Jarot Subana (Direktur Utama PT Waskita Beton Precast Tbk) Ikut Mengawal Pembangunan

Oleh: Iqbal Ramdani () - 18 May 2018

Naskah: Giattri F.P Foto: Sutanto/Dok. Pribadi

Perjuangannya meniti karir dari bawah tak sia-sia karena kini ia dipercaya menjadi pucuk pimpinan PT Waskita Beton Precast Tbk. Pengalaman dan keahlian serta leadership seorang Jarot Subana ternyata mampu membawa anak perusahaan pelat merah berkode emiten WSBP sebagai penguasa pasar precast dan ready mix di tanah air.

 

Turut membidani lahirnya WSBP, Jarot Subana sejatinya bukanlah orang baru di anak perusahaan PT Waskita Karya Tbk tersebut. Pria kelahiran, Yogyakarta, 29 Januari 1967 itu merintis karier di Waskita Karya sejak menamatkan kuliah D III Teknik Sipil Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta dan S-1 Teknik Sipil Universitas Yos Sudarso (UNIYOS), Surabaya. Ditemui di ruang kerjanya, pria yang memiliki hobi bermain golf itu mengisahkan bekerja di perusahaan konstruksi sudah menjadi cita-citanya sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Sebenarnya, orang tua menginginkan Jarot menjadi guru, terlebih sang ayah adalah seorang guru. Namun, Jarot remaja menolak masuk sekolah pendidikan guru (SPG) dan memilih sekolah di SMA. Selama sekolah, ia kerap melihat pekerjaan proyek pembangunan di daerahnya.

 

Ia tertarik menyaksikan para pekerja lapangan dari Dinas Pekerjaan Umum yang tampak gagah menggunakan helm. “Saya terinspirasi dari situ, menjadi pekerja proyek,” ungkapnya saat disambangi Men’s Obsession di kantornya yang asri, bilangan Cawang, Jakarta Timur. Untuk mewujudkan cita-cita bekerja di proyek, selepas SMA Jarot memilih mengambil kuliah jurusan teknik sipil di UGM. Terbesit dibenaknya kala itu, ia ingin meniti karier sebagai pekerja proyek lapangan di luar Pulau Jawa, khususnya di daerah Indonesia bagian timur. Lulus kuliah tahun 1991, setahun berselang ia resmi bergabung dengan Waskita Karya. Cita-citanya menjadi pekerja proyek lapangan di Indonesia bagian timur terkabul. Setelah menjalani training di Waskita, Jarot langsung dikirim ke Bali. Tak lama, ia dikirim ke Flores, Nusa Tenggara Timur/untuk mengerjakan proyek pasca terjadinya bencana alam di wilayah itu sekitar tahun 1993. Di Flores, ia bekerja sebagai staf teknis sampai tahun 1995. Pada 1996, ia dipromosikan menjadi Kepala Seksi Pengendalian dan dipindah ke daerah Kupang NTT.

 

Tak lama, Jarot kembali dipindah ke Timor Timur, sekarang menjadi negara Timor Leste dengan jabatan  yang sama. Pada 1999, ia kembali dipindah ke Nusa Tenggara Barat (NTB) hingga 2006 dengan jabatan sebagai Kepala Proyek. Setelah 14 tahun berkarya di luar Pulau Jawa, akhirnya Jarot mendapat kesempatan bekerja di proyek rehabilitasi Sungai Bengawan Solo di Sukoharjo, Jawa Tengah mulai pertengahan tahun 2006. Setahun setelah mengerjakan proyek tersebut, karier Jarot mulai meroket. Ia dipindah ke Jakarta dengan jabatan sebagai Kepala Bagian Pengendalian Divisi Sipil. Menduduki posisi yang lebih tinggi dari jabatan, membuat Jarot kian terpacu untuk bekerja maksimal dan sesuai target. “Kalau kita mau maju apa yang sudah ditargetkan jangan sampai meleset. Kalau saya ditugaskan 10, jangan cuma 10 yang dikerjakan, tapi 11 atau 12 dan waktunya jangan molor serta usahakan jangan kerja berulang,” tegasnya. 

