Mengenal Ragam Budaya India

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 24 May 2015
Naskah : Suci Yulianita/dari berbagai sumber Foto : Istimewa
Di tengah modernisasi, terdapat beberapa daerah atau bangsa yang masih mempertahankan dan menjalankan adat istiadat atau tradisi-tradisi kuno, contohnya Bangsa India. Bangsa yang mayoritas memeluk agama Hindu ini, memiliki adat istiadat beraneka ragam, mulai dari tari-tarian pada setiap acara, hingga tradisi pemujaan.



Festival Holi
Holi atau festival warna merupakan festival awal musim semi yang dirayakan di negara-negara beragama Hindu, salah satunya adalah India. Disebut Dolyatra (Doul Jatra) atau Basanta Utsab (festival musim semi).
Festival ini dirayakan secara besar-besaran di lokasi yang berkaitan dengan Dewa Kresna, seperti Mathura yang dikenal sebagai kota kelahiran Kresna, Vrindavan yang konon sebagai tempat di mana Kresna menghabiskan masa kecilnya, Nandagaon, dan Barsana. Kota-kota tersebut ramai didatangi wisatawan selama musim festival Holi yang berlangsung selama 16 hari.

Puncak perayaan Holi disebut Dhulheti, Dhulandi, atau Dhulendi. Pada hari itu, masyarakat merayakan Holi dengan saling melemparkan bubuk dan air berwarna-warni. Sementara api unggun yang dinyalakan pada malam sebelum Holi disebut Holika Dahan (kematian Holika) atau Chhoti Holi (holi kecil). Api tersebut dinyalakan untuk mengenang peristiwa lolosnya Prahlada ketika ingin dibakar oleh Holika
Holi dirayakan pada akhir musim dingin ketika phalgun purnima, bulan purnama terakhir pada bulan phalguna menurut kalender lunar, dan biasanya bertepatan dengan akhir Februari atau awal Maret. Akhir festival Holi disebut Rangapanchami yang terjadi pada saat Panchami (hari ke-5 bulan purnama).
Ritual Varuna Yajna

Ini merupakan ritual masyarakat India untuk memanggil hujan saat musim kemarau. Varuna Yajna! Yajna memiliki arti pengorbanan sementara Varuna adalah nama Dewa Air dalam kepercayaan Hindu.
Konon upacara ini dilakukan untuk menyenangkan hati sang Dewa, apalagi dalam mitologi Hindu, ada kepercayaan tidak turun hujan disebabkan Dewa Air sedang marah. Upacara ini biasanya dipimpin oleh seorang pendeta yang disebut ‘Varunamoolamanthra Japa Yaagam’. Jika ritual ini berupa upacara besar, selain dihadiri tamu-tamu biasa, biasanya ritual ini juga dihadiri tamu-tamu besar, seperti dari kalangan pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh politik.

Terdapat api unggun di tengah tempat upacara untuk membakar berbagai persembahan bagi sang Dewa, seperti minyak samin, susu, biji-bijian dan kue. Ritual Yajna ini biasanya digelar di sumber-sumber air, seperti bendungan atau bisa juga para pendeta yang langsung masuk dalam drum berisi air.
Pada masa pemerintahan Gubernur Gujarat, Keshubhai Patel selama periode 1998 – 2001, ritual ini dilarang karena lebih memilih hujan buatan untuk mengatasi masalah kekeringan. Namun setelah itu, ritual kembali dilakukan.


Pernikahan Tak Lazim
Di Punjab, India ada tradisi pernikahan aneh yang tak lazim. Sekelompok laki-laki melakukan kesepakatan untuk menikahi seorang wanita, dan mereka menentukan pembagian hari dan malam apa untuk menggauli wanita tersebut. Jumlah lelaki tersebut bisa mencapai 6 orang bahkan lebih. Apabila si wanita tersebut hamil, maka anak pertama diberikan untuk suami yang paling tua usianya, anak kedua untuk suami yang usianya di bawahnya, dan seterusnya.

Di Kabilah Arbah, India berbeda lagi. Di sana, seorang isteri yang tidak melahirkan anak laki-laki untuk suaminya, diizinkan melakukan perzinahan oleh suaminya yang dilaksanakan atas kerelaan dari mereka berdua. Sementara itu di Kota Bunda Yurgas bagian Selatan India, terdapat ritual aneh dan ekstrem. Di sana pengantin putri menguji suaminya dengan ujian yang berat. Sang suami dibawanya ke hutan dan menyalakan api di sana. Kemudian ia menyeterika punggung suami tanpa pakaian. Apabila ia mengeluh kesakitan, maka sang isteri akan menolaknya dan tidak jadi menerimanya sebagai suami. Namun jika ia bertahan, wanita itu akan menilainya sebagai kekasih dan Arjuna yang layak untuk dicintai seumur hidupnya.


Sati, Tradisi Bakar Diri di India
Istilah Sati di India berasal dari kisah Dewi Sati yang dikenal dengan nama Dakshayani. Ia dikenal karena pengorbanannya dengan terjun ke dalam api karena tak mampu menahan penghinaan ayahnya terhadap suaminya. Di India, bentuk setia wanita sudah terpatri dalam dan berlangsung sejak beratus abad.

Ritual Sati, juga merupakan simbol kesetiaan sang isteri kepada suaminya. Ini merupakan pengorbanan diri seorang wanita janda di India yang baru ditinggal suaminya. Wanita tersebut dengan sukarela atau dengan pemaksaan, mengorbankan dirinya dibakar di atas tumpukan kayu pemakaman suaminya.

Sati pada awalnya sempat dilarang. Terlepas dari larangan hukum, ritual ini terus dilaksanakan hingga abad 21 di beberapa bagian di India. Seperti yang terjadi di desa Chechar, India pada Oktober 2008 lalu, seorang janda 71 tahun bernama Lalmati Verma rela mengorbankan dirinya ke dalam tumpukan api kremasi sang suami, Shivnandan Verma. Itulah Sati yang konon merupakan simbol kesetiaan tertinggi seorang isteri pada sang suami.


Maha Kumbh Meha, Mandi Penghapusan Dosa
Maha Kumbh Meha menjadi salah satu ritual unik di India. Ini adalah ritual mandi telanjang untuk penghapusan dosa yang dilakukan setidaknya sekali dalam kurun waktu 12 tahun. Festival ini merupakan ritual keagamaan yang berlangsung selama 55 hari, dihadiri oleh ratusan juta manusia pemeluk Hindu di India. Bagi mereka mandi di tepi sungai Gangga yang memang dianggap suci ini, bisa membebaskan dari siklus mati serta reinkarnasi.

Meski harus telanjang di hadapan banyak orang, namun mereka yang melakukan ritual ini di tepi sungai Gangga sama sekali tak merasa segan atau malu. Justru mereka melakukannya dengan penuh semangat, karena menurut mereka, hal ini merupakan kesempatan baik untuk menyucikan dosa-dosanya selama ini. Ummat Hindu di India sangat percaya jika sungai Gangga memiliki kemampuan untuk itu.

Selain itu, sungai Gangga juga diyakini dapat membebaskan individu dari moksha (di antara hidup dan mati), serta bisa membuat mereka merasa lebih dekat dengan Braham (yang Maha Tinggi). Maha Kumbh Mela dilakukan di empat kota alternatif di India, yakni Nasik, Allahabad, Ujjain, dan Haridwar. Hingga saat ini, inilah satu-satunya tradisi di India yang mampu mengumpulkan pengunjung paling banyak dalam satu waktu sekaligus.