Sindrom Guillain Barre

Oleh: Iqbal Ramdani () - 31 July 2018

Naskah: Iqbal R. Foto: Istimewa

Kesehatan adalah harta yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu, untuk tetap sehat orang rela melakukan segala cara baik yang bernilai medis maupun non medis, dari yang logis hingga yang bernuansa supernatural. Namun terkadang seseorang yang sudah menjaga gaya hidup sehat juga dapat terkena penyakit, maka dari itu pemeriksaan ke dokter sangat penting dilakukan agar bisa mengetahui kondisi kesehatan diri sendiri. Pasalnya seseorang yang terlihat bugar boleh jadi terserang penyakit, ambil contoh kisah motivator sekaligus pakar bisnis online yang sudah menelurkan banyak buku, Dewa Eka Prayoga. Ia selalu tampil prima bahkan gaya hidupnya begitu sehat, tapi tidak disangka ia mengalami gangguan saraf tepi atau Sindrom Guillain-Barré yang menyebabkan dirinya sempat terbaring lemah di rumah sakit lantaran menjalani perawatan intensif, saat ini ia sudah sembuh. 

 

Sindrom Guillain-Barré adalah penyakit autoimun yang tergolong langka. Pada penyakit ini, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi justru menyerang sistem saraf perifer yang bertanggung jawab mengendalikan pergerakan tubuh. Kerusakan ini menyebabkan gangguan pada fungsi-fungsi krusial dalam tubuh seperti tekanan darah, detak jantung, saluran pencernaan hingga kemih. Beberapa aktivitas seperti mengetik menggunakan gadget, duduk terlalu lama, mengendarai mobil dan motor, aktivitas berulang serta memakan waktu yang sangat lama dapat mengakibatkan meningkatnya risiko seseorang terkena penyakit gangguan saraf tepi ini. Akibatnya, penderita sindrom Guillain-Barré bisa mengalami gejala bertahap yang diawali dari kesemutan dan nyeri pada otot kaki serta tangan.

 

Selanjutnya penderita penyakit ini mengalami pelemahan pada kedua sisi otot tubuh dari kaki dan menjalar ke bagian tubuh atas, bahkan hingga ke otot mata. Gejala nyeri tidak mesti dialami oleh semua penderita sindrom ini karena sebagian dari mereka ada yang tidak merasakannya. Namun sebaliknya, ada juga yang merasakan nyeri tidak tertahankan, bukan hanya pada bagian kaki dan tangan, tapi juga pada tulang punggung. Pada kasus sindrom Guillain-Barré yang parah, penderitanya ada yang sampai mengalami gejala disfagia atau sulit menelan, sulit bicara, gangguan pencernaan, penglihatan menjadi ganda atau buram, kelumpuhan otot sementara (otot wajah, kaki, tangan, bahkan otot pernapasan), hipertensi, aritmia atau ketidakteraturan detak jantung, dan hilang kesadaran atau pingsan. Penyebab dari sindrom GuillainBarré ini masih belum diketahui secara pasti mengapa sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang sistem saraf perifer. Namun dengan adanya sebagian kasus sindrom Guillain-Barré yang terjadi setelah sebelumnya penderita mengalami sakit tenggorokan, pilek, atau flu, maka para ahli menyimpulkan bahwa autoimun dipicu oleh bakteri atau virus penyebab kondisi-kondisi yang mendasari tersebut.

 

Jenis bakteri yang juga bisa memicu sindrom Guillain-Barré adalah bakteri campylobacter yang sering ditemukan pada kasus keracunan makanan. Sedangkan dari golongan virus adalah virus Epstein-Barr, virus cytomegalovirus pada penyakit herpes, dan virus HIV. Karena sindrom GuillainBarré merupakan penyakit autoimun, maka kondisi ini tidak bisa ditularkan atau diturunkan secara genetik. Maka dari itu bagi Anda yang sering mengalami kesemutan, nyeri pada otot tangan, dan kaki atau otot melemah secara progresif dari bagian tubuh bawah menjalar ke atas untuk memeriksa ke dokter karena hal itu penting, mungkin saja gejala tersebut merupakan gejala awal sindrom Guillain-Barre.

 

Terlebih lagi jika Anda menjadi sulit menelan, mengalami kelumpuhan sementara pada wajah dan tungkai, sulit bernafas, bahkan pernah pingsan, maka penanganan oleh dokter harus segera dilakukan. Selain melalui gejala yang dirasakan oleh pasien dan diperoleh dari riwayat kesehatan mereka, diagnosis sindrom Guillain-Barré bisa ditentukan melalui pemeriksaan saraf, misalnya studi konduksi saraf untuk mengukur kecepatan sinyal saraf dan elektromiografi yang bertujuan mengukur aktivitas saraf otot. Selain kedua metode tersebut, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan cairan saluran sumsum tulang belakang melalui metode yang disebut pungsi lumbal. Penyakit Guillain-Barré biasanya perlu dilakukan perawatan di rumah sakit karena pasien harus diobservasi dengan ketat untuk meyakinkan bahwa penyakit ini tidak memburuk atau tidak ada infeksi yang menyertai.

 

Pernapasan, denyut jantung dan tekanan darah pasien harus dipantau. Beberapa pasien kadang perlu dipasang ventilator untuk membantu pernapasan. Ada dua jenis metode pengobatan yang bisa dilakukan pada kasus sindrom Guillain-Barré. Metode yang pertama adalah pemberian immunoglobulin intravena (IVIG). Melalui metode ini, dokter akan mengambil immunoglobulin sehat dari donor dan menyuntikkannya kepada penderita sindrom Guillain-Barré dengan harapan bisa melawan immunoglobulin jahat yang menyerang saraf penderita. Metode kedua adalah plasmaferesis atau penggantian plasma darah. Melalui metode ini, dokter akan menyaring plasma jahat yang berada di sel darah penderita sindrom Guillain-Barré dengan menggunakan sebuah mesin khusus. Sel darah yang telah bersih kemudian dikembalikan lagi ke dalam tubuh penderita dengan harapan bisa memproduksi plasma baru yang sehat untuk mengganti plasma jahat yang telah tersaring. IVIG atau plasmaferesis biasanya akan rutin dilakukan selama beberapa minggu pertama sejak gejala muncul. Keduanya sama-sama efektif, namun IVIG dianggap lebih mudah dan aman diterapkan daripada plasmaferesis.