 

Dedikasinya, membuat Jarot dipercaya mengemban posisi yang lebih penting lagi. Ia dipromosikan menjabat Kepala Divisi Precast dari tahun 2013 hingga 2014. Divisi inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya PT Waskita Beton Precast Tbk. Jarot mengaku, banyak tantangan selama menjabat sebagai Kepala Divisi Precast. “Saya yang selama ini hanya mengikuti aturan dan target yang sudah ditetapkan perusahaan, bersama tim harus merintis perusahaan baru dari nol,” jelasnya. Tantangan terberat yang dihadapinya adalah mengubah pola pikir rekan dan anggota timnya dari mindset konstruksi menjadi manufaktur dan harus mengikuti keinginan pasar. “Artinya produk yang dihasilkan bisa diterima,” ujar Jarot.

 

Ia juga mendatangkan konsultan untuk menyusun tahapan-tahapan yang diperlukan dalam mendirikan perusahaan baru tersebut. Jarot pun bekerja ekstra membuat manualmanual precast. Ambil contoh seperti manual cara pengecoran, sampai teknis dan campurannya. Satu tahun kemudian, Jarot dan timnya berhasil membuat prosedur baku pembuatan precast sampai semua detail teknisnya. Ia juga langsung mensertifikasi prosedur tersebut. Dengan begitu, mereka sudah bisa menjual produk dengan prosedur yang telah mereka susun. Ia mengatakan, dalam prosedur itu, pihaknya tetap mengutamakan kualitas mutu sehingga setiap calon konsumen tertarik. Setelah menemukan prosedur baku terkait produksi precast, maka pada Oktober 2014, divisi ini benar-benar terpisah dari induknya dan menjadi anak usaha sendiri bernama PT Waskita Beton Precast. 

 

Posisi Jarot yang sebelumnya Kepala Divisi Precast di Waskita Karya naik menjadi Direktur Teknik & Operasi Waskita Beton Precast. Meskipun masa sulit telah dilewati, tapi bagi Jarot mengembangkan perusahaan baru ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Tantangan utamanya adalah harus mampu merebut kepercayaan publik sehingga bisa dipercaya sebagai perusahaan precast yang terpandang. Dengan begitu, perusahaan tidak hanya mengandalkan proyek dari induk usahanya. Sementara di internal perusahaan, Jarot juga fokus memaksimalkan sumber daya manusia. Ia turut terlibat dalam menyeleksi calon karyawan baru agar kualitas yang didapatkan sesuai dengan harapan sehingga perusahaan bisa semakin maju dan kuat. “Saya ingin memastikan karyawan perusahaan ini benar-benar bisa disiapkan menjadi karyawan yang tangguh dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan,” tandasnya. Kegigihannya berbuah manis, akhirnya Jarot mendapatkan kepercayaan memimpin PT Waskita Beton Precast pada bulan Mei 2016. Di bawah kendalinya, Waskita Beton sudah menyiapkan sejumlah hajatan besar. Salah satunya menyiapkan rencana penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham.

 

“Sejak jadi entitas sendiri, kami ditargetkan untuk bisa IPO di tahun 2017, fondasi sudah kami persiapkan. Ternyata, pada 20 September 2016 kami resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Itu tidak ringan karena saya harus membuat kinerja growth, kapasitas harus siap, dan SDM harus mumpuni,” urainya. Ya, di bawah nakhodanya Waskita Beton Precast, konsisten meraih kinerja mengkilap, tilik saja kinerja yang dicetak perusahaan. “Laba bersih di tahun 2014 sebesar Rp140 miliar, tahun 2016 menjadi Rp334 miliar, tahun 2016 sebesar Rp635 miliar, dan sepanjang 2017 mencetak laba bersih Rp1 triliun,” ungkap Jarot.

 

Sukses kinerja kembali ditorehkan pada kuartal I/2018, betapa tidak, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar Rp2,3 triliun per Maret 2018. Pendapatan tersebut naik signifikan 75% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp1,2 triliun. Dalam company update, manajemen WSBP memaparkan perusahaan membukukan laba sebesar Rp476 miliar per Maret 2018. Laba perusahaan naik drastis sekitar 142% dibandingkan Maret 2017 yang hanya Rp196 miliar.