Jahja Setiaatmadja Tak Ada Super Hero

Oleh: content (Administrator) - 01 January 2013
Jangan pernah memberikan ucapan selamat kepada Jahja Setiaatmadja jika BCA sekarang ini mengalami banyak pencapaian luar biasa. Ia pasti menolak ucapan itu.”Karena saya adalah team work. Saya bukan super hero. Sebab, super hero hanya ada di film film Amerika itu, jagoan jagoan yang bisa mengatasi semua,” ujarnya sembari tersenyum saat disinggung soal achievment BCA di bawah kepemimpinannya. Sejak memimpin BCA ia memang mengutamakan team work. Untuk membuat team work yang bagus, menurutnya harus bisa merangkul segala lapisan tenaga kerja sehingga bisa bersama-sama mendapatkan support yang kuat. “Dan kalau team work itu terjaga dengan baik, ya seperti sesuatu yang dikerjakan bersama pasti akan lebih mudah daripada mengandalkan satu – dua individu. Filosofi saya selalu demikian yah, dan sejauh ini teman-teman bisa mendukung secara penuh. Dan hasil BCA ini adalah hasil team work, bersama-sama, bukan karena ada super hero atau orang hebat,” tuturnya bersahaja. Kesuksesan Jahja dan team-nya belakangan ini adalah keberhasilan BCA sebagai bank swasta terbesar dalam menyalurkan KPR. Dulu, 5 tahun lalu, KPR BCA itu masih kecil sekali, masih di bawah Rp10 triliun. Saat ini, dalam 2 tahun terakhir, perolehan BCA untuk KPR sudah melebihi Rp40 triliun. Banyak nasabah yang mengapreciate apa yang sudah dilakukan BCA dengan KPR.”Dan sekarang ini saya kira dari angka yang kita peroleh 40 triliun rupiah lebih itu sudah nomor 1 bidang KPR yang non subsidi yah. Kita masih kalah dengan BTN, karena BTN itu ada porsi subsidi, ada porsi non subsidi. Kalau subsidi di keluarkan, kita bisa lebih,” ia kembali tertawa. Dibaliik kesuksesan tersebut, ada filosofi yang menarik dari Jahja dalam mengelola BCA. Ia menganalogikan bank sebagai proses tubuh manusia. Misalnya, DPK (Dana Pihak Ketiga) yang masuk ke bank sebagai makanan yang masuk ke tubuh. Makanan itu lalu diolah oleh organ tubuh kita menjadi energi. Nah, energi itu adalah ibarat kredit yang kita salurkan. “Itu adalah hasil kerja kita karena kita makan, kalau nggak makan, nggak mungkin bisa bekerja. Tetapi jangan lupa, di dalam tubuh kita makanan itu kan diolah, ada ginjal, ada lambung, ada jantung, ada pankreas, yang mengatur gula darah. Ini semua diproses melalu aliran darah, nah aliran darah itu adalah payment system. Nah ini yang kadang-kadang nggak disadari oleh orang. Orang hanya mengatakan Bank itu tugasnya hanya menampung dana, melepas dana dan mengucurkan kredit, mereka melihat bank hanya sebagai finansial intermediasi. Tetapi yang lupa dilihat kepentingan daripada saluran darah, yaitu payment system,” beber pria yang mengagumi taipan Teddy Rahmat yang sukses membesarkan Astra.
