Retno Ambarsari, Dari Model Merambah Bisnis

Oleh: Syulianita (Editor) - 22 August 2017

Naskah : Suci Yulianita, Foto : Sutanto

 


Mengawali karier sebagai seorang model, Retno Ambarsari mengembangkannya menjadi sebuah ladang bisnis baru. Meski kini tak lagi berlenggak lenggok sebagai seorang model, Ia masih berkecimpung di dunia yang tak jauh dari dunia yang telah membesarkannya itu dengan memilih menjadi seorang fashion designer. Ya itulah yang menjadi passionnya selama ini.

 

Dengan penuh semangat, wanita muda yang akrab disapa Ambar ini bercerita kisah awal mula profesinya sebagai seorang fashion designer sekaligus pemilik butik dengan brand busana namanya sendiri ‘Ambar’. Sedari muda, Ambar mengaku ia sangat senang akan dunia fashion. Untuk itu, ketika tak sengaja ia diketemukan oleh Adjie Notonegoro yang kemudian menawarinya pekerjaan model beberapa tahun silam, ia pun mengiyakan tawaran tersebut.

 

Bermula dari iseng, tak disangka dunia model akhirnya menjadi profesi yang digelutinya. “Awalnya nggak sengaja ketemu Mas Adjie Notonegoro ketika saya masih bekerja sebagai guest relation di salah satu kantor di Kuningan. Dari situ iseng awalnya hanya freelance kemudian keterusan, lama lama jadi model beneran. Nah dari model itu saya sering pake beragam model busana yang unik-unik. Dari situlah muncul ketertarikan saya yang begitu besar pada dunia fashion design,” kenangnya.

 

Tak heran jika kala itu Adjie melihat potensi yang ada padanya. Postur tubuhnya yang semampai dengan tinggi sekitar 175 cm, jauh di atas tinggi rata-rata wanita Indonesia, kulit hitam manis yang eksotis, plus wajah eksotis khas Jawa ini, mampu menarik perhatian fashion designer kawakan ini.

 

 

Pensiun dari dunia model tak membuatnya meninggalkan dunia fashion begitu saja. Sebaliknya, Ambar malah semakin getol memaksimalkan passion dan potensinya sebagai seorang fashion designer. Menyukai kain etnik khas Indonesia, seperti batik, lurik, dan tenun, Ambar sebelumnya tergabung dengan komunitas etnik Indonesia. Di situ Ia bisa mencari ilmu seputar rancang merancang busana dengan kain etnik tersebut.

 

Dari situ pula, jaringannya semakin luas, ia memanfaatkannya dengan bekerjasama menciptakan suatu karya busana kreasinya. Ambar pun pada akhirnya menemukan ciri khas busana rancangannya, yakni busana etnik yang banyak menggunakan kain batik, tenun dan lurik. Selain kecintaannya pada busana etnik Indonesia, menurutnya, batik dan tenun merupakan busana yang trennya tidak pernah pudar.

 

“Kebetulan batik juga sekarang kan lagi booming di mana mana. Tak hanya orang Indonesia yang suka batik, orang orang dari luar juga kan suka batik seperti dari Malaysia dan bahkan orang bule juga sekarang suka batik. Jadi saya cenderung ke batik, batik tenun dan motif polos juga,” terang Ambar sembari menunjukan beberapa helai busana rancangannya.

 

Dalam mencari inspirasi, Ambar juga seringkali melakukan perjalanan traveling ke beberapa daerah di seluruh Indonesia. “Untuk traveling saya lebih suka explore Indonesia, sepeti Yogya, Bali, Jawa untuk mencari inspirasi,” ungkap wanita asal Solo – Kediri ini. Ambar bahkan tak segan turun langsung hingga ke pelosok pelosok menemui pengrajin untuk sekadar bercengkrama.

 

 

“Saya sangat suka jalan jalan ke pasar tradisional dan ke pelosok-pelosok daerah menemui pengrajin. Sepertinya ada kepuasan tersendiri, dan biasanya saya mendapatkan inspirasi dari situ serta menemukan sesuatu yang baru. Untuk itu agar lebih dekat dengan masyarakat daerah, mau tak mau saya juga harus bisa menguasai bahasa daerah, seperti kalau turun ke Bali dan Jawa, ya saya harus bisa menguasai bahasa Bali dan Jawa. Kalau kita bisa menguasai bahasa mereka kan lebih enak ngobrolnya,” Ambar menerangkan dengan penuh semangat.

 

Yang menarik, Ambar memulai serta menggeluti profesinya ini secara otodidak dengan learning by doing. Sementara pendidikan akademisnya sangat jauh dari profesinya itu, yakni perhotelan. “Nggak nyambung yah, mungkin karena saya bosan dengan seragam yang dikenakan dari sekolah sampai kerja kantoran. Jadi sekarang kalau lihat baju bawaannya gemes pengin buat sesuatu yang beda,” candanya sembari tersenyum manis.

 

Berawal dari seorang model, kemudian mengembangkan diri berawal dari iseng merancang busana untuk dikenakannya sendiri, kemudian dikenalkannya kepada teman teman terdekatnya, kini Ambar berhasil melebarkan sayap dengan memiliki sebuah butik di kawasan Kemang Jakarta Selatan. Butik yang menjual busana rancangannya ini bisa dikatakan masih seumur jagung, baru tiga tahun lamanya beroperasi. Namun Ambar mengakui, perkembangannya cukup baik, karena ia sudah memiliki pangsa pasar sendiri. Terlebih, busana rancangannya juga memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan yang lain, sehingga terkesan eksklusif.

 

Pesanan demi pesanan pun terus banjir, terkadang Ia bahkan dengan terpaksa harus menolak pesanan yang dirasa tidak disanggupinya. “Seperti ada yang request baju untuk lelaki, itu nanti dulu, karena konsep kita masih busana perempuan,” ujar wanita yang mengagumi Anne Avantie ini. Namun ke depan, tak menutup kemungkinan Ambar akan melebarkan sayap bisnisnya dengan menyediakan busana untuk semua kalangan, tak hanya untuk wanita, namun juga untuk lelaki dan anak-anak.

 

“Untuk produk cowok juga ada rencana mau bikin, tinggal cari nama brandnya, kayanya nggak mungkin pake brand ambar. Busana anak-anak juga sudah mulai ada permintaan. Ya ke depannya semoga bisa lebih maju. Apalagi sudah ada beberapa tawaran kerjasama juga. Semoga bisa ekspor batik yah, lurik, jumputan atau batik, sekarang sudah coba ke tenun,” Ambar menutup pembicaraan.

 

 

Lokasi            :                Le Seminyak Cafe

                                      Jl. Cipete Raya No. 3, Jakarta Selatan

                                      Ph. 021 7590 6521 / 22