografi. Jadi pada 2016 dan 2017, kita harus mendesain produk yang dipusatkan kepada mereka,” terang Hendrisman.


Sebut saja produk asuransi JS Sinergy yang diluncurkan akhir November 2016 lalu. Produk ini menawarkan tiga perlindungan sekaligus, yakni perlindungan kesehatan, perlindungan jiwa, dan tabungan.


Adapun, manfaat yang bisa diperoleh antara lain jaminan rawat inap sampai 90 hari, santunan duka sebesar 100% dari uang asuransi yang dibayarkan kepada keluarga jika tertanggung meninggal dunia, dan pembayaran 100% uang asuransi jika tertanggung hidup sampai dengan akhir kontrak asuransi selama sepuluh tahun.


Inovasi lain yang disodorkan, di antaranya asuransi untuk pembelian rumah secara cicilan. Langkah ini didahului penyediaan uang muka dilanjutkan pemberian dana cicilan jika pemegang polis meninggal dunia.


Proteksi pendapatan tetap per bulan bagi pekerja kontrak yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) juga sebagai inspirasi penciptaan produk baru Jiwasraya. Pasalnya, tidak semua perusahaan mengangkat pekerja kontrak menjadi karyawan tetap.


Bekerjasama dengan pihak perbankan, Jiwasraya juga punya produk asuransi kredit bagi para pemegang kartu kredit yang akan mengambil alih sisa kredit pemegang kartu ini bila meninggal dunia. Asuransi kredit tersebut juga bisa digunakan untuk kebutuhan peremajaan bisnis dalam bentuk pemberian dana antara lain untuk perkebunan, perikanan, dan toko.


Tahun 2017 ini, Jiwasraya menargetkan pendapatan laba di atas Rp 1,5 triliun serta premi Rp 21 triliun.


“Kalau kita lihat pertumbuhan industri asuransi pada tahun-tahun sebelumnya, 10-30%. Kecuali, 2008 jauh di bawah 10% dan 2016 di atas 30%. Kalau kita mau terus naik kelas, kita harus di atas rata-rata industri,” tandas Hendrisman.


Guna mencapai target tersebut, tutur Hendrisman, pihaknya akan mengoptimalkan penjualan polis melalui bancassurance dan agen berkompeten yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Tahun 2015, jumlah agen Jiwasraya baru mencapai 8.000 agen. Sampai saat ini jumlahnya telah bertambah dua kali lipat menjadi 16.000 agen.



Menutup pembicaraan Hendrisman berharap, Jiwasraya terus menjadi perusahaan asuransi lokal yang besar. “Pertama dari sisi usia Jiwasraya sudah matang, kedua milik Negara, dan ketiga sepanjang jalan perusahaan ini diurus oleh orang-orang Indonesia. Artinya di tengah industri asuransi yang semakin banyak perusahaan joint venture, sudah saatnya kita membangun perusahaan yang memang milik kita. Caranya, semua orang yang terkait di Jiwasraya harus memiliki pemikiran yang sama serta kompetensi yang lebih baik. Harus selalu belajar,” pungkasnya.

Jahja Setiaatmadja Reputasi Tak Tergantikan

Naskah: Giattri F.P., Foto: Fikar Azmy

Reputasi Jahja Setiaatmadja sebagai salah satu bankir terbaik negeri ini tak tergantikan. Betapa tidak? Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tersebut tak pernah henti berinovasi dan jeli menangkap peluang bisnis perbankan sehingga BCA berhasil menjadi bank swasta terbesar di Indonesia dengan lebih dari 14 juta nasabah.

 

Maka tak ayal berbagai penghargaan bergengsi diraih pria yang akrab disapa Jahja ini. Di antaranya, ‘Lifetime Achivement Award’ dari ajang Obsession Awards 2016, ‘Top National Banker 2016’ dalam Investor Awards, dan ‘Most Admired CEO 2016’. Setelah tahun sebelumnya dinobatkan sebagai tokoh perbankan paling berpengaruh dalam ajang Golden Property Award 2015, ‘Best CEO’ dalam Finance Asia Award’s: Asia’s Best Companies 2015, dan lainnya.
Pria yang lahir dari keluarga karyawan bank dengan kehidupan sederhana ini telah berkarier di BCA sejak 1990. Dalam memimpin, ia terus menjaga moral karyawan sebaik-baiknya, menerapkan prinsip bottom-up dan feedback. Ia juga selalu menekankan kepada karyawan agar ramah dan manusiawi. Totalitas dan dedikasinya dalam bekerja, didukung filosofinya yang genuine dan utuh dalam mengemban amanat.