       BCA, aku Alumni FEUI Jakarta ini, sudah sejak lama menyadari pentingnya payment system di Indonesia, baik dalam bentuk ATM, pembukaan cabang, internet banking, mobile banking, sehingga bisa membawa aliran darah itu kepada organ-organ untuk bekerja dan berjalan. “Nah itu yang saya katakan sangat penting, dan visi saya ke depan adalah bahwa kita sebagai Bank itu betul betul mendukung sebagai salah satu pilar perekonomian Indonesia,” tambahnya. Karena itu, dana yang diperoleh Bank dan diolah menjadi kredit adalah payment system yang akan mendukung lancarnya roda perekonomian Indonesia. Peluang dan Tantangan Teliti dan jeli dalam melihat setiap perkembangan ekonomi nasional adalah trateginya untuk meningkatkan peran perbankan khususnya BCA di Tanah Air. Menurutnya, manakala perekonomian nasional menunjukkan hal yang positif maka itu akan meningkatkan potensi korporasi sebagai pendukung dari segi pendanaan dan kebutuhan perkreditan. Saat ini Jahja melihat banyak kemajuan di sektor perekonomian nasional yang ditandai dengan meningkatnya GDP dan lahirnya kelompok middle class baru. Lahirnya kelas menengah ini tentu saja hal yang positif karena mereka punya suatu buying power yang besar. Baginya, ini adalah peluang bagi korporasi. “Mereka itu bisa punya kemampuan untuk membelanjakan dan meng-create suatu domestic demand yang besar. Nah momentum inilah yang sebenarnya bagus sekali untuk iklim investasi. Memang, ekspor penting tetapi domestic demand justru yang lebih penting, karena menciptakan tenaga kerja,” terangnya. Domestic demand yang besar akan melahirkan pemerataan penciptaan tenaga kerja. “Karena kalau tenaga kerja tercipta, ini akan rolling. Jadi semacam self propell istilahnya yah, berputar secara sendiri yah,” terangnya. Meski demikian ia juga melihat tantangan besar yang dihadapi saat ini. Seperti misalnya sikap pekerja yang melakukan tuntutan yang kadang lebih besar dari kemampuan perusahaan. Hal ini memungkinkan kalangan industri berpikir untuk memanfaatkan teknologi tinggi yang bisa mengurangi jumlah pekerja sebuah perusahaan. Tantangan lain ekonomi nasional, menurutnya sangat terkait dengan proses perijinan, konsinyasi antara satu instansi dengan instansi yang lain. Jangan sampai masalah perizinan ini memberati dunia usaha dan membuat mereka untuk lari dari Indonesia. Bagi Jahja, ini merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama oleh seluruh stake holder di negeri ini. Dari keluarga Sederhana Lahir dan besar dari keluarga yang boleh dibilang tidak berkelebihan, membuat ia terpacu untuk mencapai prestasi. Dengan kesederhanaannya, sampai-sampai membuat ia tidak berani berobsesi berlebihan baik dalam karir maupun pribadinya. “Terus terang saya ini memang terlahir dari keluarga sederhana. Jadi memang obsesi saya itu tidak sampai yang menjadi luar biasa. Sebenarnya apa yang sudah dicapai sebagai presiden direktur dari satu Bank swasta terbesar, itu sudah melebihi dari ekspektasi saya sebelumnya. Jadi saya pikir saya sudah harus mensyukuri apa yang saya peroleh, tinggal bagaimana keluarga, anak anak dibesarkan, punya cucu. Artinya, saya nggak ada obsesi yang melebihi lagi menjadi seperti apa. Kita harus mensyukuri apa yang sudah kita peroleh,” tuturnya dengan mimik serius.Tapi kalau kemudian ada peluang untuk lebih dari sekarang? “aduh, nggak lah. Cukup sukacita dengan apa yang sudah saya capai,” ia tertawa lepas.

Jahjagrafi
Nama : Jahja Setiaatmadja.
Lahir: Jakarta, 14September 1955.
Pendidikan : Sarjana Ekonomi (S1
Universitas Indonesia. Jabatan : Presiden Direktur
PT Bank Central Asia. Pengalaman Kerja : Presiden
Direktur PT Bank Central Asia Tbk (17 Juni 2011-
sekarang), Wakil Presiden Direktur PT Bank Central
Asia, Direktur PT Bank Central Asia , Kadiv Treasury
PT Bank Central Asia, Wakadiv Keuangan PT Bank
Central Asia, Direktur Keuangan PT Indomobil, Corp.
Finance Director Kalbe Group, Senior Manager Kalbe
Farma, Manager Akunting Kalbe Farma, Asisten
Manager Akunting kalbe Farma, Staf Audit Price
Waterhouse.