Fachmi Idris, Dedikasi Sang Dokter Aktivis

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 23 November 2015

Naskah: Sahrudi, Foto: Sutanto/Dok. Humas BPJS Kesehatan

Obsesi dokter satu ini adalah tidak ada lagi orang sakit yang ditolak rumah sakit hanya karena ketiadaan biaya. Karena itu, saat dipercaya memimpin BPJS Kesehatan, Fachmi Idris all out merampungkan proses transformasi BPJS Kesehatan. Ia optimis, tahun 2019, obsesinya itu akan terwujud.

Sepiring makanan ringan plus secangkir teh, menemani kurang lebih satu jam perbincangan Men’s Obsession dengan Fachmi Idris, sosok yang paling bertanggungjawab atas transformasi PT Asuransi Kesehatan atau PT Askes menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan saat ini, yang juga menjadi lokomotif pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi rakyat Indonesia. Dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun ia memimpin, performa BPJS Kesehatan terus meroket. Mulai dari peserta yang terus melonjak, kinerja internal yang meningkat dan kepercayaan masyarakat yang tinggi. Tentu ini adalah buah dari sebuah kerja keras tim di dalamnya. Lelah dan sibuk? Tentu saja. Tapi itu bukan alasan bagi mantan Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini untuk tidak bekerja keras dan serius menjalankan gawe besar BPJS Kesehatan.


Sepanjang wawancara pria bersahaja ini kerap menyelipkannya dengan guyonan-guyonan yang cerdas. Maklum, habit-nya sebagai Aktivis membuat ia terbuka dan bicara apa adanya. Sehingga suasana
menjadi cair.


Memang, satu hal yang patut diacungi jempol dari Fachmi adalah sesibuk apapun ia mengurusi masalah kesehatan ia masih aktif bergiat di berbagai organisasi sosial maupun keagamaan antara lain sebagai Ketua Majelis Pimpinan Pusat ICMI (2011–2016), pengurus pusat Dewan Masjid Indonesia (2012–2017), dan Ketua Koordinator Panti Asuhan/Majelis Taklim di bawah Yayasan HM Ali Agam (2006 sampai saat ini).


Namun jika menelisik perjalanan karir Fachmi Idris hingga saat ini, hanya akan menggiring kita pada satu kesimpulan bahwa pria kelahiran Palembang, 1 Februari 1968 memang seorang yang hidupnya banyak bersentuhan dengan dunia kesehatan. Tengok saja, sejak lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang, ia melanjutkan meraih Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di UI, dan di UI pula ia menyabet gelar Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat UI. Dalam berkarir, mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini juga tak jauh-jauh dari mengurusi masalah kesehatan.