Perjalanan Jahja untuk mencapai puncak karier tidaklah mudah. Ia bahkan dapat bekerja selama 12 jam sehari. Loyalitas kepada BCA pun sangat tinggi terlihat dari kariernya selama 21 tahun di BCA sebelum diangkat menjadi presiden direktur pada 2011.


Berkat konsistensi pertumbuhan kinerja positif dari tahun ke tahun, ketika Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2015 yang digelar pada 7 April 2016 lalu, Jahja kembali dipercaya menjadi Presiden Direktur BCA.


Sukses kinerja terus berlanjut pada sembilan bulan pertama tahun 2016 dengan peningkatan pendapatan operasional yang sehat. Pencapaian tersebut didukung oleh pertumbuhan berkelanjutan dari dana pihak ketiga dan keseluruhan aset produktif disertai penerapan prinsip kehati-hatian dengan mengutamakan pentingnya kualitas aset.


BCA dan entitas anak berhasil melaporkan laba bersih yang meningkat 13,2% menjadi Rp 15,1 triliun dari Rp 13,4 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 15,2% menjadi Rp 39,7 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2016, dibandingkan Rp 34,4 triliun pada periode yang sama tahun 2015.


“Ke depannya, BCA akan tetap fokus dalam mengelola aset dan liabilitas secara aktif sekaligus mengutamakan efisiensi operasional guna mencapai hasil kinerja positif yang berkelanjutan,” ungkap Jahja.


Bankir yang ramah ini tak segan mengungkapkan secara gamblang rahasia di balik kesuksesan BCA, yakni belajar, belajar, dan belajar. “BCA mencoba mencari tahu kebutuhan dari masyarakat dan memberikan berbagai sarana dan kebutuhan untuk masyarakat dengan service yang paripurna. Menciptakan kepuasan dan loyalitas pelanggan, bukan lagi karena harga murah, melainkan kualitas yang prima, terutama pelayanan,” ujarnya serius.


Meski meraih berbagai prestasi, lelaki kelahiran Jakarta, 14 September 1955 ini tetap rendah hati. Ia mengatakan kesuksesan BCA bukan semata-mata karena perannya, tapi karena team work. “Saya bukan super hero. Sebab, super hero hanya ada di film-film Amerika,” tuturnya seraya tersenyum.


Untuk membuat team work yang bagus, kata Jahja, harus bisa merangkul segala lapisan tenaga kerja sehingga bisa bersama-sama mendapatkan support yang kuat.


“Sesuatu yang dikerjakan bersama pasti akan lebih mudah daripada mengandalkan satu-dua individu. Filosofi saya selalu demikian. Dan sejauh ini teman-teman bisa mendukung secara penuh. Hasil yang diraih BCA karena team work, bukan karena super hero atau orang hebat,” cetusnya.


Jahja juga mengatakan memimpin sebuah organisasi seperti seorang dirigen dalam satu orkestra. Laiknya dirigen yang bisa memadukan berbagai alat musik yang harmonis saat memainkan sebuah lagu. Ia pun ingin terciptanya suatu harmonisasi kerja di BCA, “Untuk membangun harmonisasi itu hanya dapat dijalankan jika dipimpin oleh dirigen atau pemimpin yang tepat,” tuturnya.


Sebagai bank yang melekat di hati nasabah, Jahja menambahkan dirinya selalu berkomitmen untuk memberikan kemudahan. Misalnya lewat investasi teknologi dan digital banking guna memberikan layanan yang lebih baik kepada nasabah BCA. “Karena itu kami akan terus mengembangkan teknologi yang kami miliki,” ungkap Pria yang pernah menempuh pendidikan akuntansi di Universitas Indonesia pada 1974 ini.
Hal itu sudah terbuktikan, internet banking dan mobile banking, memudahkan nasabah BCA untuk bertransaksi kapan dan di mana saja.


