Perum Jasa Tirta II Kontribusi Tanpa Batas

Oleh: Iqbal Ramdani () - 21 August 2018

Naskah: Giattri F.P. Foto: Istimewa

Akselerasi Perum Jasa Tirta II (PJT II) membuahkan kinerja positif, hal itu tak lantas membuat perusahaan pelat merah yang mengusung tagline ‘Water for Wellness’ tersebut melupakan kontribusi sosialnya.

 

Sepanjang tahun 2016 dan 2017, Perum Jasa Tirta II (PJT II) mematri prestasi gemilang, seperti tingkat kesehatan yang meraih predikat AAA dari Kementerian BUMN. Ini merupakan pencapaian tertinggi yang diraih PJT II mengingat jumlah BUMN yang mendapat penilaian tersebut masih terbatas “Kami sebagai perusahaaan BUMN perlu berkembang, tapi jangan sampai menyalahi aturan yang berlaku. BUMN harus profit tapi tak boleh meninggalkan peran sosialnya,” jelas Direktur Utama PJT II Djoko Saputro. PIT II berkontribusi dalam ketahanan pangan dengan mengelola aliran air dari kawasan Sungai Citarum dan sebagian Sungai CIliwung dan Cisadane. Perum juga sudah berkontribusi dengan memasok air sekitar 6,8 miliar m3 per tahun. Jumlah tersebut merupakan 90% dari kebutuhan air untuk mengairi areal pertanian seluas lebih kurang 300.000 Hektar di Jawa Barat bagian utara.

 

“Kami tidak memungut biaya apapun untuk penyaluran air tersebut. Karena itu, kami harus melakukan inovasi dengan meningkatkan market value porsi Aspek usaha mencapai 10% dan penguatan operasional pada aspek sosial sebesar 90%,” tegas Djoko. Agar pengelolaan air memiliki nilai tambah, PJT II mengembangkan air baku menjadi air bersih (air siap pakai), sehingga bisa menghasilkan margin berlipat dibanding air baku. Dari 300.000 hektar sawah yang mendapat aliran air, per hektar menghasilkan 5,5 ton padi setiap kali panen. Meski akselerasi bisnis dilakukan, PJT II tak melupakan fungsi sosialnya, terlebih Waduk Jatiluhur dibangun terutama untuk menjaga irigasi agar petani mendapatkan pasokan air, termasuk saat musim kering. 80 persen air baku di Jakarta pun dipasok dari aliran Sungai Citarum. Begitu pula irigasi pada lahan persawahan di Karawang, Subang, dan Indramayu yang merupakan lumbung padi di Jawa Barat.

 

Terkait ekspansi, PJT II telah menyusun tiga Rencana Strategis (Renstra). Pertama, pengembangan usaha. PJT II akan masuk ke bisnis SPAM (Sistem Penyediaaan Air Minum), yakni penyediaan air bersih yang siap pakai, bukan air siap minum. Perum sudah ditunjuk pemerintah sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) untuk Proyek PAM Regional I, yakni dari Jawa Barat ke Jakarta. Ada pula beberapa SPAM Non regional. Kedua, pengembangan wilayah. PJT II akan mengelola tiga wilayah sungai, yakni 1) Cimanuk - Cisanggarung di Jati Gede di Kabupaten Sumedang; 2) Sungai Cidanau — Ciujung- Cidurian; dan 3) Way Seputih — Way Sekampung di Lampung. Ketiga proyek tersebut akan dikelola Jasa Tirta II pada tahun ini juga. Adanya PJT II di suatu wilayah sungai, dapat menghemat APBN pemerintah untuk pemeliharaaan wilayah sungai.

 

Tiga, pembentukan anak perusahaan yang menangani beberapa proyek SPAM, Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti micro hidro dan mini hidro, serta O&M services. PJT II memiliki PLTA, Ir. H. Djuanda yang dibangun sejak 1967 namun baru tahun 2017 produksi listrik PJT II bisa mencapai 1, 3 miliar Kwh. Tertinggi sepajang usia waduk tersebut. Sebesar 80 persen dari produk listrik PLTA dipasok untuk sistem interkoneksi PLN se- Jawa dan Bali dengan tarif hanya Rp298 per Kwh atau USD2,2 sen. Sedangkan PLN menjual listrik rata-rata seharga Rp1.000 per Kwh. Hitungan Djoko, kontribusi PJT II terhadap pasokan listrik PLN mencapai Rp737 miliar per tahun. “Kami juga berencana mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada Waduk Jatiluhur seluas 8.300 hektar,” tutupnya.