Jahja Setiaatmadja (Presiden Direktur BCA) Mengantar BCA Merajai Asia

Oleh: Iqbal Ramdani () - 31 July 2018

Naskah: Giattri/Elly Foto: Fikar Azmie/Dok. BCA

Adalah sebuah kebanggaan ketika PT Bank Central Asia (BCA) Tbk mampu merajai industri perbankan di Asia. Mengingat inilah satu-satunya bank swasta dalam negeri yang sangat diperhitungkan tak hanya di Indonesia, tapi juga Asia. Setidaknya hal itu bisa dilihat dari penghargaan FinanceAsia Country Awards for Achievement yang diterima BCA selama tiga tahun berturut-turut, yakni tahun 2016, 2017, dan yang terbaru dianugerahkan di awal Juni 2018.

 

Pencapaian itu tentu tak lepas dari peran Jahja Setiaatmadja Sang Nakhoda BCA. Ya, berkat kemampuan leadership yang mumpuni dan pola pikir out of the box, Jahja mampu mempertahankan reputasi gemilang tersebut di tengah persaingan ketat di dunia perbankan. Betapa tidak, dalam penilaian penghargaan tersebut di tahun 2018 ini misalnya, BCA mendapatkan apresiasi tertinggi dari finalis lain yang berasal dari 17 negara Asia.

 

Kinerja terbaik pada setiap indikator adalah alasan utama BCA menjadi juaranya. Salah satunya, Return on Equity (ROE) dan Earning per Share (EPS) yang menghasilkan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan masingmasing 18 persen dan 27 persen. Tapi yang tak kalah penting, BCA cerdas dalam beradaptasi dengan tren teknologi yang sedang berkembang, contohnya dengan merangkul financial technology (fintech) untuk mendukung bisnis bank. Karenanya, sistem pembayaran yang canggih dan inovatif pun menjadi kunci kesuksesan BCA. Keniscayaan yang tinggi terhadap peran teknologi digital dalam memajukan industri perbankan, dipahami betul oleh Jahja. 

 

“Saat ini, kami telah fokus pada perbankan digital karena kami percaya dalam lima hingga sepuluh tahun, generasi milenial akan mendominasi pasar. Sehingga, kami terus mengembangkan inovasi produk yang menyasar mereka, antara lain Sakuku dan VIRA,” aku Jahja. Untuk itu, BCA juga mendirikan Central Capital Ventura, perusahaan modal ventura yang sengaja dibentuk untuk berinvestasi dan berkolaborasi dengan perusahaan fintech yang nantinya diharapkan akan mendukung ekosistem layanan keuangan BCA dan anak usaha.  “BCA menyadari hampir seluruh pemenuhan kebutuhan telah terjamah oleh teknologi. Oleh karena itu, kami juga mulai mengintensifkan ekspansi sistem digital yang kami yakini akan sangat mendukung bisnis pembayaran kami,” tambah Jahja. 

 

Saat ini, jumlah transaksi BCA sudah didominasi oleh transaksi digital, hampir 97 persen transaksi nasabah bank berkode emiten BBCA ini dilakukan di luar kantor cabang. Jahja kini berusia 63 tahun, menghabiskan hampir tiga dasawarsa hidupnya untuk membesarkan BCA. Dari waktu ke waktu bank yang kini berusia 61 tahun tersebut konsisten meraih kinerja positif. Seperti pada kuartal 1-2018, BCA membukukan laba bersih Rp5,5 triliun atau naik 10,4 persen dibanding periode yang sama tahun 2017 senilai Rp5 trilun. Pendapatan operasional BCA yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya juga meningkat 8,7 persen menjadi Rp14,7 triliun dibanding kuartal I-2017 yang sebesar Rp13,5 triliun.

 

Jahja menambahkan, segala prestasi yang dipatri BCA juga ditopang oleh service excellence kepada nasabah. “Dulu, kami hanya memberikan jasa servis saja, tetapi lama-lama relationship dengan nasabah terus kami kembangkan sehingga mereka merasa sangat puas,” ujar Jahja. Jahja menegaskan, sukses hadir sebagai bank swasta terbesar di Indonesia, tak membuat BCA berpuas diri, namun membuat BCA semakin termotivasi untuk senantiasa menjadi bank andalan masyarakat.