Tak hanya itu, Jahja yang biografi hidupnya sudah dituliskan ke dalam buku Sang Dirigen Perjalanan Jahja Setiaatmadja Hingga Menjadi CEO, terus secara aktif menjajaki kerja sama dengan perusahaan-perusahaan bisnis berbasis digital untuk melayani kebutuhan transaksi keuangan. Pasalnya, perusahaan bisnis berbasis digital sangat menjanjikan.


Di dunia perbankan, ungkap Jahja inovasi mutlak diperlukan agar kebutuhan nasabah dapat terpenuhi secara cepat, aman dan nyaman. Bagi Jahja, bank bukan lagi hanya sekadar tempat menyimpan uang, tetapi tempat yang bisa memberikan solusi dan nilai tambah bagi kebutuhan perbankan masyarakat.


Beberapa terobosan yang diluncurkan BCA untuk memudahkan nasabahnya, antara lain myBCA, Sakuku, dan ATM Setor Tarik dalam satu mesin.


Menutup pembicaraan, Jahja berharap, BCA bisa memenuhi pelayanan ke seluruh pelosok negeri. “Saat ini kita masih terbatas di kota dan kabupaten besar. Tapi kita sudah mulai melalui program Laku, Simpel (Simpanan Pelajar-red). Step kedua dapat melayani seluruh masyarakat Indonesia agar bankable. Untuk generasi ke depan, mereka akan terbiasa dengan digital bahkan nanti tak perlu terlalu banyak menggunakan fisik. Katakan 15-10 tahun dari sekarang semua itu serba digital, dengan gadget semua dapat dikerjakan. BCA sudah memulai dengan KlikBCA yang sangat efisien,” pungkas suami Winny Setiaatmadja itu.

Maryono Pemeran Utama Pembiayaan Perumahan

Naskah: Giattri F.P., Foto: Dok. MO/Istimewa

Tak berlebihan jika menyebut Maryono sebagai salah satu bankir hebat yang dimiliki negeri ini. Betapa tidak? Di bawah pimpinannya, PT Bank Tabungan Negara Tbk (Bank BTN) sukses memainkan perannya sebagai pemain utama dalam pembiayaan perumahan nasional. Ia juga  terus melakukan berbagai gebrakan. Tak ayal, kinerja Bank dengan kode emiten BBTN tersebut tetap mengkilap meski di tahun 2016 terjadi perlambatan ekonomi.

 

Sejak Maryono menjadi Direktur Utama, entitas yang dulunya bernama Bank Tabungan Pos ini memang terus menunjukkan perbaikan kinerja. Hingga bulan terakhir pada 2016, bank yang didirikan lebih dari 6 dasawarsa ini masih mencatatkan pertumbuhan bisnis di atas laju industri.


Laporan keuangan (anaudited) perseroan menunjukkan aset Bank BTN naik sekitar 24,56% yoy dari Rp171,8 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp214 triliun di Desember 2016.


Kinerja penyaluran kredit juga menunjukkan pertumbuhan di atas industri. Per Desember 2016, kredit dan pembiayaan Bank BTN naik sekitar 18,34% yoy menjadi Rp164,44 triliun dari Rp138,95 triliun pada Desember 2015. Kemudian, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun juga tumbuh lebih tinggi di level sekitar 25,44% yoy dari Rp127,74 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp160,24 triliun di bulan yang sama tahun lalu.


Kiprah Bank BTN di bawah kepemimpinan Maryono pun memperlihatkan prospek yang positif dengan basis efisiensi dan efektivitas. “Ke depannya, target proses persetujuan KPR pun bakal dipangkas dari 1:5:1 menjadi 1:3:1. Waktu persetujuan pun dibidik akan dipersingkat menjadi maksimal 24 jam,” ujar Maryono.


Tentu saja target Bank BTN  mendukung program Satu Juta Rumah yang diinisiasi Presiden Joko Widodo juga menjadi pokok sasaran di bawah nahkoda Maryono.  Hal ini sejalan dengan arahan Menteri BUMN Rini Soemarno,  bahwa pemenuhan rumah bagi rakyat bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga bank dan pengembang.


