Falconry Mainan Sang Pangeran

Oleh: Benny Kumbang (Editor) - 24 May 2015
Naskah : Sahrudi/dari berbagai sumber Foto : Istimewa
Berburu menggunakan elang falcon atau yang biasa dikenal Falconry merupakan tradisi olahraga para keturunan raja di jazirah Arab. Falconer adalah sebutan bagi orang
yang memainkan Falconry.


Namanya memang tidak masuk dalam deretan orang terkaya di dunia, tapi Syekh Sultan bin Tahnun al Nahyan, putra mahkota Uni Emirat Arab (UEA), dikenal memiliki hobi-hobi mahal. Salah satunya adalah berburu dengan burung elang jambul merah yang terkenal sebagai jenis burung paling langka di dunia.
Burung yang digunakan dalam aktivitas falconry adalah berbagai jenis burung pemangsa, antara lain Falcon Peregrine, goshawk, dan sparrow hawk. Orang-orang Arab yang kaya dikenal rela membayar $ 5000 sampai $ 10.000 guna mendapatkan falcon putih ini.

Seperti pernah diberitakan surat kabar The Guardian, Syekh Tahnun memang memiliki elang bernama latin falco rusticolus itu. Padahal sepsis ini di dunia tersisa ratusan ekor. Otomatis, harganyapun selangit. Bahkan, disebut-sebut, pada tahun 2009, Tahnun memberikan seekor pada Pangeran Edward dari Kerajaan Inggris sebagai suvenir.

Konon, Raja Khalid bin Abdul Aziz Al Saud, raja yang memerintah Saudi Arabia pada 1975-1982, ini juga seorang falconer. Bahkan, seperti dilansir jalopnik.com, Raja Khalid yang tak suka dengan ingar-bingar politik itu sampai harus membuat mobil khusus agar bisa menyalurkan hobinya dengan aman dan nyaman.

Sang raja memesan sebuah kendaraan ke modifikator mobil asal Swedia, Franco Sbarro Windhawk. “Dia meminta untuk dibuatkan mobil khusus untuk olahraga kesukaannya, berburu elang,” demikian laman itu menulis. Windhawk pun menyanggupi. Dia merombak Mercedes Benz G-Klasse versi wagon menjadi sebuah monster wagon khusus untuk berburu. Dia memasang enam buah ban pada mobil bermesin 6.900 cc bertenaga 217 daya kuda dengan kecepatan maksimal 200 kilometer per jam itu.Sedangkan atap bagian depan dan belakang dijebol dan masing-masing diganti dengan sebuah sunroof yang bisa dibuka secara otomatis. Menariknya, kursi depan bagian penumpang bisa dinaikturunkan secara hidrolik agar penggunanya bisa mendapatkan posisi yang nyaman kala ingin membidik sasaran tembak. Agar mobil itu bisa digunakan untuk berburu hingga jarak ratusan kilometer tanpa henti di padang pasir, maka tangki bahan bakar juga disesuaikan sampai kapasitas tangki mencapai 350 liter.

Memang, kegemaran ini tak hanya karena burungnya yang berharga selangit, tapi perawatannya juga harus menguras kocek dalam-dalam. Biasanya, seorang falconer harus memiliki sejumlah perangkat untuk merawat sang burung. Misalnya air yang memang dibuat khusus untuk menyemprotkannya ke burung elang tersebut agar lebih bersemangat memulai perburuan. Belum lagi peralatan yang diperlukan Falconer untuk berburu di antaranya penutup mata elang agar hewan buas ini tetap tenang dalam berburu, kemudian transmiter radio sebagai pelacak jika burung tersesat, pengikat kaki, dan sarung tangan tebal. Selebihnya adalah kesabaran dalam melatih mengingat permainan ini memanfaatkan burung liar agar siap menerkam hewan-hewan gurun termasuk kelinci.

Ihwal berburu dengan burung mahal tersebut atau biasa disebut falconry, memang menjadi tradisi yang popular di UEA maupun kerajaan Arab lain, termasuk Arab Saudi.

Olahraga tertua di dunia dan dipraktikkan pertama kali di Timur Tengah sejak abad ke-8 SM, kemudian berkembang di Eropa khususnya dalam kelompok bangsawan di abad pertengahan.
Ada juga sumber yang menyebutkan bahwa berburu dengan menggunakan elang falcon ini sudah menjadi tradisi yang diturunkan oleh Suku Badawi di Arab.n