Lakon Pamungkas Sie Jin Kwie

Oleh: Giatri (Editor) - 01 January 2018

Naskah: Giattri, Dok: Image Dynamic

 

Lakon Sie Jin Kwie Melawan Siluman Barat adalah lakon yang mustahil, terjadi ratusan tahun lalu. Mungkin, para pencaplok hak rakyat jelata yang sekarang kita lawan adalah siluman juga. Tapi, siapa yang akan menang dalam pertempuran ini? Kita, atau mereka?

Lakon yang menjadi klimaks dari pertunjukan seri berikutnya yang sudah mencapai trilogi ini mengangkat kisah perang klasik di Tiongkok yang diselimuti dendam, kekuasaan dan kisah cinta.

Lima tahun lalu Teater Koma mementaskan lakon berjudul Sie Jin Kwie di Negeri Sihir dengan akhir kematian Sie Jin Kwie. Naskah yang disadur Nano Riantiarno berdasarkan novel karya Lokoanchung dan Tiokengjian tidak ingin dibiarkan berakhir secara tragis.

Founder, Sutradara dan penulis Teatar Koma Nano Riantiarno ingin melanjutkan kisah Sie Jin Kwie Ceng See atau Sie Jin Kwie Menyerbu Ke Barat dengan lakon Sie Jin Kwie - Melawan Siluman Barat sekaligus menutup akhir cerita dari lakon-lakon sebelumnya; Sie Jin Kwie (2010), Sie Jin Kwie Kena Fitnah (2011) dan Sie Jin Kwie Di Negeri Sihir (2012).

“Bagi saya rasanya Sie Jin Kwie belum selesai karena musuh besarnya, Souw Po Tong, belum juga mati. Yang kini berjuang adalah mantunya, Hwan Le Hoa. Dan juga anaknya, Sie Teng Sang. Keduanya sudah menjadi jenderal,” terang Nano.

Bersetting tempat masa kedinastian di Cina yang kala itu dipimpin Dinasti Tang. Penonton seolah dapat menyaksikan secara langsung kehidupan masyarakat Cina zaman dulu lengkap dengan kostum yang sesungguhnya oleh Rima Ananda sebagai desainer kostum. Batik kembali mendapat porsi penting dalam kostum pementasan. Seri ke-4 ini menggabungkan batik Pekalongan, Lasem, dan Cirebon.

Lakon dibuka dengan adegan Raja Li Ti mengangkat Jenderal wanita Hwan Lie Hoa menjadi Panglima Perang Pasukan Tang untuk mengalahkan Jenderal Sou Po Tong dan menaklukan Tartar Barat.

Ambisi Hwan Lie Hoa memenangkan pertarungan membuatnya harus membunuh tunangan yang jatuh hati terhadapnya. "Angkat pedangmu," pekik Hwan Lie Hoa kepada mantan tunangannya. 

Beberapa jenderal luar biasa membantunya. Ada sang suami, Sie Teng San. Cin Han yang bisa terbang dan mampu menyusup ke dalam bumi. Touw It Houw yang mampu melarikan diri ke dalam tanah. Ada pula empat jenderal wanita, Touw siang Tong, Tiauw Goat Go, Sie Kim Lian dan Tan Kim Teng.

Apakah Tartar Barat bisa ditaklukkan? Yang dilawan Hwan Lie Hoa bukanlah manusia biasa tapi mereka yang berwujud siluman. Dewa-dewa jahat pun membantu penguasa Tartar Barat. Sebagian dari mereka berwujud seperti Kepiting Raksasa, Kerbau Merah, Kerbau Hitam, Singa Merah, dan Macan Hitam. Di antara kekuatan manusia, Dewa Jahat dan Dewa Baik turut bertarung, baik di angkasa maupun di darat. 

Bahkan Souw Po Tong pun bisa mengubah dirinya menjadi pelangi lalu terbang ke langit, meloloskan diri dari hukuman pancung. Dia juga bisa hidup di dalam air. Dia bisa bernafas pula di air laut. para siluman itu, dengan berbagai cara berusaha mengusir Pasukan Tang keluar dari Tartar Barat. Apakah prajurit dari Tang bisa terusir? Bagaimana caranya mengalahkan siluman itu?

Produksi ke-150 Teater Koma ini berlangsung hampir empat jam lamanya di Graha Bhakti Budaya (GBB), kompleks TIM. Sepanjang cerita, terselip pertunjukan wayang tavip yang didalangi oleh pelakon senior Teater Koma, Budi Ros. 
Wayang tavip tersebut menggabungan banyak wayang, antara lain wayang wong, wayang golek, wayang potehi, ketoprak, dan sedikit cerita Timur Tengah yang dipadu menjadi wayang masa kini.

Di atas panggung dengan layar putih membentang, dalang Budi Ros dengan beberapa rekannya memainkan kelanjutan cerita dari Sin Jie Kwie 4. Sesekali dia melontarkan celotehan jenaka maupun sindiran pada kondisi bangsa. 

Misalnya saja, sindiran 'papa minta pulsa' yang kini berganti menjadi 'papa ngantuk mulu', sindiran terhadap penggambaran Meikarto dan Meikarteg, DP rumah 0%, dan lain-lain. Penonton pun sontak tertawa dengan sindiran yang diceritakan Budi Ros.