“Bank BTN sebagai BUMN perbankan yang memiliki keunggulan, terutama dalam digital banking untuk KPR, dan menjadi agen pembangunan, diharapkan terus mendukung Program Satu Juta Rumah,” kata Rini.


Di sisi saham pun, Bank BTN terus merangkak naik. Saham Bank BTN ditutup pada Rp 1.740 per lembar saham per 30 Desember 2016, atau naik sekitar 34,36% yoy dari harga pada penutupan perdagangan 2015 senilai Rp 1.295 per lembar saham.


Perjalanan waktu menjadikan bank ini tak hanya berfokus menyalurkan KPR. Di bawah pimpinan Maryono, Bank BTN terus bergerak berinovasi di segala sisi.


Mulai dari penerbitan obligasi, sekuritisasi, hingga masuk ke pasar modal. Tujuannya, yakni untuk menghimpun dana demi kelancaran penyaluran KPR. Program pemberian kredit yang sedianya dilakukan bagi rumah tapak pun mulai bergerak ke rumah vertikal. Beragam skema pembiayaan juga ditempuh, termasuk pembiayaan syariah.


Tak hanya masyarakat, Bank BTN pun mengucurkan kredit bagi pengembang. Tercatat, hingga Desember 2016, lebih dari 3.000 pengembang telah digandeng oleh bank yang meraih predikat Bank BUMN terbaik dalam pengelolaan SDM di lingkungan perbankan pada BUMN Awards 2016 lalu.


Bank BTN juga mengembangkan Housing Finance Center (HFC) sebagai stimulus percepatan kehadiran pengembang (developer) pemula. Langkah bank dengan icon mortgage ini dalam memajukan bisnis properti tidak hanya berfokus melayani pembiayaan perumahan, seperti KPR, untuk masyarakat. Namun juga sebagai intregrator dengan memberikan pembiayaan kepada developer.


“Sehingga kami membiayai dua sisi. Dengan HFC, kami mengumpulkan para developer pemula,” ujar Maryono.


HFC merupakan pusat riset, edukasi, dan konsultasi pembiayaan perumahan terdepan yang dikembangkan Bank BTN. Salah satu program unggulannya adalah menyelenggarakan MBA Mini in Property bekerja sama dengan School of Business and Management Institut Teknologi Bandung (ITB).


Maryono menargetkan dalam program itu bisa mencetak 1.000 developer baru yang andal dan profesional pada 2017. Saat ini, Bank BTN tercatat telah mencetak 330 developer baru. “Kami juga mengajak BUMN karya untuk membantu mempercepat suplai perumahan dan properti lainnya.”


Para developer baru itu, sambung Maryono, dapat membantu mempercepat pembangunan lebih banyak properti, khususnya perumahan di Indonesia.


Tak hanya itu, di sisi penawaran, layanan digital banking pun berhasil dipoles. Yakni, melalui www.btnproperti.co.id. Sasarannya, untuk mempermudah masyarakat dan pengembang memeroleh kredit baik KPR maupun kredit konstruksi.


Semua inovasi ini dilakukan guna mendukung harapan pemerintah: menyediakan rumah bagi masyarakat Indonesia. Aksi poles memoles juga dilakukan sekaligus untuk menjawab angka backlog di Tanah Air yang terus meningkat. Apalagi, hingga 2015, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan kebutuhan rumah di Indonesia masih menyentuh posisi 11,4 juta unit.  


Namun, meski menggelar berbagai inovasi, Bank BTN tetap berfokus pada bisnis intinya. “Kami yang pertama kali memberikan KPR dan kami menunjukkan prestasi, kenyataannya kami telah menyalurkan KPR untuk 3,8 juta unit rumah per Desember 2016 dengan nilai total penyaluran sekitar Rp189 triliun. Ini bukti kami care kepada keluarga di seluruh Indonesia dan fokus pada core business kami,” tegas Maryono.


Ke depan, Maryono mengatakan pihaknya akan berfokus pada penciptaan pengembangan properti baru dari sisi supply, serta memoles layanan digital banking untuk akselerasi dari sisi demand untuk menggarap potensi besar sektor properti yang diyakininya akan terus membaik pada 2017.


Peluang bisnis sektor perumahan pun, sambung Maryono, masih luas untuk dikembangkan. Hingga September 2016, kontribusi sektor perumahan terhadap PDB (produk domestik bruto) akan berkisar 2,5-2,8 persen.


