Jenderal TNI (Purn.) Dr. H. Moeldoko DARI PANGLIMA TNI KE PANGLIMA TANI

Oleh: Iqbal Ramdani () - 20 November 2017

Naskah: Giattri F.P. / Popy Rahim, Foto: Sutanto/Dok. Pribadi

“Old Soldiers Never die, They just Fade Away”, begitu General Mc. Arthur pernah berkata. Ya, seorang tentara adalah pengabdi negara sejati. Dia tak pernah mati. Selama hayat di kandung badan, pengabdian terus berjalan. Begitu jualah Jenderal TNI (Purn) Dr. H. Moeldoko. Setelah pensiun dan menuntaskan karir militernya sebagai Panglima TNI, ia tetap mengabdi dengan berkiprah di dunia tani sebagai Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Ia kini menjadi panglimanya petani. Kalau dulu Moeldoko menjaga kedaulatan wilayah, kini ia menjaga kedaulatan pangan.

 

Di rumahnya yang bergaya minimalis di bilangan Terusan Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Moeldoko menyambut hangat Men’s Obsession. Kesan ‘garang’ dari pria yang terkenal tegas itu sirna sudah lantaran senyum acap kali tersungging di bibirnya, tutur katanya pun lembut. Pria yang masih tampak bugar di usianya yang menginjak kepala enam itu pun mengisahkan alasannya lebih banyak terjun ke dunia pertanian ketimbang politik. “Kalau semua seperti sekarang berpikiran politik, maka siapa yang memikirkan nasib petani? Saya lebih tertarik bagaimana nasib petani bisa kita tingkatkan. Ini adalah cara saya untuk membangun Indonesia di bidang pertanian. HKTI hadir untuk memuliakan para petani, sehingga bisa menyejahterakan petani dan mengembalikan ekosistem di sawah,” ujar Moeldoko.

 

Moeldoko seolah tak mau beristirahat demi menyejahterakan petani. Ia selalu memaksimalkan waktunya untuk memberi perhatian terhadap nasib petani. Bahkan, saat hari libur, pria yang hobi bermain golf itu rela memeras keringat demi petani. Setiap kali terjun ke daerah, Peraih Adhi Makayasa dan Bintang Trisakti Wiratama 1981 itu juga selalu memberi semangat kepada para petani. “Saya katakan tidak ada lagi petani yang berpikir miskin, kalian petani harus menjadi kaya. Bagaimana caranya? Ikuti teknologi yang kita kembangkan. Just follow me!” tandas Moeldoko sembari tertawa lepas. Pikiran-pikiran Moeldoko dalam bidang pertanian memang inovatif.  Salah satunya hasil teknologi pertanian Moeldoko adalah benih M70D dan M400.

 

Keunggulannya, M70D bisa dipanen dalam waktu 70 hari, bukan 95 hari seperti padi biasanya. Sementara padi M400 memiliki 400 butir padi setiap tangkainya, bukan 180-220 butir sebagaimana umumnya. “Benih M400 merupakan produk unggul dengan hasil rata-rata panen 9 ton per hektar. Benih itu sudah terbukti di daerah lain dan menghasilkan padi yang berkualitas. Padi M400 ini memiliki daya tahan kuat terhadap serangan hama dan tahan ketika kekurangan air. Bahkan saat ini, saya dengar dari petani di Bali yang menanam varietas M 400, meski tanaman padinya baru berusia sekitar dua bulan, per hektarnya sudah ditawar 30 sampai 35 juta rupiah ,” terang Moeldoko bangga. Ketum HKTI periode 2017-2020 juga gencar membantu para petani mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi. Misalnya, persoalan pupuk, air, bantuan peralatan pertanian, produksi hingga harga hasil panen.