Proyeksi positif bagi sektor perumahan, sambung Maryono, juga terlihat dari kebijakan pemerintah yang menempatkan sektor properti sebagai prioritas. Apalagi, dalam sektor properti nasional, Bank BTN tak hanya berperan sebagai lembaga pembiayaan, tetapi juga menjadi inisiator dan integrator, serta pusat informasi dan keahlian.


Maka pada tahun ayam api ini, Maryono menandaskan, pihaknya juga akan mengokohkan digital mortgage perseroan. “Dengan sistem ini, masyarakat bisa mengajukan KPR (kredit pemilikan rumah) secara online,” pungkas Maryono.

Rusdi Rosman Sayap Bisnis Semakin Terbentang

Naskah: Indah K. & Giattri F.P., Foto: Sutanto & Dok. Kimia Farma

PT Kimia Farma (Persero) Tbk kian berkibar ketika Rusdi Rosman didapuk sebagai Direktur Utama. Kiprah bisnis perusahaan farmasi milik negara yang berdiri sejak zaman Belanda ini pun mendunia dengan melebarkan sayap di sejumlah negara. Belum lagi pengembangan pabrik-pabrik baru yang gencar dibangun perseroan berkode emiten KAEF ini.

 

Mengawali karier dari bawah di industri farmasi sejak 26 tahun lalu, Rusdi berhasil menapaki puncak kariernya hingga menjabat Direktur Utama Kimia Farma pada 2012. Tak perlu memakan waktu lama, ia langsung berjibaku mengembangkan perusahaan, salah satunya dengan melakukan pembenahan mental dan kultur SDM yang diakuinya sebagai fondasi dan langkah awal untuk kemajuan sebuah perusahaan.


Rusdi menciptakan budaya kerja ‘5 AS’, yakni, kerja ikhlas, kerja cerdas, kerja keras, kerja antusias, dan kerja tuntas, guna mendukung slogan dan budaya perusahaan ‘I CARE’ (Innovative, Customer First, Accountable, Responsible, dan Eco Friendly).


“Walaupun banyak pengembangan tapi kalau human resources-nya dan budayanya tidak bagus, itu mudah roboh. Kita membangun fondasi budaya kerja dan perusahaan ini sangat serius, melibatkan konsultan. Alhamdulillah saat ini sudah mulai terbangun budaya itu,” papar pria kelahiran Makassar, 8 Februari 1965 ini.


Berkat budaya kerja ‘5 AS’ itu, Rusdi berhasil menggenjot kinerja timnya sehingga menghasilkan pencapaian yang luar biasa. Adalah fakta beragam produk farmasi yang dihasilkan Kimia Farma menjadi obat yang paling banyak digunakan di seluruh penjuru negeri. Belum lagi produk jadi seperti kosmetik dan bahan baku obat telah dipasarkan ke lebih dari 10 negara Asia dan Eropa.


Kinerja kinclong juga dicetak Kimia Farma, per Desember 2016 (unaudited), emiten farmasi terbesar di Indonesia ini membukukan Laba bersih sebesar Rp 280 miliar, angka tersebut meningkat 11% bila dibandingkan dengan Laba bersih pada periode yang sama tahun 2015 yakni Rp 253 miliar.


“Karena sukses perusahaan ini bukan karena saya sendiri tetapi totalitas dari semua karyawan karyawati Kimia Farma. Oleh karena itu, insyaallah tahun ini, kita akan membagikan bonus 7 bulan gaji kepada karyawan/i yang dalam sejarah disini belum pernah terjadi,” ujar pria yang pernah mengenyam pendidikan di California State University, San Bernardino USA.


Di bawah kepemimpinan Rusdi, Kimia Farma gencar melakukan berbagai pengembangan bisnis. Ia berhasil menambah jumlah apotek hingga 900 unit pada 2016, meningkat drastis dari tahun 2011 dengan 397 apotek.
“Dalam setahun kita mencetak rekor baru. Biasanya hanya 100, tahun lalu kita buat 175 apotek, saya optimis pertengahan tahun 2017 kita sudah punya 1.000 apotek. Sehingga target kita berikutnya membangun klinik dikisaran 1.000, yang diharapkan tuntas pada 2019,” tandas Rusdi.


Rusdi membeberkan, pihaknya memanfaatkan The power of brand. Jadi, bagaimana caranya brand Kimia Farma dipercaya sehingga para investor mau menanamkan asetnya untuk dibuat apotek dan klinik. Kimia Farma bahkan memiliki market share tertinggi di Indonesia dengan prosentase 32%.


Tak hanya itu, dalam waktu dekat ini Kimia Farma akan mengakuisisi 30 jaringan apotek di Arab Saudi milik DWAA LTD CO untuk memfasilitasi para jemaah haji dan umroh dari Indonesia sekaligus sebagai step-stone untuk memperluas distribusi produk-produk Kimia Farma ke pasar internasional.


“Februari ini kita masuk proses negoisasi dengan akusisi 60% saham. Kalau tidak ada halang rintang, Kimia Farma punya apotek di Arab, khususnya di Mekkah dan Jeddah. Kalau 30 apotek ini berhasil, kita akan tambah 40 apotek,” jelas Rusdi penuh semangat. Selain itu, Kimia Farma dan DWAA LTD CO juga akan membangun jaringan klinik hingga rumah sakit yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan.


Di bawah nakhoda Rusdi, Kimia Farma pun kembali mengukir sejarah baru. Berlokasi di Watudakon, Jawa Timur, Kimia Farma berhasil menyelesaikan pembangunan Pabrik Garam Farmasi Tahap I berkapasitas 2000 ton/tahun. Pabrik ini akan dilanjutkan beberapa saat lagi dengan pembangunan Pabrik Garam Farmasi Tahap II berkapasitas 4000 ton/tahun.


Sehingga kebutuhan Indonesia terhadap garam farmasi sebesar 6000 ton/tahun dapat dipenuhi seluruhnya, yang berarti Indonesia tidak perlu lagi impor garam farmasi.


Dengan diproduksinya garam farmasi ini berarti secara langsung telah memenuhi Instruksi Presiden RI No 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dan kebijakan pemerintah dalam Paket Kebijakan Ekonomi XI tentang Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan


Dalam waktu dekat, Pabrik Bahan Baku Obat Pertama di Indonesia yang telah dilaksanakan Groundbreaking pada tanggal 10 Oktober 2016 lalu juga akan segera beroperasi. Disusul dengan peresmian pabrik Rapid Test dimana bisa mendeteksi penyakit mulai dari sifilis, malaria, hepatitis B, dengeu, kehamilan, narkoba, hingga HIV yang diklaim belum dimiliki perusahaan lain, yang akan selesai pada 2017.


Melihat pasar kosmetik yang begitu besar di Indonesia, Kimia Farma akan membangun sebuah pabrik kosmetik besar di Banjaran pada tahun ini. Menyusul brand Marcks dan Salicyl yang menjadi best seller dan selalu mendapat Top Brand Award, Rusdi yakin divisi kosmetik Kimia Farma akan mampu bertumbuh hingga mencapai minimal 50%.


“Jika pabrik-pabrik tersebut sudah mulai beroperasi, paling lambat tiga tahun ke depan, Kimia Farma akan mampu meraih omset berlipat ganda. Ranking kita tahun lalu di industri farmasi kalau tidak salah ranking 6, tahun sebelumnya ranking 13. Kalau pabrik-pabrik tersebut jadi, saya yakin kita bisa ranking 4 atau 3,” ungkap pria humble dan murah senyum itu.


Ke depan Rusdi memiliki obsesi menjadikan Kimia Farma sebagai Global Health Care Company.


“Kita punya roadmap transformasi ‘Suitanable Gowth Health Care Company’ yang selesai di 2019. Insyaallah tercapai sebelum waktunya. kita juga sudah membuat roadmap baru 2017-2021, yakni ‘Global Health Care Company’. Saya sudah siapkan fondasi dan take off awalnya. Semoga penerus saya bisa melanjutkan roadmap yang saya buat,” pungkas peraih Indonesia Most Admired CEO 2016 Kategori Farmasi dari salah satu media nasional itu.



Add to Flipboard Magazine.
Komentar:

                       
   

Popular

Photo Gallery

Visitor


Jumlah Member Saat ini: 233250